For Real?

638 33 3
                                    

Haloo, happy reading yaa..

.
.
.

" Jwi gue capek "

Kalau ada tombol untuk menyerah hidup didunia ini maka Chela akan menjadi orang pertama yang menekannya.

Untuk kesekian kalinya dalam satu hari ini, Aeral kembali kejang. Kondisinya semakin memburuk bahkan kini ia berada di ruang ICU, ruangan yang Chela hindari tapi kini malah harus selalu ia kunjungi.

Bunyi monitor yang saling berpacu diruangan itu membuatnya kacau, tak sekali ia mendengar suara monitor itu berbunyi panjang yang menandakan berhentinya detak jantung seseorang diruangan itu. Chela ingin keluar, namun jika ia keluar bagaimana dengan Aeral?

Bahkan kini fokusnya pun sudah pecah, entah bagaimana lagi caranya untuk berpikir jernih dan membagi waktu. Disaat sahabatnya tengah kritis dan berjuang untuk hidup, dua sahabatnya yang lain masih tak sadarkan diri diruangan yang berbeda lantai.

" Aeral, jangan buat gue takut ral. Tolong bangun gue mohon, gak capek tidur terus? " Chela bergerak memegang tangan kanan Aeral, menggenggamnya erat dan kemudian menutup matanya

Chela berdoa, memohon kepada sang Pencipta untuk menyembuhkan sahabat nya dari penyakit yang siap merenggut nyawa Aeral kapan saja.

Perasaan Chela tidak enak, tiba-tiba hatinya gusar seakan ada hal yang sangat mengganggunya. Chela khawatir hal ini terkait dengan Aeral.

" Tuhan tolong, sembuh kan Aeral " Doanya

Tak selang beberapa lama monitor yang menampilkan grafik detak jantung Aeral kembali berbunyi tak karuan, perlahan turun membuat hati Chela kembali gusar dan panik. Para dokter dan perawat kembali berdatangan dengan cekatan mengambil alih Aeral untuk dilakukan penanganan.

Tubuh Aeral yang meronta ronta bergerak tak karuan, Aeral kejang. Jujur Chela tak kuat melihat ini semua, melihat betapa menderitanya Aeral menahan sakit dan berjuang untuk hidup.

Setelah beberapa menit tubuh Aeral akhirnya kembali stabil, detak jantungnya kembali normal. Sungguh, mau berapa kali Chela harus terus melihat ini semua?

" Chela, mohon maaf saya harus berkata seperti ini. Tapi kondisi Aeral sudah sangat parah, kami sudah melakukan semua yang bisa kami lakukan dan sisanya kita hanya bisa berharap kepada mujizat dan perjuangan Aeral saja " Ucap dokter yang merawat Aeral sejak pertama kali anak itu memeriksakan penyakitnya

Chela termenung, sesaat pikirannya kosong dan kehilangan arah sambil menatap wajah pucat nan sayu Aeral. Hingga tiba - tiba seorang perawat datang dengan wajah pucat pasi nya memanggil Chela dengan takut-takut

" Maaf dek " Panggil suster

Chela menoleh dan seketika rasa takut menyerang sekujur tubuhnya.

" Tolong jangan " Batin Chela

" Pasien di kamar 356 atas nama Marko Juvandi - "

Belum selesai suster tersebut berucap Chela sudah lari pontang panting menuju kamar inap Marko dan Raka. Sepanjang jalan ia melafalkan doa dan memohon agar apa yang ia pikirkan tidak benar benar terjadi

" Tuhan tolong aku mohon jangan lagi "

" Tolong "

" Marko jangan tinggalin gue "

" Tolong jangan pergi "

" Gue mohon "

Pintu ruangan terbuka dengan paksa, Chela terdiam menatap sebuah bangsal yang sudah tertutup habis oleh kain. Bagaimana bisa? Tak sampai satu jam ia meninggalkan ruangan ini dan sahabatnya sudah tidak ada

Wisata Masa Depan //nct DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang