***
"Haidar, itu siapa yang naruh kotak bekal di meja kerja saya?"
Pagi hari setelah weekend usai, Jean menghampiri meja Haidar yang terletak disamping ruang kerjanya.
Haidar yang kini menjabat sebagai sekretaris Jean mengangkat pandangan, melihat sohib sedari SMA hingga kini menjadi bos di perusahaan tempatnya bekerja dengan tatapan datar.
"Menurut Bapak?" tanya Haidar.
Jean terdiam sejenak. "Pasti kamu ya," gumamnya. "Dari Felly?"
"Bukan," jawab Haidar. "Tadi kayaknya Chyntia sih."
Jean menghela nafas gusar. Karyawatinya yang kini masuk divisi Jean benar-benar gencar saling berebutan mencari atensi Jean begitu mengetahui kalau Jean single.
Dia yang baru putus dari dua tahun menjalin hubungan dengan Alin kini harus dihadapkan dengan cewek-cewek lain yang berebut ingin menggapai posisi di hati Jean.
Padahal sejujurnya Jean sudah mati rasa, tidak ingin menjalin hubungan dengan siapa pun sebab hatinya sudah terlanjur terpatri pada sosok yang belum lama ini ia lihat kembali.
Bukan, bukan Alin.
Sebab alasan Jean memacari Alin bukan karena dia jatuh cinta dengan cewek berambut sebahu itu, melainkan karena Alin yang memohon padanya agar diberi kesempatan meluluhkan hati Jean.
Namun ujungnya semua itu sia-sia.
Hati Jean terlalu keras untuk diluluhkan siapa pun termasuk Alin yang sejujurnya masuk ke dalam kategori tipe ideal setiap laki-laki.
Jean terlalu jatuh pada sosok cewek yang tak pernah bisa lepas dari hatinya.
Sosok cewek yang akan selalu ia ingat di setiap memori yang pernah mereka rajut bersama walaupun itu singkat.
"Nanti kalau ada yang mau ngasih bekal lagi, jangan diterima ya, bilang saya yang nyuruh gitu. Tapi kalau kamu mau makan silahkan, asal jangan diterima atas nama saya.”
Haidar mengangguk paham dan Jean segera berlalu kembali untuk masuk ke ruang kerjanya.
Ruang kerja Jean tak jauh berbeda dengan ruang kerja petinggi perusahaan pada umumnya.
Dia yang merupakan anak bungsu dari 2 bersaudara kini bergabung dengan Ayah dan kakaknya memimpin perusahaan yang bergerak dibidang industri dan furnitur.
Jean melangkah mendekati jendela besar yang menampilkan pemandangan kota Jakarta yang sudah terlihat sibuk kendati hari masihlah pagi. Matahari bahkan baru naik sedikit memunculkan sinarnya yang hangat atau mungkin panas sebab Jakarta dan panas memang kombinasi yang tak terpisahkan.
Dalam diamnya mengamati lalu lalang kendaraan di bawah sana, pikiran Jean mengelana jauh ke seminggu yang lalu, tepatnya kala ia bersama Haidar, Radit dan juga Naresh menghadiri pernikahan teman SMA mereka yaitu Karina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Get Marriage
FanficDiusianya yang menginjak angka 25, Giselle sudah tak asing lagi dengan pertanyaan, "Kapan nikah?" Kendati sudah ribuan kali orang-orang disekitarnya bahkan Maminya sendiri mengajukan pertanyaan itu, Giselle masih betah melajang. Dia seperti tidak te...