11: Lost like a Wind

358 34 1
                                    

.
.
.

Jedan tak ingin pergi, tapi ia terpaksa pergi

Meninggalkan June dan sahabatnya yang lain tanpa kabar dan sepatah katapun. Tak ada disetiap sudut tempat yang sering atau hanya sekedar mereka singgahi

Satu kata yang cocok menggambarkan sosok June sekarang adalah kacau. June benar benar kacau sejak Jedan menghilang dari 5 jam yang lalu

June menyesal karena memilih untuk menenangkan diri dan tidak tidur dikamar Jedan. Andai saja tadi malam ia berfikir dengan lebih jernih bahwa sesuatu bisa saja terjadi setelah kejadian tadi malam itu, mungkin sekarang Jedan masih berada di sisinya

" Jun lo harus tanya sama nyokap bokap lo. Mungkin mereka tau dimana Jedan sekarang " Ucap Raka

Kini mereka tengah berada di pohon Rytme. Setelah berkeliling mencari keberadaan Jedan, mereka memutuskan untuk kembali berkumpul lagi

" Tau pun mereka gak bakalan bilang sama gue " Jawab June dengan wajah kesal bercampur sedihnya

Jedan tak memiliki siapapun selain keluarganya dan teman temannya ini. Lalu kemana lagi ia bisa pergi?

" Jawab gak jawab lo tetap harus nanya" Tegur Marko,paling tidak ada usaha untuk bertanya pada orang tua mereka

June terdiam. Kemudian beranjak dan pamit pada yang lain untuk kembali ke rumah. Dengan kecepatan penuh Jedan menempuh jarak yang cukup jauh. Jika hanya melaju seperti biasa, June membutuhkan waktu 30 menit, namun kini hanya dengan 15 menit June sudah tiba di pekarangan rumah kedua orangtuanya itu.

Bayangkan betapa gilanya June melajukan motornya itu di sepanjang jalan. Bunyi klatson dan makian memang sudah tak terelakkan lagi

Membuka pintu rumah dengan kasar dan mendatangi mami nya yang sedang asik menonton serial kesayangannya

" Mami " Panggil June tak sabaran dengan nada sedikit tingginya

" June? Tumben udah pulang sayang " Ujar sang mami dengan lembut

Tanpa berbasa basi lagi June bertanya pada wanita dihadapannya ini
" Jedan mana? "

Mendengar pertanyaan anak sulungnya membuat mami terdiam, berusaha mengontrol mimik wajahnya agar sangat anak tidak curiga
" Mami gak tau, tadi pagi dia cuman pamit ke mami tapi gak bilang ke mana "

" Mami bohong. Pagi apanya? June bangun lebih pagi dari mami sama papi buat nyari Jedan yang udah gak ada dikamarnya. June udah nyari keseluruh tempat dan Jedan gak ada. Kalau bukan mami sama papi yang ngebawa Jedan, siapa lagi? " June marah bercampur kecewa. Sebenarnya juga sudah tau maminya ini pasti tidak akan mengatakan yang sebenarnya

" June. Kamu jangan menuduh sembarangan begitu. Mami sama papi gak tau apa apa, kenapa gak kamu hubungi aja Jedan nya langsung " Cuek sang ibu membuat anak sulungnya naik tensi

Berusaha tetap tenang dan sabar, june menarik nafas kemudian menghembusian nya pelan lalu berujar
" Mami, kalau jedan bisa dihubungin ngapain June nanya sama mami? "

" June. Kamu ribet banget sih! Biarin aja Jedan pergi sesuka hatinya mau kemana, mau minggat dari rumah ini juga gak papa. Emang nya kenapa? Kamu lebih baik fokus sama cita cita kamu, belajar yang benar dari sekarang biar nanti bisa tembus kedokteran dengan lebih mudah" Tungkas mami

" Mami, Jedan anak mami. Kenapa kami gak perduli sama anak mami sendiri?! " Sulut June mulai merasakan sesak didadanya lantaran ucapan tak berbobot dari sang ibu tiri

Kalau dilihat lihat, disini yang anak tiri adalah June tapi ibu nya ini malah membuat Jedan seakan akan adalah anak tirinya yang tidak ingin ia anggap sama sekali. Belum lagi dari pihak keluarnya sendiri, June merasa malu dan ikut sakit ketika menjadi saksi terbullynya Jedan apalagi malam itu. Itu adalah malam dengan kata kata paling menyakitkan yang keluar dari mulut keluarganya

Andai bisa, June ingin sekali keluar dari rumah ini membawa Jedan tinggal bersamanya. Tapi rasanya hampir tak mungkin lantaran Jedan yang sangat sayang pada adik satu satunya itu

" June sayang. Dengarin mami baik baik ya. Jedan akan jauh lebih baik kalau dia tidak berada di dekat kamu dan keluarga ini. Dia gak akan tersakiti lagi, paham? Kamu lihat sendiri kan gimana nenek dan kakek kamu habis habian menolak mimpi Jedan? Dimanapun Jedan sekarang itu pasti sudah menjadi pilihan nya dan itu pasti pilihan yang terbaik. Ngerti? " Ucap mami dengan lembut

Memegang kedua bahu anak sulungnya lalu mengarahkan anaknya itu untuk naik keatas menuju kamarnya
" Sekarang kamu belajar yang bener, raih impian papi kamu untuk jadi dokter dan lanjutkan perusahaan papi nanti, Jangan pikirin Jedan ada dimana atau lagi ngapain karena itu bukan urusan kamu dan itu gak penting buat kamu. Oke? "

June bungkam. Tak berucap sepatah katapun, sakit di hatinya semakin menjadi jadi. Dengan amarah terpendam ia beranjak dari tempat itu menuju kamar Jedan yang berada tepat disebelah kamarnya.

Kamar itu kosong. Hampa. Jedan benar benar pergi, membawa hampir seluruh barang barangnya. Entah kemana anak itu pergi yang jelas June tak akan menyerah mencari nya

June mendekap didalam kamar Jedan selama hampir seminggu. Ia memilih untuk tidak keluar sama sekali dan tidak mengindahi ucapan siapapun. Bahkan Marko dan Aerald berkali kali datang untuk mengajak June keluar dari kamarnya tetapi ia tolak mentah mentah sambil berujar bahwa ia tidak akan keluar dari kamar Jedan sebelum anak itu kembali

Sedangkan Jwidan, Chela dan Raka memilih untuk tidak mengganggu lelaki remaja yang tengah merajuk bak kehilangan kekasih itu. Tahu sekali anak itu tidak akan bisa dibujuk dengan apapun kecuali Jedan datang dan menarik telinganya

Namun Jedan tak kembali, bahkan dengan June yang sudah seminggu ini tidak keluar kamar sama sekali. Hal ini terus menjadi tanda tanya bagi mereka, jika ada masalah biasanya Jedan akan cerita entah itu pada Marko atau pada Raka tapi nihil. Jedan benar benar tanpa kabar

" Kalo entar Jedan datang gue bakal timpuk dia pake ni gitar biar sadar kalo yang dia lakuin itu salah " Terang Marko sedikit emosi

" Aelah Mar, belum lu timpuk dia pake gitar si June udah nimpuk lu duluan pake batu raksasa kali " Balas Chela

" Enggk. Gue rasa kalo tu anak balik entar si June bakalan beli borgol biar tu anak kagak hilang lagi. Ngelihat betapa frustasinya tu anak sampe kagak mau keluar kamar " Ucap Jwidan menengahkan

Semua mengangguk setuju, apa yang diucapkan Jwidan sepertinya memang akan benar

" Padahal bentar lagi masuk sekolah. Gue udah ngerancangin kita mau kemana, mau ngapain, main apa. Hah Jedan! Kalo balik gue kekep lo lihat aja! " Kesal Raka sambil mencengkram tangan mungilnya itu dan diangkatnya tinggi tinggi seakan menunjukkan bahwa ia tengah kesal

.
.
.

Hayy guys, bantu vote dan komen yuk biar author semangat 💚

Salam sayang dari Jedan

Salam sayang dari Jedan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Wisata Masa Depan //nct DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang