HI JEON : 04

135 36 10
                                    

Harusnya jihyo sudah tau bahwa kerasnya kepala Jeon jungkook tidak akan mudah pecah hanya karena kata-kata apalagi itu hanya sebuah larangan. Mungkin bagi jungkook kata tidak dari jihyo berarti iya, dan kata iya sang istri berarti kesenangan.

Jihyo tidak tau lagi bagaimana membuat suaminya mengerti bahwa dirinya sedang tidak ingin berdebat apalagi membuat orang yang dipanggilnya sebagai ayah harus terbangun dari istirahatnya.

"Ada apa jeon kenapa kau datang kemari?" Tanya jihyo dengan wajah dingin namun terdengar menusuk.

"Aku hanya ingin mengecek keadaan ayah, memastikan bahwa kesehatannya baik-baik saja setelah pulang dari rumah sakit".

Mata jihyo berputar malas, ia tahu bahwa itu adalah alasan jungkook saja, tentu saja pria itu datang untuk menemuinya.

"Ada aku disini, memangnya kau pikir aku tidak tau harus berbuat apa jika ayah tiba-tiba mengalami penurunan imun. Kau kira apa tujuanku melakukan ini jeon, jawab aku".

Suaminya mengangguk." Ya, kau tinggal bersama ayah untuk merawatnya sampai benar-benar pulih".

" Lalu? ".

Jungkook menjilat bibir bawahnya.

" Kau tau betul apa yang sedang ku rasakan jihyo ".

" Dan aku benci karena tau perasaanmu jeon ". Jihyo sebenarnya tidak mau berbicara sekasar ini, tapi karena jungkook terlalu memaksakan diri untuk meluapkan kerinduannya ia jadi tidak tahan untuk mengatakan rasa muaknya. Terlebih ini masih terlalu pagi.

Wanita itu berniat untuk menutup pintu tapi jungkook berhasil menahannya, dia mendorong pintu itu keras sampai membuat jihyo mengambil langkah mundur karena tidak cukup kuat untuk menahan kekuatan si pria jeon.

Lagi-lagi jihyo melayangkan tatapan berapi yang sungguh akan membuat jungkook semakin terbakar. Jungkook mencekal pergelangan tangan jihyo saat istrinya itu ingin mendorongnya keluar dari mansion.

"Sampai kapan kita akan bertengkar seperti ini jihyo, aku sangat lelah dengan sikapmu yang selalu menjauhiku. Apa begitu bencinya diriku padamu?" Teriak jungkook, jihyo tidak bisa lagi menahan rasa sakitnya. Air matanya mengalir dan itu membuat jungkook melepas cengkraman tangannya, pria itu sadar bahwa dia telah menyakiti istrinya.

"Jika kau lelah denganku maka tinggalkan aku!". Teriak jihyo tidak kalah besarnya.

Gigi wanita itu bergemelatuk muak.

" Kau ingin tau sampai kapan aku akan melakukan ini?, baiklah akan ku beritahu kau sekarang juga!. Aku akan terus membencimu sampai kau meninggalkan yera, aku tidak bisa hidup dengan istri pertamamu jeon!.  Kau harus memilih diantara kami, aku atau yera! "

Kedua tangan jungkook mengepal kuat, emosinya sudah sampai ke kepala. Salah satu tangannya sudah terangkat untuk memukul jihyo tapi seketika terhenti saat dia kembali tersadar bahwa tindakannya pada sang istri salah.

Kepala jihyo menggeleng tak percaya bahwa jungkook baru saja ingin memukulnya. Dada jihyo sangat sesak akan perlakuan kasar yang ingin jungkook lakukan padanya apalagi mengetahui fakta bahwa jungkook sama sekali tidak bisa melepas yera, jihyo pikir suaminya sangat mencintainya tapi nyatanya jungkook hanya menjadikannya sebagai ibu dari penerusnya sebab yera tidak bisa melahirkan seorang anak.

"Harusnya sejak dulu aku sudah meninggalkanmu, tapi apalah dayaku yang memiliki yuna. Aku terus bertahan meski rasa sakit terus menggerogotiku setiap hari, kau tidak pernah memikirkan tentang kebahagiaanku jeon. Kau hanya peduli pada istri pertamamu".

Jihyo mendongak berusaha untuk tidak lagi menangis, ia bahkan tertawa akan kebodohan yang telah dilakukannya.

Jungkook hanya menatapnya dalam diam, meski wajahnya sangat menunjukkan raut bersalah yang teramat dalam.

Hi Jeon : You SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang