***
Pagi menyingsing kembali, awan putih berarak bersamaan dengan langit yang perlahan-lahan berubah warna menjadi biru cerah setelah sebelumnya hanya gelap yang terlihat.
Dalam nyenyaknya tidur sebab lelah gundah gulana semalam, Giselle menggeser tidurnya ke arah tempat Jean berbaring. Ingin mencari kenyamanan lebih sebab ia masih belum mau bangun sepenuhnya.
Giselle masih ingin bersantai sembari dipeluk.
Dahi Giselle mengernyit begitu tak merasakan keberadaan tubuh besar Jean setelah ia bergeser. Maka ia menggeser tubuhnya lagi, namun tak kunjung menemukan tubuh Jean, maka Giselle bergeser lagi. Terus melakukannya berulang kali hingga akhirnya jatuh terguling ke bawah.
Spontan Giselle memekik sakit.
Ia dalam balutan selimut tebal yang membungkus tubuh bagai kepompong mengerjapkan mata berkali-kali sembari berusaha mendapatkan kesadaran.
Setelah berusaha melepaskan diri dari gulungan erat selimut, Giselle mendudukkan diri.
Menyisir seluruh penjuru kamar mencari keberadaan Jean yang baru disadarinya tidak ada.
"Je?" suara serak khas bangun tidur itu menggema di kamar mereka, tapi tak mendapatkan sahutan apa-apa. "Jeandra?" Giselle memanggil lagi dengan suara yang agak dikeraskan. Takut kalau Jean tidak mendengar panggilannya yang pertama.
Namun tetap tak ada sahutan dari Jean.
Panik mulai menguasai diri Giselle. Apakah Jean lagi-lagi pergi ke kantor sebelum ia bangun dan melupakan janjinya semalam?
Bergegas Giselle beranjak, berlari menuju kamar mandi guna mengecek apakah Jean ada di sana atau tidak, dan ternyata tidak ada.
Ia lantas berlari keluar dari kamar.
Memasuki ruang tengah, dapur, kamar mandi luar, ruang tamu bahkan sampai nekat memasuki ruang kerja Jean namun hasilnya nihil.
Jean tetap tidak ada.
Giselle rasanya ingin menangis sekarang juga.
Setidak penting itukah dirinya sampai Jean tega mengingkari janji yang ia buat sendiri? Memangnya mengantar Giselle ke butik sesulit itu sampai Jean kelihatan ogah sekali?
Atau memang sebenarnya cowok itu mau menikah dengannya hanya untuk kepuasan diri? Ingin membuktikan kalau Giselle yang 7 tahun lalu gagal ia dapatkan sekarang nyata dalam genggaman makanya Jean mulai tidak peduli padanya?
Memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk itu membuat netra Giselle yang semula berkaca-kaca, akhirnya menjatuhkan air matanya juga.
Untuk pertama kalinya setelah Jean menjadikan Giselle istrinya, cewek itu menangis.
Giselle terisak-isak sendirian diambang pintu ruang kerja Jean yang terbuka. Merutuki Jean yang ternyata bisa menjadi brengsek juga padanya. Padahal Giselle sudah mulai menaruh harapan lebih pada cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Get Marriage
FanfictionDiusianya yang menginjak angka 25, Giselle sudah tak asing lagi dengan pertanyaan, "Kapan nikah?" Kendati sudah ribuan kali orang-orang disekitarnya bahkan Maminya sendiri mengajukan pertanyaan itu, Giselle masih betah melajang. Dia seperti tidak te...