Will Gone & Lost

356 32 0
                                    

Happy reading
.
.
.

Marko dan Jedan kini sedang bersitatap, saling melempar untuk memulai percakapan dengan Aeral yang kini sudah sadar

" Lo pada harus pulang, gue udah mendingan " Ucap Aeral menatap sendu kedua sahabatnya

" Hah? Kita udah ngejaga lo dari semalam, sekarang lo suruh kita pulang?  Apa lo gak tau yang kita berdua tunggu tuh lo yang ngebuka mata dan sadar? " Balas Marko tak terima

" Bukan gitu, makasih lo pada udah ngejagain gue. Tapi lihat diri lo sendiri mar, bahkan darah gue masih ada di baju lo " Ujar Aeral

Jedan terdiam, tak tahu harus berbuat apa, sedangkan marko kini berdecak tak suka

" Gue beneran udah mendingan kok, besok juga gue udah bisa pulang. Tenang aja, ini bukan yang pertama kalinya buat gue "

Jedan maupun marko tercengang mendengar penuturan sahabat mereka yang satu itu

" Sejak kapan lo gini? " Tanya Jedan

" Gue gak ingat, mungkin 1 tahun? "

Mereka semakin tercengang, bagaimana ia bisa menghadapi hal seperti ini selama satu tahun? Dan parahnya lagi mereka baru mengetahuinya sekarang

" Ah, mungkin dokter udah ngasih tau tentang penyakit gue. Iyakan? "

Aeral menatap lekat kedua sahabatnya itu, dapat ia lihat bahwa mereka mengangguk dengan lemas

" Gue boleh minta tolong ke kalian buat ngejaga ini jadi rahasia? Gue gak mau orang lain tau kalo gue penyakitan "

" Ral, jangan ngomong kayak gitu " Tegur Marko, ia tak suka mendengar kalimat yang terakhir itu

Aeral tersenyum tipis, kemudian kembali berucap
" Makasih udah ngejaga gue dan ngebantu gue, gue janji ini yang terakhir kalinya kalian ngunjungin gue dirumah sakit " Ujar lelaki itu

Marko menghela nafasnya kemudian meraih telepon genggam nya yang tengah berbunyi

Sembari menunggu Marko yang menerima panggilan, Jedan mulai menyinggung perihal ucapan dokter tadi malam

Menarik kursinya semakin mendekat kebangsal Aeral, Jedan berucap
" Ral, kemo yok "

Satu kata yang berhasil membuat Aeral terhenyak, ternyata masih ada orang yang ingin ia tetap hidup didunia ini. Namun Aeral tak sanggup lagi, hidup lebih lama di dunia ini akan membuat dirinya semakin hancur

Aeral menggeleng lemah menjawab ucapa Jedan

" Ral, gue temenin. Dari awal sampe lo sembuh, gue temenin lo. Ya? Tolong ikut kemoterapi nya ral, gue mohon " Pinta Jedan lagi

" Gue gak sanggup dan, mungkin lebih baik gue mati karena ni penyakit dari pada hidup tapi rasanya kayak mati "

Rasanya Jedan tak kuasa lagi untuk menahan genangan air matanya untuk tidak turun, namun sekuat kuatnya Jedan menahan agar Aeral tak merasa semakin buruk

" Jangan ngomong kayak gitu, emang lo gak mau tua bareng bareng kita? Kita kan udah janji buat selalu bareng. Jadi lo harus sembuh, ya? " Bujuk Jedan namun sekali lagi hanya penolakan yang ia terima

" Gue gak bisa, gue gak sanggup dan. Gue mohon lo rahasiain ini dari siapapun. Anggap aja itu permintaan terakhir gue buat lo "

" Kagak bakal gue turutin, gue bakalan bilang ke anak lain biar mereka lite ngebujuk lo buat kemo " Kesal Jedan

" Jangan gitu dong, gue gak sanggup ngedengarin omelan nya Raka yang kayak emak emak gitu "

" Biarin, kagak perduli gue "

Wisata Masa Depan //nct DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang