.
.
." Ngapain pulang kamu? Kenapa gak pergi sekalian sambil bawa barang barang kamu "
" Maaf tapi saya lagi capek, gak mau berdebat dengan anda dulu " Balas Aeral kemudian melenggang pergi dari tempat itu
Namun baru beberapa langkah sebuah tangan menarik lengan Aeral menghentikan langkah lelaki itu
" Kamu mulai gak sopan ya sama orang tua! Saya belum selesai berbicara kamu sudah pergi! " Emosi tertahan dari bunda
Aeral memutar bola matanya pertanda ia sangat malas menghadapi wanita tua dihadapannya ini
" Lihat lihat! Berani sekali kamu memutar bola mata kamu seperti itu! Seperti anak yang tidak pernah diajarkan sama orangtuanya! " Sarkas bunda
" Mau anda itu apasih?! Saya lelah saya mau tidur! " Aeral mulai kesal, dengan spontan pun nada bicaranya ia tinggikan
" Aeral! " Tegur ayah yang datang tiba tiba, mungkin mendengar keributan di ruang tengah
" Jaga sikap kamu sama bunda Rayuna, ayah gak pernah ajarin kamu seperti itu! Melihat tingkah kamu yang semakin buruk seperti ini bunda juga pasti akan marah!" Lanjut ayah menegur anak sulungnya ini
Andai kalimat terakhir dari ayah itu tidak terucap, mungkin sayatan di tangan Aeral tak perlu bertambah dan amarahnya tidak akan membuncah
" JANGAN SEBUT SEBUT BUNDA! DIA INI BUKAN BUNDA, BUKAN SEORANG IBU ATAUPUN KELUARGA DAN ORANG TUA YANG HARUS AERAL HARGAI! DIA GAK LEBIH DARI PADA SEORANG JALANG YANG MENIKAH DENGAN AYAH AERAL!"
Plakk
Rasa panas dan perih bersamaan mendesir pada pipi kanan Aeral, perih yang tak seberapa namun rasa sakit pada hatinya menjadi berlipat ganda. Demi seorang wanita bak jelmaan setan ayah menampar Aeral, menyobek nyobek harga diri Aeral dan membuangnya tepat di hadapan wanita itu
Ini adalah kedua kalinya dalam hidup Aeral ditampar oleh sang ayah. Yang pertama ia dapati persis dengan kejadian saat ini, ketika ia tidak menerima wanita itu sebagai bunda sambungnya dan mengusir wanita itu ketika datang di pemakaman sang bunda tercinta
Harusnya mulai dari saat itu ayah sadar bahwa anak laki lakinya ini tidak boleh ia sakiti. Sama dengan ekspresi saat itu, kini ayah merasa sangat bersalah. Melakukan hal yang sama pada orang yang sama dan masalah yang sama, ayah masuk ke lubang yang sama untuk menyakiti hati anak nya sendiri
" A-Aeral a-ayah - "
Dengan tatapan kosong dan tangan kanannya memegang pipinya yang perih Aeral berkata dengan sangat menyakitkan
" Ayah asal ayah tau satu satunya hal yang Aeral mau didunia ini hanyalah nyusulin bunda "Perlahan namun pasti dan untuk pertama kalinya Aeral meneteskan air matanya tepat dihadapan sang ayah
" Aeral gak pernah belajar apapun dari ayah selain cara menyakiti. Dan Aeral udah lupa gimana rasanya punya seorang ayah "Dengan isakan Aeral permisi untuk masuk kedalam kamarnya, mengunci pintu kayu itu dengan rapat dan kemudian masuk kedalam kamar mandi. Menghidupkan shower lalu mengguyur tubuhnya dengan air dan mulai membuat genangan campuran air dan darah dari tubuhnya
Aeral adalah makhluk ciptaan Tuhan yang selalu mengelu karena kehancurannya. Tak ada makna hidup yang dapat Aeral petik selama ia didunia ini, hanya kesakitan yang selalu datang bertubi tubi merobohkan benteng pertahanan lelaki remaja itu
Aeral menyesal mengikuti arahan Marko yang menyuruhnya untuk pulang. Harusnya ia singgah ke rumah pohon saja untuk beristirahat sejenak sebelum menghadapi manusia manusia tadi
Kembali kepada ayah dan bunda Rayuna yang tengah berada di ruang tengah, terlihat sosok ayah sangat terpukul dengan ucapan anak nya tadi
Ia melihat tangan kanannya yang merupakan saksi bisu ia menyakiti anak nya sendiri, dengan kesadaran penuh tangannya melayang menampar jagoannya
Jagoan kesayangannya yang kini sudah tumbuh dengan sangat baik. Menjadi sesosok lelaki remaja yang sangat tampan dan pintar
" Aku mau melanjutkan kerja ku dulu. Abien dimana? " Tanya ayah pada bunda Rayuna
" A- Abien ada di kamar mas " Gugup Rayuna menjawab pertanyaan sang suami. Sebenarnya ia cukup senang karena suaminya kembali membela dirinya, namun raut wajah yang sangat sulit terbaca itu membuat Rayuna sedikit takut
Ayah pun mengangguk kemudian beranjak dari ruangan itu menuju ruang kerjanya. Ruangan yang selalu ia kunci dan hanya membiarkan dirinya seorang yang dapat memasuki ruangan itu
Berhenti tepat didepan figura sang istri tercintanya, ayah menangis. Menunduk dan bersujud meminta maaf pada sang istri karena kembali menyakiti buah hati mereka
Malam awal yang masih panjang itu diisi dengan tangisan ayah dan anak didalam bilik ruangan masing masing. Dengan kepedihan dan rasa rindu yang sama, merindukan wanita yang mereka cintai.
