Hi Jeon : bagian 2

503 89 28
                                    

Lima hari kemudian


Sudah 10 menit jihyo berada didalam kamar menangis melihat foto sosok sang ayah yang sangat ia rindukan, keputusan yang telah ia ambil dalam meninggalkan sang ayah membuat jihyo sangat menyesal. Kini hidupnya sangat menderita, terkadang jihyo jarang makan hanya untuk bisa membayar tagihan rumah yang jumlahnya tidak sedikit.

Saat pintu diketuk dari luar buru-buru jihyo menghapus air matanya dan menyembunyikan foto sang ayah dibawah bantal.

"Jihyo apa aku boleh masuk? " Tanya jaehyun dari luar.

"Ya, masuklah..".

Setelah jaehyun nampak dibalik pintu, jihyo langsung tersenyum kearah sahabatnya itu, tapi meskipun jihyo seakan sedang baik-baik saja jaehyun tetap tau bahwa jihyo baru saja menangis terlihat dari mata bulatnya yang membengkak. Dari dulu jihyo memang suka menyembunyikan kesedihannya, meskipun mereka bersahabat jihyo tak pernah mau mengatakan keluh kesah yang sedang ia rasakan. Seakan jihyo tak ingin disebut sebagai gadis yang lemah.

"Ada apa jaehyun, kenapa kau kemari?"

"Apa kau butuh pekerjaan?". Tanya jaehyun yang mendapat anggukan dari jihyo.

"Ya, aku butuh".

"Kebetulan di kantorku sedang mencari tambahan untuk ob, apa kau tak keberatan dengan pekerjaan itu?".

Untuk sekarang jihyo tak ingin mempermasalahkan pekerjaan apa yang akan ia kerjakan, selagi ia mendapat uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya itu sudah lebih dari cukup. Jadi untuk alasan apa jihyo menolak pekerjaan yang ditawarkan oleh sahabatnya.

"Ya tak masalah. Beri tau saja aku alamat kantormu, aku akan membawa lamaranku ke sana".

Mendengar jihyo yang begitu bersemangat membuat jaehyun ikut senang. " Ini baru park jihyo ku"

***

Sesuai alamat yang diberitahu oleh jaehyun kini jihyo sudah berdiri didepan bangunan besar yang sebentar lagi akan menjadi tempat kerjanya, Jeon fashion adalah perusahaan yang belakangan ini sering dibicarakan oleh orang-orang sebab keberhasilan sang pemimpin dalam menggebrak gaya busana korea hingga ke manca negara. Tak ada seorang pun yang tak ingin bekerja di perusahaan sebesar itu, gaji karyawannya pun pasti tak akan sedikit.

Beberapa kali jihyo menarik napas panjang sebelum mulai melangkah masuk kedalam sana, bangunan berlantai 20 itu memiliki desain yang sangat modern dan luar biasa. Jihyo tak bisa menutup mulutnya sebab begitu takjub dengan apa yang ia lihat, bahkan lantai keramik yang tersusun di sepanjang jalan sepertinya dapat digunakan untuk bercermin. Semuanya sangat bersih dan mengkilap.

Jihyo tak bisa berhenti takjub melihat sekelilingnya sampai tak sadar bahwa ada seorang pria berbadan tinggi yang kini berjalan kearahnya.

"Nona park jihyo? " Suara itu sontak membuat jihyo langsung mengalihkan atensinya pada sosok pria yang baru saja memanggil nama beserta marganya.

"Iya, saya park jihyo".

"Perkenalkan saya park chanyeol, selaku HRD di perusahaan ini" Dengan cepat jihyo membalas uluran tangan chanyeol sebagai tanda perkenalan.

Chanyeol melirik lamaran kerja yang dipegang oleh jihyo. "Atasanku sudah memberitahuku mengenaimu nona park, kami sangat membutuhkan kinerjamu sekarang, jadi apa tak masalah jika anda mulai bekerja hari ini? ".

Dengan cepat jihyo mengangguk
"Iya pak, itu tak masalah untuk saya"

"Kalau begitu mari ikut saya untuk bertemu dengan karyawan lainnya".

"Baik pak"

Jihyo pun mengikuti kemana saja langkah chanyeol pergi, tadinya ia pikir chanyeol hanya akan menyuruhnya bekerja dilantai satu tapi pria itu malah masuk kedalam lift dan menekan angka 20. Kening jihyo berkerut bingung dengan angka yang ditekan chanyeol, bukankah lantai 20 terlalu atas untuknya?. Kenapa ia harus ditempatkan dilantai itu padahal ia masih baru dan belum tak tau apa-apa.

Hi Jeon : You SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang