22. Heartbeat

2.5K 295 131
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Je.."

Samar-samar dalam nyenyaknya tidur, Jean mendengar suara memanggil namanya. Wajahnya mengernyit, matanya erat terpejam menolak untuk terbuka, Jean memutuskan untuk berbalik memunggungi asal suara.

“Jeandra..”

Kini bahu Jean digoyang-goyangkan beberapa kali. Cowok itu berdecak kesal, bergeser menjauh sebab kantuknya terlalu besar untuk dilawan. Lagi pula ia kelelahan seharian tadi beraktivitas tanpa henti.

Mulai dari berangkat ke kantor, mengerjakan tumpukan berkas juga memimpin total 3 rapat, sore harinya menjemput Giselle di butik, langsung bersiap-siap untuk menghadiri acara pertunangannya Radit, begitu tiba disana segera saja ditarik Giselle kesana-kemari karena cewek itu kelewat antusias, mengobrol banyak hal dengan Yogi hingga pukul 11 malam sampai acara selesai dan baru sekarang ini Jean bisa beristirahat.

Makanya begitu bahu Jean ditarik hingga tubuhnya telentang dan Giselle duduk diatas perutnya, Jean langsung menggerutu kesal dengan mata terpejam. Jelas sekali nampak terganggu dengan kelakuan random istrinya.

Demi Tuhan ini sudah tengah malam. Mau apalagi istrinya ini?

“Je..” Giselle menepuk-nepuk dada Jean. Sekali lagi mencoba membangunkan Jean dari tidurnya yang terlampau lelap. “Bangun dong ih!”

“Hm.. kenapa?”

“Laper,” cicit Giselle. “Temenin masak mie, yuk?”

Meski Jean mengantuk setengah mati, ia masih memaksakan diri untuk terjaga. “Tadi belum kenyang emang? Kamu makan 4 piring kalau lupa.”

“Piring mini mana kenyang, Je. Lo juga tadi nyomotin makanan gue ih!”

“Saya juga laper tadi,” balas Jean. Nyaris saja terlelap jika Giselle tidak menepuki pipinya. “Lapernya bawa tidur aja ya? Saya ngantuk, Gi.”

Tubuh Giselle yang masih menduduki perutnya Jean tarik lalu ia bawa berguling hingga Giselle kembali berbaring disampingnya. Sebelah tangannya Jean arahkan sebagai bantalan kepala Giselle, sementara tangannya yang lain mendekap erat cewek itu ke dadanya. Tak membutuhkan waktu yang lama untuk Jean kembali tertidur dengan posisi itu.

“Je!”

Namun agaknya takdir memang tengah berpihak pada istrinya, Jean lagi-lagi dipaksa bangun.

“Gue laper ih! Lo mah nggak berperikeperutan banget sih?! Ini kalau misal gue hamil terus laper tengah malem, lo bakal nyuruh bayinya puasa sampe pagi juga?!”

Dengan mata terpejam, Jean membungkam bibir Giselle dengan miliknya. Melumat lembut belah bibir itu guna menyudahi omelan istrinya yang mulai ngelantur membahas bayi.

Padahal Jean unboxing pun belum, Giselle malah sudah mikir sampai kesana. Mungkin efek melihat Karina yang perutnya mulai menggembung besar, Giselle jadi ikut-ikutan merasa hamil. Memang persahabatan keduanya klop sekali.

Get MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang