24. Birthday Man

5.7K 354 309
                                    

warning: mature content, be wise everyone 🔞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

warning: mature content, be wise everyone 🔞

NGGAK USAH CENGAR-CENGIR YA! AKU TAU KALIAN BERBUNGA-BUNDA LIAT WARNING ITU 😠

***

Malam semakin pekat dengan kegelapan, udara dinginnya terasa menusuk ke dalam tulang. Terlebih hujan terus-terusan mengguyur Jakarta sejak tadi sore.

Rintikan yang mengguyur deras permukaan bumi itu seakan menyempurnakan latar belakang lamunan panjang Giselle.

Dalam tatapan kosong di kedua netra lelahnya, benak cewek itu tak berhenti mengulang-ulang kejadian beberapa waktu lalu yang sungguh menguras tenaga.

Baik fisik maupun batinnya sangat amat lelah.

Giselle hanya ingin segera memulihkan diri dalam dekapan hangat Jean yang ia idam-idamkan sedari tadi.

Jemari lentiknya menekan rentetan tanggal pernikahannya dengan Jean yang dijadikan sebagai pin masuk apartemen. Pin yang sama-sama mereka sepakati di hari dua puluh tiga menjadi sepasang suami istri.

Pin yang juga sempat membuat Jean kebingungan karena terbiasa memasukkan tanggal lahirnya hingga dengan bodohnya melaporkannya pada pihak apartemen karena disangka rusak.

Dentingan pelan tanda pin berhasil dimasukkan terdengar begitu Giselle selesai menekan deretan angka. Dia menggenggam knop pintu, menekannya bersamaan dengan pintu yang perlahan terbuka.

Menampakan keadaan apartemen yang gelap gulita. Dengan sesekali kilat menerangi lewat celah jendela yang gordennya sudah ditutup.

Giselle mengernyit sembari melangkah masuk. Meraba-raba saklar untuk menyalakan lampu sebab ia tak nyaman berada dalam kegelapan, apalagi ini bukan hal yang biasa terjadi.

Kalau pun belum ada siapa-siapa di apartemen, lampu selalu menyala otomatis setiap petang karena sudah Jean atur melalui aplikasi.

Ini nyaris jam 9 malam, kenapa lampu masih padam?

Lengannya yang masih meraba-raba dinding tiba-tiba bersentuhan dengan sesuatu yang hangat. Giselle hendak menjerit terkejut sebelum sesuatu membungkam mulutnya. Tubuhnya pun turut serta didorong menabrak dinding, membuat cewek itu memekik pelan merasa sakit.

Dalam rasa sakit juga kepanikan yang mendera, kilat petir yang menyambar membawa cahaya menerobos masuk, menampakkan wajah Jean yang tanpa ekspresi menatapnya kelewat datar.

Cewek itu tanpa sadar menghela nafas lega dengan mulut yang masih dibungkam.

Jean perlahan-lahan melepas bekaman tangannya, berganti memegangi erat-erat bahu Giselle. Memancing ringisan pelan terdengar dari belah bibir merah itu.

"Je.." ringis Giselle. Menggoyang-goyangkan bahunya berusaha melepas tangan Jean. "Sakit, Je."

Namun Jean abai akan itu.

Get MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang