Hi Jeon : bagian 5

491 89 45
                                    

Deru napas yang tadinya memburu kini kembali stabil setelah mereka mendapat pelepasannya beberapa menit yang lalu. Irene tampak begitu kelelahan setelah melayani nafsu tak tertahankan dari partner sexnya, jeon jungkook. Hampir 3 jam mereka bergulat di atas ranjang dengan posisi yang berbeda-beda tapi jungkook tak kunjung juga menampakkan raut kelelahan barang sedikitpun.

"Istirahatlah..." Usap jungkook pada surai panjang irene yang basah sebab permainan panas mereka.

Jungkook turun dari kasur lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan cairan yang telah menampung pada alat kontrasepsi yang ia pakai sebelum berhubungan intim dengan irene, sebagai seorang pria yang bernafsu tinggi jungkook tetap memperhatikan resiko yang akan menyerangnya jika asal bercinta dengan seorang wanita, ia tak ingin terkena penyakit atau masalah lainnya yang berhubungan dengan sex. Hanya sang istri kelak yang akan merasakan bagaimana miliknya masuk mengoyak area kenikmatan bak surga itu tanpa adanya pengaman yang membungkus kejantanannya yang besar dan berurat. Tak akan ada kaum hawa yang tak dimanjakan dengan aset berharganya tersebut.

Dengan kaos putih polos beserta celana jeans hitam jungkook keluar dari kamar mandi, ia sempat melirik irene yang sudah tertidur nyenyak dengan selimut tebal yang menutupi tubuh polos indahnya. Jungkook tau gadis bae itu pasti sangat kelelahan setelah melayani nafsu bejatnya yang selalu melambung tinggi beberapa hari ini. Yah, semenjak jihyo membatalkan acara bercinta mereka nafsu jungkook jadi tak stabil dan sering melonjak, terkadang miliknya tegang begitu saja saat mengingat bentuk tubuh jihyo yang sexi. Rasa tersiksa terus menyerangnya hingga ia harus menemukan pelepasannya, kadang kala menggunakan irene terkadang juga menggunakan tangannya sendiri. Sungguh jungkook ingin sekali merasakan tubuh menggoda dari pegawainya tersebut.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam tapi jungkook tetap melajukan kendaraannya menuju sebuah bar terkenal di kota ini atau lebih tepatnya bar miliknya. Sudah lebih seminggu ia tak pernah berkunjung ketempat itu, tak sedikit pula rekan kerjanya mencari ingin menantang bermain dimeja kasino. Permainan tak akan menarik jika dewa judi tak ikut bermain, itulah yang dirasakan oleh mereka saat jungkook tak lagi datang ke sana setiap malam seperti biasa.

"Bukankah itu jihyo? ".

Mobil berwarna merah tersebut berhenti di pinggir jalan setelah manik gelap sang pengemudi menangkap sosok gadis yang selalu bersarang dalam benaknya. Park jihyo, gadis itu berjalan sendiri melawan arah tujuan jungkook dengan langkah pincang, seperti sedang keseleo. Tanpa basa-basi jungkook turun dari mobil dan menarik pergelangan tangan jihyo untuk masuk ke dalam kendaraan roda empat miliknya.

"Tuan jeon...".

Belum sempat jihyo protes jungkook sudah lebih dulu mendorong tubuhnya masuk sampai terduduk dengan bokong yang lumayan sakit sebab terbentur pinggiran kursi. Jungkook ikut masuk ke dalam mobil dengan tatapan tajam yang ter-arah ke bawa kaki kiri jihyo yang tampak sudah keunguan.

"Kenapa kau sangat ceroboh!". Bentak jungkook tiba-tiba.

"Aku..aku tidak melihat lubang saat berjalan me... ".

"Bodoh! "

Apa?,. Apa baru saja jungkook mengatainya bodoh?. Oh ayolah tangan jihyo jadi gatal sekarang ingin menampar wajah menjengkelkan CEO nya itu.

Jungkook memijit pelipisnya beberapa saat lalu kembali menatap jihyo dengan tatapan yang jauh lebih lembut dari sebelumya. Bahkan nada bicaranya pun sudah lebih rendah.

"Apa masih sakit? ".

"Iya". Jihyo mengangguk.

"Apa perlu ke rumah sakit? "

"Tidak perlu, aku hanya ingin pulang. Setelah istirahat rasa sakitnya pasti akan hilang".

"Aku akan mengantarmu pulang".

Hi Jeon : You SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang