Hi Jeon : bagian 19

318 54 18
                                    

Sudah enam hari ini jihyo tinggal dibawa naungan atap coklat jaehyun dan selama itu pula si pria jung belum menunjukan tanda-tanda akan mengusir ataupun melempar kopernya keluar ke halaman rumah. Sikap baik dari sahabatnya itu patut untuk di apresiasi namun juga sangat patut untuk dicurigai. Semenjak kepergian mereka dari danau waktu itu jaehyun tak pernah lagi menyinggung masalah uang apalagi pasal tempat tinggal, ini cukup aneh untuk jihyo terutama sikap jaehyun yang tiba-tiba menjadi sangat royal. Apa mungkin setelah mengecek jumlah dari tabungannya jaehyun kini tau bahwa dirinya telah menjadi orang kaya?. Apa benar begitu?. Jungkook pasti menggajinya dengan nilai yang fantastis selama ini. Yah mungkin seperti itu.

Disaat jihyo sedang sibuk menduga-duga jaehyun datang dari belakang, menyentuh bahu kecil itu sedikit kesal sebab ucapannya sejak tadi tak diindahkan. Jihyo terkejut dan hampir saja memukul dada jaehyun jika pria itu tak segera menghindar.

"Apa kau berniat membuatku mati muda?" Jihyo memasang wajah marah yang sungguh jika disandingkan dengan cuaca hari ini akan membuat dunia hangus terbakar.

Jaehyun tertawa "Maaf, kau sejak tadi melamun. Apa sedang memikirkan jungkook? ". Tebaknya dan langsung mendapat cubitan di bagian lengan. Jaehyun meringis pelan karena itu.

"Memangnya kau pikir tidak ada hal lain yang bisa aku pikirkan. Jungkook?, yang benar saja, kelinci keparat sepertinya sama sekali tak pantas untuk dipikirkan" Jihyo menjadi sangat emosi hanya karena mendengar nama jungkook.

"Lalu kau sedang memikirkan apa?".
Tanya jaehyun lagi dan jihyo langsung meremas jarinya asal.

"Bukan apa-apa". Jihyo tak ingin membahas mengenai sebab baik jaehyun yang memberinya uang senilai membeli pakaian merek Prancis. Ia hanya ingin cari aman saja, memberi satu pertanyaan bodoh bisa membuat barang-barangnya melayang melewati pagar.

Kedua orang itu saling menatap ke lain arah, tak ada niat sedikitpun untuk mempertemukan manik kembar mereka. Bukan jihyo yang pertama memulainya melainkan jaehyun, pria itu seperti sedang menyembunyikan sesuatu dibalik sikap tenang dan mata sipitnya itu.

"Aku akan berangkat sore ini".

Jihyo menoleh kearah jaehyun yang masih menatap gedung tinggi didepan sana.

"Berangkat?, kemana?" .

"Aku ada pekerjaan penting dan mungkin akan menetap cukup lama di suatu tempat".

Perasaan jihyo tiba-tiba tak enak, pasti telah terjadi sesuatu sampai membuat jaehyun ingin pergi meninggalkan seoul, ia tak tau apa itu. Tapi yang pasti ini tak akan baik untuknya nanti.

"Kau belum menjawab pertanyaan ku. Kau akan pergi kemana?".

Jaehyun hanya tersenyum tipis.

"Kau tak perlu tau" Jawabnya lalu beranjak dari balkon. Jantung jihyo memacu cepat, ini sungguh bisa membuatnya mati berdiri. Sebenarnya apa yang terjadi?.

Bahu lebar jaehyun tak lagi terlihat, jihyo memegang dadanya takut. Ia ikut meninggalkan balkon menuju keberadaan pria jung. Sampai didepan pintu kamar jihyo langsung di suguhkan oleh koper milik jaehyun, jadi sahabatnya itu sudah menyiapkan keberangkatannya semenjak tadi pagi.

"Kenapa buru-buru sekali, kau bisa memberi tauku sebelumnya jika kau memang ingin pergi".

Jaehyun hanya diam dengan tangan bergerak memasukkan jaket kedalam tas ransel.

"Jangan mengabaikan ku jaehyun. Katakan apa yang sebenarnya terjadi". Marah jihyo sedikit berteriak.

"Tidak ada jihyo, aku mendapat pekerjaan dan akan berangkat sore nanti. Jangan terus bertanya dan cepat bantu aku membawa barang-barang ini kelantai bawah" Sekali lagi jaehyun meninggalkan jihyo, pria itu turun dengan membawa tas besar yang sudah ia isi penuh dengan pakaiannya sendiri. Ini semakin mencekik jihyo, napasnya terasa tercekat, kedua tangannya sudah mengepal kuat.

Hi Jeon : You SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang