***
Angin malam menyapu lembut wajah berseri pasangan yang kini duduk berdampingan dengan tangan saling bertaut di sebuah taksi.
Selepas berpelukan di bandara, keduanya lantas segera menghentikan taksi, hendak pergi ke hotel yang sudah Jean pesan sebelum terbang ke Labuan Bajo. Mereka juga tak susah payah berpamitan pada teman-teman yang lain karena Bang Jef yang akan mewakilkan.
Abangnya itu benar-benar berperan dalam hubungan mereka. Mulai dari menggantikan Jean menjaga Giselle di liburan dua hari kemarin juga diam-diam membantu Jean menculik adiknya dari rombongan.
Jean sebenarnya mau-mau saja sih kalau disuruh menjemput Giselle langsung ke rombongan Jakarta kemarin, namun ia jelas tak punya muka untuk berhadapan dengan Windy dan Satya.
Masa iya datang ke acara pertunangan mereka tak bisa, tapi Jean malah datang menjemput istrinya untuk berlibur?
Mau ditaruh kemana harga dirinya.
Maka Bang Jef menawarkan menculik Giselle padanya. Membawa adik dari lelaki itu untuk datang ke terminal kedatangan guna menyambut kedatangan Jean.
Dan itu berhasil.
Angan Jean untuk mendapat pelukan hangat dan nyaman yang ia rindukan seketika terbayar begitu ia dan Giselle bertemu dalam satu tatapan mata.
Juga satu hal yang membuat Jean kepalang senang adalah kala perempuan itu sendiri yang melompat ke pelukannya untuk pertama kali. Memberi sinyal padanya, kalau bukan hanya Jean yang merindukan perempuan itu, Giselle juga merindukannya.
"Lo kok bisa nyusul kesini? Katanya ada proyek sama Radit?"
Dengan keadaan kepala yang bertumpukan satu sama lain, Giselle memecah keheningan. Melontarkan pertanyaan yang sudah memenuhi kepala saat pelukannya dengan suaminya itu di bandara terlepas.
"Proyeknya udah selesai, makanya saya bisa kesini." Jean menatap lurus pada jalanan yang ramai oleh kendaraan. "Maaf agak telat. Jadi gak bisa nemenin kamu liburan bareng Windy kemarin."
Giselle menggelengkan kepala.
"Nggak masalah. Lagian kan ada Bang Jef, jadi gue nggak begitu kesepian."
Jean hanya tersenyum menanggapi itu.
Keheningan kembali menyapa dan keduanya memilih bungkam satu sama lain. Tidak melontarkan sepatah kata pun dan nyaman dalam keterdiaman.
Namun ini bukan keheningan yang canggung dan diam-diam Jean mensyukuri itu.
Karena Jean selalu ingat perkataan Bundanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Get Marriage
FanficDiusianya yang menginjak angka 25, Giselle sudah tak asing lagi dengan pertanyaan, "Kapan nikah?" Kendati sudah ribuan kali orang-orang disekitarnya bahkan Maminya sendiri mengajukan pertanyaan itu, Giselle masih betah melajang. Dia seperti tidak te...