***
Entah perasaannya saja atau apa, Jean merasa jika beberapa hari belakangan ini sikap Giselle jadi lebih manis padanya.
Mulai dari membangunkannya setiap pagi dengan lembut---padahal biasanya Jean diteriaki jika tak kunjung membuka mata---, memasakkannya sarapan, menceritakan banyak hal tentang apa saja selagi Jean mengantarkan Giselle ke butik, juga selalu menyambutnya setiap kali Jean pulang ke apartemen.
Bukan itu saja, tak jarang juga setiap mereka selesai makan malam---yang tentu Giselle masakkan---cewek itu akan mengajak Jean melakukan berbagai kegiatan yang jujur, sangat amat Jean nikmati. Menonton film, bermain monopoli, ular tangga, dan banyak hal lainnya.
Selama beberapa hari ini, Jean sangat dipuaskan dengan quality time yang dimilikinya bersama Giselle. Terlebih, cewek itu tak pernah malu memulai skinship dengannya langsung. Pelukan atau bahkan ciuman sudah menjadi rutinitas dalam hidup keduanya.
Tentu tak tertinggal juga kebiasaan Giselle meminta digendong padanya. Tapi tak masalah, Jean jadi bisa mempergunakan otot yang bertahun-tahun ia bentuk dengan susah payah.
Akhirnya otot-otot itu ada gunanya juga.
Ditengah euphoria yang Jean rasakan karena perlakuan Giselle padanya, dia juga diam-diam berpikir ada apa gerangan? Tak mungkin Giselle memperlakukannya kelewat manis tanpa alasan bukan? Giselle bukan tipe cewek yang suka bertindak impulsif tanpa rencana. Cewek itu terbiasa merencanakan sesuatu sebelum bertindak.
Makanya, Jean agak curiga. Apa jangan-jangan ini cicilan hadiah dari Giselle untuknya? Tapi.. masa iya sih?
Jean agak kurang suka jika diberi hadiah seperti ini. Bukannya apa, hanya saja kesannya seperti Giselle tidak ikhlas menjadi istri yang baik dan cuma mau melakukan ini sebagai hadiah ulang tahun untuk Jean.
Jean tidak mau jika hari ulang tahunnya terlewat nanti, segala sikap manis ini akan terhenti begitu saja.
Maka malam ini, begitu memasuki apartemen dan hidungnya mencium aroma masakan yang harum dari arah dapur, Jean langsung melangkah kesana sebelum Giselle yang menghampiri.
Kedua netranya melihat Giselle dalam balutan apron tengah sibuk sendiri memasak. Tampak tak sadar kalau Jean sudah pulang dan tengah memperhatikannya dalam diam.
"Udah masukin penyedap?"
Jean sedikit terlonjak mendengar suara Bundanya. Ia menajamkan pandangan dan melihat ada ponsel yang Giselle genggam di tangan kiri, sementara tangan kanan mengaduk-aduk entah apa dalam wajan.
"Udah, Bun. Udah aku cicip juga dan rasanya pas kayak yang tadi Bunda bikin."
Tadi?
"Tunggu 5 menitan lagi aja ya sayang, nanti kamu tinggal matiin apinya aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Get Marriage
FanfictionDiusianya yang menginjak angka 25, Giselle sudah tak asing lagi dengan pertanyaan, "Kapan nikah?" Kendati sudah ribuan kali orang-orang disekitarnya bahkan Maminya sendiri mengajukan pertanyaan itu, Giselle masih betah melajang. Dia seperti tidak te...