Waktu masih menunjukan dini hari tapi kedua mata jungkook sudah terbuka lebar, lebih tepatnya ia sama sekali tak pernah tidur. Seluruh tubuhnya masih terasa panas meskipun napsu birahinya sudah ia keluarkan berulang kali sampai cairan miliknya berceceran di seprei berwarna senada dengan dinding kamarnya.
Ia mengelus punggung polos jihyo yang tertidur memeluknya, gadis itu pasti sangat kelelahan setelah permainan panas mereka yang berlangsung sangat lama dan tanpa henti. Jungkook bisa dibilang sangat egois dalam menggauli jihyo, ia tak peduli saat gadis itu terus meneriakkan kata pelan-pelan dan sakit. Gerakan pinggulnya semakin cepat dan miliknya masuk semakin dalam sampai ia mendongak dengan desahan panjang sebab mendapatkan pelepasannya. Jungkook mencium pucuk kepala jihyo dengan jemarinya yang sudah berpindah mengelus bibir gadis itu yang membengkak dengan luka kecil sebab ia menggigitnya saat bercinta tadi.
"Kau milikku park jihyo"
Sudut bibir jungkook terangkat mendengar dengkuran halus yang keluar dari mulut jihyo, suara lembut nan menenangkan itu bagai obat bius yang mampu membuatnya ingin terpejam. Kedua kelopak mata jungkook rasanya ingin tertutup bersama dengan mulutnya yang terus menguap, tapi sebelum benar-benar tertidur tangannya meraih ponsel di atas nakas dan mengirim pesan kepada seseorang diseberang sana yang sedang menikmati waktunya dengan sebotol anggur.
Jungkook menarik selimut untuk menutupi tubuh neked mereka sampai leher sebab dingin mulai mendominasi ruang kamar, jihyo sedikit risih akan hal itu tapi jungkook langsung menarik pinggang gadis itu mendekat agar merasa lebih hangat sama seperti miliknya yang masih berada didalam jihyo.
"Akh.. Jungkook".
"Iya baby" Jawabnya lembut.
Jihyo mendongak dengan mata mengerjab menatap jungkook.
"Milikku sakit, lepaskan... "
Tawa pria itu hampir saja mengudara, kenapa jihyo sangat menggemaskan?.
Jungkook tersenyum lalu menggeleng.
"Biarkan dia berada di dalam rumahnya, disana hangat dan nyaman. Jangan merengek, kembalilah tidur".
Gadis itu tak lagi bersuara sepertinya tak ingin lagi protes dan memilih untuk kembali tidur. Namun belum sampai semenit kedua mata jihyo kembali terbuka sebab jungkook mengangkat sebelah kakinya untuk naik ke atas pinggang pria itu.
"Kau bisa membunuhku jika terus menjepitku, lebarkan pahamu jihyo" Bisiknya, rona dipipi gadis itu kembali muncul. Jihyo sangat malu sampai membenamkan wajahnya di dada kekar jungkook.
"Jangan menggodaku"
"Aku tidak menggodamu baby, milikku sangat sesak didalam sana, labirinmu masih sangat sempit sepertinya aku harus sering masukimu, mungkin akan kulakukan setiap hari".
Jihyo menggeleng lalu satu pukulan ia layangkan di dada jungkook.
"Jangan lakukan itu, aku tak sanggup jika melayanimu setiap hari. Kau sangat liar ketika bercinta, milikku bisa robek jika kau terus memasukiku dengan junior mu yang besar". Ucap jihyo sambil memanyunkan bibir.
Jungkook terkekeh akan hal itu.
"Aku sudah merobek milikmu sayang, jadi berhentilah bertingkah seperti seorang gadis perawan".
Ingin rasanya ia membuat gadis itu kembali mendesah memanggil namanya, tapi ini bukanlah waktu yang tepat. Tubuh jihyo masih lelah karena permainan beberapa jam lalu, ia tak akan melakukannya dan mungkin akan memasukinya kembali besok malam.
Jungkook tersenyum lembut, jemarinya menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah cantik jihyo. Tatapannya terlihat sendu memandang mata bulat yang memantulkan bayangan wajahnya didalam sana, sungguh ia bisa melihat masa depan yang cerah di manik berkilau jihyo. Apakah itu untuknya atau mungkin untuk pria lain?. Jungkook pun tak tau, yang pasti jihyo adalah miliknya dan tak ada seorangpun yang mampu merubah hal itu. Ia akan membuat benangnya sendiri dalam mengikat gadis itu untuk tujuh kehidupan yang akan datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Jeon : You Secret
Cerita PendekJihyo yang merasa tidak beruntung dalam hidupnya malah bertemu dengan jungkook yang penuh dengan rahasia. Entah itu bisa disebut sebagai permohonan yang di jaba atau memang takdir hidupnya yang penuh kejutan, yang pasti jihyo hanya tau satu hal yait...