Another Cry

364 30 2
                                    

Hellow.. Happy reading..
.
.
.

" Aeral, lo udah minum obat kan? " Tanya Raka

Kini mereka sedang berada di rumah sakit, kemo untuk Raka kembali dijalankan setelah beberapa hari yang lalu mereka menerima surat dari sang sahabat. Mereka memutuskan untuk sembuh.

Walaupun kata sembuh menjadi satu kata yang sangat mustahil bagi Aeral untuk capai. Paling tidak ia sudah berusaha, dan kelak jika memang ia harus menyusul sangat sahabat, dia tak akan mengamuk pada Aeral diatas sana nanti.

" Udah " Balas Aeral singkat, ia tengah bermain dengan ponsel pintarnya. Memainkan game yang menembak sana dan sini hingga meraih seekor ayam. Hm, sepertinya ada yang salah?

" Gue, sejujurnya gue takut mau kemo lagi. Kemo kemaren sakit ral "

Mendengar ucapan Raka membuat Aeral menghentikan permainannya, mematikan layar ponselnya lalu menyakunya. Menegakkan tubuhnya serta menarik kursi yang tengah ia duduki itu menjadi semakin mendekat dengan bangkar Raka

" Namanya berobat, pasti sakit. Tapi lo tau kan lo sekuat apa? Mending sakit sebentar asal lo bisa sembuh. Gue temanin oke? " Aeral tersenyum mencoba menenangkan Raka

" Lo lagi janji ke gue ya? "

Aeral mengangguk dengan semangat. Namun Raka semakin lemas

" Gue gak mau ada yang janji lagi ke gue. Terakhir kali Jedan janji tapi malah bohong " Sendu kembali melingkupi dia onggok manusia disana, keterdiaman melingkupi mereka hingga dokter dan para perawat datang untuk memulai kemoterapi Raka

Setelah beberapa jam melakukan kemoterapi, Raka dan Aeral kembali kerumah Chela. Raka sengaja tak ingin kembali ke panti asuhan, dengan kondisinya yang pusat dan rambutnya yang perlahan rontok membuat ia enggk untuk kembali.

Jujur saja, Raka sangat kurus. Bibirnya selalu pucat dan rambutnya perlahan lahan mulai rontok karena pengaruh dari kemoterapi. Terkadang ketika menyentuh rambutnya Raka selalu menemukan helaian helaian rambut ditangannya, membuat Raka merasa pupus untuk sembuh.

" Ka " Panggil Chela

" Hm? " Raka tengah merapikan barang barangnya dikamar

" Lo ngapain? " Tanya Chela

" Ngerapiin barang barang gue, tadi sempat jatuh terus berserak " Jelas Raka

" Makan ayok, habis itu lo minum obat " Ajak Chela

" Iya bentar. Dikit lagi " Balas Raka

Melihat gerakan Raka yang lambat, Chela maju dan membantu merapikan barang barang Raka

Tes

" Agh " Kaget Raka kemudian dengan cepet mengambil tisu yang berada tak jauh dari tempatnya berada

Chela terkejut. Ia terdiam melihat Raka menyeka darah yang mengalir dari hidungnya

Detik itu juga buliran air mata turun membasahi kedua pipi Chela.

Chela menangis.

Lagi.

" Agh, gue keluar bentar. Gue panggilin Aeral dulu " Ucap Chela kemudian berlari keluar dari kamar Raka

Chela tak berucap. Ia hanya keluar dari rumahnya lalu lari entah kemana. Tak tau arah

Aeral dan Jwidan berada di ruang keluarga. Melihat Chela keluar terburu buru membuat mereka berdua siaga. Jwidan mengkode Aeral untuk melihat kondisi Raka sedangkan ia akan mengejar Chela

" Chel " Panggil Jwidan

Chela lari, berlari sekuat tenaganya menuju arah yang tak ia tahu lagi kemana. Ia hanya berlari sekencang kencangnya sampai nafasnya tercekat dan ia terjatuh karena kakinya tak lagi dapat menyeimbangi tubuhnya.

Wisata Masa Depan //nct DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang