4

19.3K 500 0
                                    

saat menuruni tangga Gibran melihat Arya yang sedang berjalan baru saja pulang dari kantor nya

mereka yang berada di ruang keluarga pun menoleh melihat kedatangan Arya

"bang"sapa Andra pada Arya yang hanya dibalas deheman

"Ara dimana"tanya Arya melihat kedua adiknya yang juga menatapnya

"barusan tidur disini jadi di pindahin sama Gibran ke atas bg"jawab Arki pada Abang sulungnya

Arya menaikkan alisnya mendengar perkataan Arki

"aman kok bg"tiba tiba Gibran berbicara di belakang Arya, ia tau apa yang ada di pikiran Arya sekarang

Arya berbalik dan menatap Gibran, Gibran yang ditatap pun tidak merasa gugup atau takut sama sekali, ia bahkan tersenyum tipis menatap Arya juga

Arya hanya mengangguk dan menepuk bahu Gibran pelan kemudian naik ke atas tangga menuju kamar adiknya.

"cabut" ucap Gibran meraih jaket zirex di sofa kemudian mengenakan nya disusul sahabatnya di belakang.

sebelum Gibran turun, ia di telfon oleh anggotanya afkar bahwa ada anggotanya yang berhianat.

"markas gib?"tanya Arki di belakang

"hm, ada penyusup kecil"ucap Gibran tersenyum namun senyum menyeramkan

"wihh makanan enak nih"ucap Linggar yang seakan mengerti dengan ucapan Gibran

yang lain pun tersenyum penuh arti, mereka akan menghabisi tikus kecil yang ada di markasnya.

****

pintu bercat biru putih dibuka oleh Arya dengan perlahan, ia tersenyum melihat adiknya yang sedang tidur dengan nyenyaknya

Arya mengusap rambut Ara pelan dan mengecek suhu tubuh gadis tersebut, sudah tidak panas hanya hangat sedikit.

"jangan kenapa kenapa sayang, Abang sayang Ara"bisik Arya di telinga Ara kemudian mengecup pipi gadis tersebut.

setelah nya Arya meninggalkan kamar bertema biru putih itu dan memasuki kamarnya yang berada di depan kamar Ara.

Ara membuka matanya setelah merasa Arya sudah benar benar keluar dari kamarnya, dia memang tidak tidur semenjak suara pintu terbuka ia terbangun namun sengaja tak membuka matanya.

"hiks.."Ara mulai menangis pelan setelah mendengar perkataan Arya, dia masih dihantui rasa bersalah terhadap keluarganya.

Ara berfikir,gara gara dia mama Riva meninggal, tepat saat Ara dilahirkan menit yang sama pun mama nya menghembuskan nafas terakhirnya.

diam diam Ara selalu menangis mengingat mama nya pergi karena dirinya, Ara pernah bermimpi dimana di mimpi tersebut ada seorang perempuan berumur 30 an menghampirinya kemudian perempuan tersebut berkata pada Ara

"Ara harus jadi anak ceria ya sayang, temani Abang abang mu dan papa, mereka sayang sekali pada Ara, love you Ara sayang"

Ara yakin bahwa itu adalah mama Riva, ia tak pernah bilang ke siapa siapa tentang mimpi dan rasa bersalah nya selama ini ke siapapun, semua ia pendam sendirian.

****

sesampainya di markas, Gibran dkk langsung menuju ruang bawah tanah menghampiri tikus kecil markasnya.

"wah wahh ternyata ellu ton"ucap Andra melihat Toni yang diikat dibawah lampu remang remang, disana sudah ada anggota zirex yang menunggu para inti.

"sehebat apa lo sampai berani ngusik kita?"ucap Gibran lantang pada Toni

wajah Gibran sekarang sudah menyeramkan, ia sangat membenci penghianat.

Bara maju menghampiri kursi yang diduduki toni yang sedang diikat

"nyawa atau nyawa?"tanya bara dengan wajah dingin menyeramkan nya

ya jawabannya hanya nyawa, lebih tepatnya nyawa nya yang melayang.

"etss tunggu dulu, sebelum Lo milih yang jawabannya sama aja, apa motivasi lo berhianat hahh"bentak Arki di akhir kalimat nya

"jawab"bentak arka kembali pada Toni

Toni semakin ketakutan melihat para inti yang menyeramkan, anggota zirex pun tak ada yang menyahut melihat betapa seramnya inti zirex jika marah.

"jawab bangsat, lo tuli"bentak Andra menginjak kaki Toni yang membuat Toni meringis

"g-gue d-dis-suruh"ucap Toni terbata bata sambil menunduk ketakutan

"siapa?"tanya Gibran kembali dengan wajah yang masih sama seperti tadi

"jawab siapa goblok"bentak Andra tak sabar

"wasten"jawab Toni kembali semakin menunduk

Gibran semakin terlihat menakutkan mendengar perkataan Toni, ia tersenyum smirk

"anak wasten cari gara gara"ucap Gibran dengan penuh arti di wajahnya

"jelasin"suruh Arka pada Toni

"g-gue d-disuruh untuk memata matai kalian, d-dan melapor se-setiap pergerakan zirex"ucap Toni kembali

Gibran langsung memukul wajah Toni sampai kursinya terjungkal dan jatuh ke bawah, ia menyuruh Raskal membuka ikatan tali di badan Toni kemudian memukulinya sampai babak belur dan tak bisa bergerak lagi.

"ambil alih"ucap Gibran pada mereka yang siapapun mau menghabisi Toni

"gue"ucap Bara kemudian berdiri di depan Toni mengganti kan posisi Gibran

Gibran, Arka,Andra,Linggar keluar dari ruang bawah tanah menuju markas ruangan berkumpul

Arki menetap menemani Bara menghabisi Toni hingga Toni tak bernyawa, sudah dikatakan bukan, nyawa atau nyawa.

setelah urusan Toni beres dan mayatnya sudah di urus anggota nya

kini mereka semua sedang berkumpul di markas ruang utama bersama anggotanya dan para inti

Gibran berjalan menghadap anggota
"siapapun yang berani berhianat, akan bernasib sama seperti Toni, gue benci penghianat"ucap Gibran tak main main menampilkan wajah yang menakutkan, bahkan para inti menatap Gibran ngeri

"siap"jawab para anggotanya serentak

"gue minta kalian hati hati di jalan karena Weston sudah mulai nyari gara gara"ucap Gibran kembali namun dengan nada tegas berbeda dengan tadi

setelah itu mereka kembali ke aktivitas masing masing, ada yang olahraga,bermain PS,bermain game,main billiard bahkan melatih bela diri di markas tersebut.

markas memang memiliki luas yang besar dengan fasilitas lengkap, Gibran tak tanggung tanggung mem fasilitasi anggotanya.

Gibran, Arka,Arki,Bara dan Andra kembali kerumahnya, sedangkan Linggar masih menetap di markas bermain PS bersama Afkar.

****

Gibran berjalan masuk kedalam rumah atau mansionnya dan menemukan bunda dan ayahnya yang sedang bermesraan

"ck, udah tua yah,bund"ucap Gibran berlalu melewati mereka

"hehh tua juga butuh kasih sayang"jawab bunda nya

"hm"Gibran hanya berdehem dan naik ke anak tangga ke kamarnya

"dari markas kamu?"tanya gara setengah berteriak karena Gibran sudah sedikit jauh

"iya yah"jawab Gibran kembali berteriak dan melanjutkan kan langkahnya ke atas

pasangan suami istri itupun melanjutkan acara romantis nya kembali.

ayah Gibran memang mengetahui bahwa Gibran adalah ketua geng motor zirex, ia tak melarang anaknya karena ia percaya Gibran tidak akan melakukan hal yang salah, bahkan ia pun kadang mengerahkan pengawalnya untuk membantu Gibran menyelesaikan Maslah geng motor nya apabila dibutuhkan.





halohaaa
baca part selanjutnya yaaa🤍✨
maaf kalo ada typo yaaa
terimakasih banyak yang udah mau vote🕊️

Gibran and Arabella (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang