***
"Gimana?"
Yeji melipat bibir, menunduk seraya melangkah mendekati Haje yang duduk dipinggir ranjang. Ia ikut mendudukkan tubuhnya disana, menunjukan alat yang tadi ia pakai di kamar mandi.
Iya, test pack.
Yang sayangnya hanya menunjukan satu garis saja. Yeji lagi-lagi tidak positif hamil padahal ia sangat ingin mengandung layaknya Karina.
Haje menghela nafas melihat test pack itu. Dia mengambilnya lantas melemparkan begitu saja ke tempat sampah.
"Kita harus gimana?" ucap Yeji lirih. "Aku pengen hamil juga, Je. Aku pengen kita punya anak, aku pengen keluarga kecil kita lengkap."
"Aku juga, Ji."
Yeji mendongak memperlihatkan wajahnya yang kini basah oleh air mata. "Kita salah apa sama Tuhan? Kenapa kayaknya susah banget ngasih kita keturunan? Apa aku nggak pantas jadi Ibu?"
"Nggak, kamu pantas kok." Haje menarik Yeji ke dalam pelukan. Membiarkan istrinya itu menangis didadanya. "Mungkin kita emang belum beruntung aja, gapapa Ji, lagian pernikahan kita juga belum lama."
"Tapi kok Karin udah hamil?" ucap Yeji disela isak tangisnya. "Padahal kita yang nikah duluan, Je."
"Emang belum rezekinya aja, Ji. Kamu jangan suka membanding-bandingkan gitu." Haje dengan sabar mengelus-elus rambut panjang Yeji yang tergerai. "Kalau emang udah waktunya kita punya anak, nanti juga pasti dikasih. Yang perlu kita lakuin cuma nunggu sembari berdoa."
"Tapi aku pengen punya anak.." cicit Yeji.
"Kalau gitu jangan pernah berhenti berdoa dan sabar. Yakin aja, suatu saat nanti, kita juga bakalan punya anak."
"Kamu juga ikut doa?"
Haje menunduk mempertemukan tatapnya dengan netra Yeji yang berlinang air mata. Dengan telaten cowok itu menghapusnya untuk kemudian menangkup wajah istrinya.
"Iya, Ji. Aku nggak pernah lewat berdoa supaya kita bisa cepet-cepet punya anak." Haje mengulas senyum yang selalu bisa menenangkan hati Yeji. "Aku nggak sabar pengen lihat kita versi mini."
Yeji terkekeh kecil.
"Udah ya sedihnya? Gapapa kamu nangis, tapi jangan nyalahin diri sendiri apalagi Tuhan. Berdoa aja minta yang terbaik ya? Mungkin nggak sekarang dikasihnya, tapi aku yakin Tuhan pasti punya rencana yang terbaik buat kita."
"Oke!" Yeji menghambur memeluk Haje lagi. "Aku nggak sabar nunggu kejutan yang akan dikasih Tuhan nanti."
Haje balas memeluk Yeji, menghirup dalam-dalam aroma alami yang tubuh Yeji miliki.
"Aku juga nggak sabar," gumamnya.
Mereka menghabiskan waktu cukup lama sembari saling memeluk. Menyamankan diri dalam hangatnya dekap, menikmati ritme detak jantung yang seakan seirama juga hati yang perlahan berbunga-bunga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Get Marriage
FanfictionDiusianya yang menginjak angka 25, Giselle sudah tak asing lagi dengan pertanyaan, "Kapan nikah?" Kendati sudah ribuan kali orang-orang disekitarnya bahkan Maminya sendiri mengajukan pertanyaan itu, Giselle masih betah melajang. Dia seperti tidak te...