Please Don't Leave Me

449 33 11
                                    

Hallow, happy reading yaa
.
.
.

Pagi kembali menyingsing, suara monitor detak jantung Marko masih tetap setia menjadi alunan lagu pagi ini. Sudah 3 hari pagi yang mereka jalani masih tetap sama, dan sialnya tak ada satupun anggota keluarga Marko yang datang. Kejam sekali.

Aeral pun begitu, sang ayah masih tetap tidak tau diri dan tak bertanggung jawab karena sampai saat ini batang hidungnya masih belum terlihat juga. Sang ibu tiri dan adiknya itupun sama, tak nampak barang sejenak. Tak adakah ucapan terimakasih?

Pagi ini kondisi Aeral sebenarnya cukup memburuk, detak jantungnya melemah dan ia sangat sulit untuk sekedar membuka mata.

" Ral? " Panggil Raka sambil menggenggam tangan kanan Aeral

Lelaki itu tersenyum tipis dengan mata sayunya yang sedikit terbuka, ia benar benar lemah. Sekujur tubuhnya terasa sangat sakit.

" Butuh sesuatu? " Tanya Raka

Aeral menggeleng pelan, dilirik nya bangsal di sebelah. Marko masih belum sadarkan diri

" Marko baik baik aja, cuman butuh waktu untuk bangun " ucap Raka peka melihat lirikan Aeral

Sakit sekali rasanya melihat sahabatnya yang selalu ceria itu tiba tiba terkulai lemas seperti ini, padahal semalam mereka masih bisa tertawa bersama.

" Aeral, boleh gak gue egois minta lo jangan pergi? " Raka menatap tepat pada manik hitam itu, ia benar benar tak rela jika harus kehilangan Aeral secepat ini

Aeral tersenyum lirih, ia pun tak tahu apakah masih bisa melewati hari ini atau tidak. Ia hanya bisa berdoa untuk kebaikan semuanya, bila memang dirinya harus pergi ia harap tak ada yang bersedih terlalu larut karenanya.

Tiba tiba Aeral mengernyit,pandangan Aeral menggelap, perlahan namun pasti kesadarannya ditarik paksa seakan kantuk berat menghinggapinya. Raka yang merasa genggamannya mulai terlepas pun segera terdasar dan panik

" Aeral? Aeral?!" Panggil Raka kemudian memencet tombol khusus untuk memanggil perawat dan dokter

Raka semakin panik, monitor yang menampilkan detak jantung Aeral membuat suara yang berantakan, detak jantungnya melemah.

" DOKTER! DOKTER! " teriak nya frustasi

Beberapa dokter dan perawat datang tergesa-gesa, segera mengambil alih Aeral yang sudah tak sadarkan diri.

Selagi dokter berusaha menyelamatkan Aeral, Raka tak putus putus nya berdoa dan memohon pada sang kuasa.

" Tuhan tolong jangan ambil Aeral sekarang, tolong selamatkan Aeral " Mohonnya

Ia merekatkan kedua tangannya, terduduk bersimpuh diatas lantai dingin itu memohon dan berdoa terus menerus

" Jedan tolong jangan bawa Aeral " tangis tak bersuara Raka sudah berderai derai membasahi pipi putih itu

" RAKA?! Aeral kenapa? " Panik June melihat Aeral yang sedang ditangani oleh dokter

Raka tak kuasa, ia hanya dapat menggeleng dan menangis sambil terus berdoa. Raka sudah frustasi, jika Aeral pergi sekarang maka ia adalah orang pertama yang akan menyusul nya. Raka sudah berjanji.

June yang tak bisa berbuat apa apa pun hanya bisa menghubungi Chela dan Jwidan agar segera datang. Ia menarik Raka yang sudah tak berdaya itu untuk masuk kedalam pelukannya. Sakit sekali rasanya melihat kondisi seperti ini, semua sahabat sahabatnya sudah tak berdaya lagi untuk sekedar menapak kan kaki didunia ini. Pelik dan sesak, June merasa dejavu saat Jedan dulu.

Apakah harus terulang lagi?

Apakah harus diambil semuanya?

Apakah harus kehilangan lagi?

Wisata Masa Depan //nct DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang