Hi Jeon : bagian 6

450 81 29
                                    

"Jihyo, apa kau yakin dengan keputusanmu"

"Tentu saja, aku tidak tahan lagi bekerja bersama pria menyebalkan seperti jeon jungkook".

Mereka berjalan memasuki gedung jeon fashion dengan langkah terburu, atau lebih tepatnya hanya jihyo. Gadis itu sudah tak ingin mengundur waktu lagi untuk segera terbebas dari semua hal yang berkaitan dengan jeon jungkook. Dia sudah muak.

"Lalu bagaimana dengan sewa rumahmu?, kau tau kan butuh uang banyak agar bisa membayarnya".

Jihyo menghentikan langkahnya lalu menatap sahabatnya tidak suka.

"Jangan membuatku berubah pikiran jaehyun, aku sudah memikirkan semuanya. Kau tak perlu khawatir".

Jaehyun hanya bisa mengatupkan bibirnya, jika jihyo sudah membuat keputusan maka ia tak bisa melakukan apa pun lagi. Sahabatnya itu sangat keras kepala dan tuli akal nasehat, jadi kali ini ia hanya akan diam menyaksikan drama kecil yang akan dilakukan oleh jihyo meskipun ia tahu bahwa tindakan yang dilakukan gadis itu akan sia-sia.

Saat pintu lift terbuka mereka langsung masuk, keduanya tak saling bicara sampai jaehyun keluar dilantai 3 sebab ruang kerjanya berada di lantai itu, dia sempat tersenyum kecil kearah jihyo sebelum pintu lift benar-benat tertutup untuk menuju lantai paling atas. Jihyo memegang dadanya yang berdetak kencang bagai akan bertemu dengan guru matematikanya sewaktu jaman sekolah, ia takut sangat takut.

"Bagaimana jika jungkook tak menerima surat pengunduranku?, apakah aku harus menampar wajah menyebalkannya itu?. Atau membakar gedung miliknya". Pikir jihyo.

Semoga saja ia tak perlu melakukan hal yang mengandung kekerasan agar bisa keluar dari perusahaan milik jeon jungkook ini.

Pintu lift terbuka jihyo pun langsung membawa tungkainya menuju ruang jungkook yang berada tak jauh di sana, tangannya terangkat mengetuk pintu yang berdiri kokoh itu sebanyak tiga kali namun kening jihyo berkerut sebab tak ada respon dari dalam, tak seperti biasanya.

"Tuan jeon apa kau didalam". Teriaknya yang tak mendapat balasan.

Jihyo memegang gagang pintu dan mendorongnya, dan...terbuka. Ruangan jungkook tak dikunci, pandangannya mengedar ke penjuru arah namun tak menemukan sosok sang CEO perusahaan berada didalam sana. Jihyo menghembuskan napas lega, dengan begini ia tak perlu harus berhadapan dengan jungkook secara langsung, hanya menaruh amplop berisi pengunduran dirinya di atas meja maka masalahnya selesai. Keberuntungan berpihak padamu park jihyo.

Namun saat jihyo baru ingin menaruh amplop yang dibawanya dimeja jungkook, tiba-tiba suara pintu terdengar terbuka membuat ia kaget dan langsung bersembunyi di bawah meja kerja jungkook.

Terdengar suara langkah kaki menuju kearahnya, bukan hanya satu tapi sepertinya ada dua orang.

"Kau tak mengunci pintunya, bagaimana kalau ada yang tiba-tiba masuk" Kata irene takut.

"Tidak akan ada yang berani masuk kemari tanpa persetujuanku". Jungkook melonggarkan dasinya yang terasa mencekik.

Tangannya mengangkat tubuh irene untuk duduk di atas meja kerjanya yang penuh dengan kertas laporan, ia mendekatkan wajah untuk mencium bibir irene yang sejak tadi ingin ia nikmati. Ciuman mereka berlangsung lama dan semakin memanas, suara decapan seketika terdengar jelas memenuhi ruangan yang sunyi. Dan tanpa mereka berdua sadari jihyo mendengar semuanya, gadis itu menutup mulutnya rapat-rapat agar tak ketahuan sedang bersembunyi dibawa meja.

Jungkook mengangkat rok pendek yang dikenakan irene lalu menarik celana dalam gadis itu agar ia bisa masuk ke dalam area sensitifnya yang sudah basah.

"Lebarkan pahamu, aku akan masuk"

Hi Jeon : You SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang