Hi Jeon : bagian 22

372 50 14
                                    

Jihyo berulang kali melirik jam dinding yang sudah menunjuk angka 9, jika saja jungkook tak memutuskan untuk menginap mungkin saat ini ia tak perlu berpikir terlalu keras guna mencari alasan untuk bisa pergi menemui taehyung sesuai janji. Belum lagi ada taruhan yang sudah ia dan taehyung sepakati, jika sampai malam ini jihyo tidak datang maka taehyung akan meminta bayaran sesuai taruhan diawal yaitu seorang anak, si kim memang tidak pernah berpikir jika meminta sesuatu terlebih ini pasal bayi, pantas saja saat pertama kali bertemu jihyo sudah mengklaim taehyung sebagai pria kurang waras.

Seketika arah pandang jihyo langsung tertuju pada jungkook saat pria jeon itu melemparinya dengan sebuah pulpen sampai membuatnya meringis sebab mengenai pelipis. "Aww..., Jungkook!. Kenapa kau melempariku, bagaimana kalau pulpen tadi mengenai mataku, apa kau mau calon istrimu ini jadi buta?" Protes jihyo, bibirnya sudah mengerucut karena kesal.

Bukannya merasa bersalah jungkook malah terkekeh hingga bibir jihyo dibuat semakin cemberut saja.

"Maaf sayang, soalnya kau sejak tadi hanya melamun, ada apa?, apa ada masalah? ".

"Tidak, tidak ada" elak jihyo yang tak lama kemudian mendekati jungkook yang duduk di sofa bersama tumpukan berkas di atas meja.

Ia langsung memeluk lengan berkaos rumah itu lalu mendongak menatap mata berbinar jungkook "Sebenarnya aku ada janji dengan temanku, mungkin dia sudah menungguku sejak tadi. Apa aku boleh pergi menemuinya?, aku janji hanya sebentar". Kelopak mata jihyo berkedip memohon, jungkook malah dibuat gemas sendiri oleh tingkah lucu dari tunangannya.

"Tentu saja sayang".

Didalam hati jihyo bersorak kegirangan, sepertinya ia sudah tau bagaimana cara melunakkan hati dari seorang jeon jungkook. Jika sudah diberi izin begini jihyo jadi tak perlu merasa cemas lagi akan permintaan gila taehyung yang menginginkan anak. Tak sia-sia juga jihyo sering menonton drama sampai dini hari selama ini.

"Tapi.. "

Dahi jihyo mengerut tak mengerti " Tapi? "

"Aku harus menemanimu".

Setelah terbang sampai ke langit ketujuh sekarang jihyo malah dihempas keras ketanah, ini sama saja seperti mencari mati. Jika sampai jungkook ikut yang ada rencananya untuk meminta pertanggung jawaban taehyung malah berantakan, yang ada taehyung malah semakin tak ingin mengakui perbuatannya pada heejin setelah melihat kehadiran jungkook, tidak. Jungkook tidak boleh ikut.

Secepat mungkin jihyo memutar otak mencari alasan agar jungkook tak curiga dan tetap membiarkannya pergi sebelum pukul sepuluh malam.

"Begini, kau pasti masih banyak pekerjaan lebih baik kau selesaikan saja, aku bisa pergi sendiri kebetulan tempat janjian kami juga sangat dekat dari sini".

Tampak si jeon berpikir sejenak.

"Baiklah, tapi aku akan menyuruh minho untuk mengantarmu".

"Tidak, tidak perlu. Aku tak ingin menyusahkan orang lain terlebih ini juga sudah malam. Minho pasti butuh istirahat, aku bisa pergi sendiri kau tak perlu khawatir, aku bisa menjaga diri" .

"Tapi kau itu wanita jihyo, kau juga sedang mengandung. Aku tak ingin sampai terjadi sesuatu padamu dan calon anak kita, kali ini saja jihyo turuti perintahku. Biar minho yang mengantarmu".

Senyum jungkook begitu penuh harapan, belum lagi usapan lembut pada kepala jihyo membuat gadis itu tak tega untuk berkata tidak. Ini tidak semudah seperti apa yang jihyo pikirkan, membodohi jungkook sama saja membuatnya tenggelam meminum air, ia tak punya pilihan lain selain menuruti keinginan pria dengan julukan man rich itu meskipun sebenarnya di dalam hati jihyo sejak tadi sudah memaki nama minho, pengawal sialan itu pasti akan semakin mengacaukan rencana terlebih dengan mulutnya yang terlewat sangat pedas. Jihyo sama sekali tak suka dengan minho dan mungkin juga sebaliknya minho sama sekali tak suka dengan jihyo, intinya mereka seperti air dan minyak sulit untuk menyatu.

Hi Jeon : You SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang