***
Siang menjelang sore ini langitnya lumayan mendung. Matahari tertutupi awan besar yang berarak mengelilingi bumi, menghalau udara panas bagi para makhluk hidup. Tapi itu adalah hal yang patut disyukuri.
Karena Karina tidak yakin ia akan nyaman mengobrol dengan suhu tinggi meskipun ada AC di kafe yang ia tempati kini.
Perempuan hamil itu duduk berdampingan bersama Yogi, berhadapan langsung dengan Giselle yang terus-terusan menggandeng Jean disampingnya. Seperti takut kehilangan.
"Biasa aja kali Cel," Karina tak tahan untuk tidak nyeletuk ditengah suapan croissant-nya. "Nggak bakal ilang tuh Jean kalo nggak lo gandeng."
Giselle memicingkan mata.
"Emang kenapa?!" tanyanya nyolot. "Nggak boleh gue gandeng suami gue sendiri?!"
"Aneh aja liat lu bucin begini sama cowok."
Giselle menutup mulutnya terkejut. "Lo mau liat gue bucin sama cewek?!"
"NGGAK GITU WOY!"
Selagi menyimak perdebatan tak jelas antar sohib itu, diam-diam Yogi memperhatikan Jean. Melihat bagaimana daun telinga cowok itu memerah setelah Giselle menyebutnya sebagai suami.
Ini.. sekarang Jean sedang salah tingkah?
Senyum tipis terbit diwajah Yogi. Kepalanya geleng-geleng pelan sembari menyeruput americano yang ia pesan tadi. Kini Yogi yakin 100% kalau Jean memang cinta mati pada Giselle.
Mendengar cerita Karina perihal Jean yang katanya menyukai Giselle sejak SMA dan masih menyukai cewek itu hingga sekarang, bukannya dibuat takjub, Yogi malah khawatir.
Ia khawatir jika cinta yang Jean miliki masih untuk Giselle versi SMA, bukannya Giselle versi dewasa dengan segala macam hal yang jelas sudah berubah dengan Giselle yang dulu.
Yogi takut jika nantinya Jean malah meninggalkan Giselle karena tidak menemukan 'Giselle' yang ia inginkan.
Tapi setelah berkali-kali melihat interaksi pasangan itu, perlahan-lahan kekhawatiran Yogi sirna. Berganti dengan rasa lega karena ternyata cinta Jean masih sama besarnya, masih sama mencintai Giselle yang apa adanya tanpa menuntut apa-apa.
Dan sekarang, rasa lega Yogi mencapai titik sempurna. Ia tak lagi memiliki kekhawatiran melihat bagaimana Jean bisa salah tingkah semudah itu hanya karena Giselle mengakuinya sebagai suami.
Jangan salah paham, Yogi tidak mencintai Giselle.
Ia hanya peduli pada orang-orang yang penting baginya dan orang yang ia cintai. Giselle termasuk salah satu orang penting bagi Karina, rekan seperjuangan Yogi juga yang banyak membantunya selama berpacaran dengan Karina dulu, makanya Yogi bisa sepeduli ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Get Marriage
أدب الهواةDiusianya yang menginjak angka 25, Giselle sudah tak asing lagi dengan pertanyaan, "Kapan nikah?" Kendati sudah ribuan kali orang-orang disekitarnya bahkan Maminya sendiri mengajukan pertanyaan itu, Giselle masih betah melajang. Dia seperti tidak te...