Rasanya seperti sebuah layangan putus. Sakit sekali tapi tak bisa berbuat apa apa.
Lain hal dengan malam di keluarga yang lain. Keluarga Baramba. Keluarga yang sudah 17 tahun ini hanya terdiri dari sosok ayah dan kedua anak nya
Kepala keluarga Baramba, Haydan Baramba, dan terakhir Jwidan Baramba
Ya, keluarga Jwidan. Jwidan besar hanya dengan sosok dari ayah dan kakak nya, ia tak pernah tau seperti bentuk dan rupa si ibu
Jika bunda Aeral pergi karena dipanggil yang maha kuasa, maka ibu Jwidan pergi karena dipanggil ketidakmampuan untuk hidup susah
Satu tahun sebelum Jwidan lahir, ayah Jwidan mengalami kebangkrutan. Ayah ditipu oleh sahabatnya lalu perusahaannya mengalami kebangkrutan, saat ibu tau ia mengandung seorang anak lagi, ia merasa tak sanggup. Bagaimana bisa hidup dengan seorang lelaki miskin dan membesarkan dua anak sekaligus? Ibu tak mampu, bahkan berkali kali Jwidan ingin ibu gugurkan. Tapi sang Pencipta masih ingin Jwidan melihat dunia, maka setelah ia lahir ibupun menghilang. Meninggalkan seonggok bayi mungil yang membutuhkan asi dan juga kasih sayang
Jwidan tak pernah merindukan si ibu, hanya sesekali ia ingin setidaknya sekali saja bertemu dengan wanita yang telah melahirkannya itu. Mengucap kan terimakasih dan memeluk sosok itu sekali saja.
Terkadang ia iri dengan teman temannya yang lain, dibuatkan bekal kesekolah, dimandikan waktu kecil, dipeluk di tengah malam saat bermimpi buruk, meminum asi selama 6 bulan dan lain lain.
Tapi yang paling menyakitkan adalah saat merayakan hari ibu. Karena itu setiap kali sekolah akan merayakan hari ibu, Jwidan memilih untuk tidak masuk sekolah atau membolos. Bukan karena malu, tapi karena iri.
Seperti besok. Ayah akan lupa bahwa besok adalah hari ibu jadi Jwidan tak perlu khawatir ayah akan sedih melihat dirinya dan kak Haydan, jadi ia hanya perlu membohongi sang kakak saja bahwa besok ia akan kesekolah seperti biasa. Padahal ia akan membolos besok.
Jwidan yakin hampir 90% sang kakak tetap mengetahui kelakuan nya yang satu itu, tapi mungkin karena maklum jadi ia berpura pura tidak tahu.
Mungkin?
.
.
.Halloow, tengah malam update tu kayak beeh wkwkwk... Jangan lupa vote and comment yaa guyss, kalau boleh sekalian bantu promosiin? Hehe
Terimakasih🤟 salam ganteng dari akang gendang Jwidan
KAMU SEDANG MEMBACA
Wisata Masa Depan //nct Dream
Teen FictionCerita ini penyakitnya sudah komplikasi, jadi mohon pengertiannya untuk segera menyiapkan hati dan mental jiwa raga. Tapi Bukankah pelangi muncul setelah hujan badai menerpa? 7 sosok laki-laki remaja yang dipertemukan sang Maha pencipta agar dunia...