13: We are same

322 29 1
                                    

.
.
.

Jedan jatuh miskin, June jatuh bangun

Terjatuh dari kasur lalu terbangun. Hari ini hari senin, hari yang sama dengan Jedan memulai hari pertama di sekolah barunya

June duduk dan terdiam beberapa saat, berusaha mengumpulkan kesadarannya yang kocar kacir entah kemana. Setelah cukup sadar ia keluar dari kamar Jedan dan masuk kekamar nya untuk bersiap karena hari ini sekolah mau kembali beraktivitas

June turun dan langsung menuju kearah pintu keluar rumah. Tanpa menyapa satupun manusia disana, membuka pintu lalu menghempasnya dengan amarah membuat seluruh orang disana terkejut dan terdiam

June yang marah memang menyeramkan

" Hiks hiks. Kak June marah sama Alica " Isak gadis kecil yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya

Mami mendekat lalu mengelus pucuk kepala gadis itu sambil memeluknya, berusaha menenangkan gadis kecil itu
" Alisya sayangnya mami, kak June gak marah kok sama Alisya. Kak June cuman gak sengaja aja pintunya ke hempas gitu. Udah yah sayang jangan nangis " Bujuk mami

Pertanyaannya adalah, mengapa June marah?

Tentu jawabannya adalah
" Papi gak akan membawa kembali Jedan kesini. Jedan udah gak ada, cukup itu yang kamu tahu! Hidup atau mati, dia udah gak ada. Dan gak ada sangkut pautnya lagi dengan kehidupan kamu. Dari awal kita cuman berempat, papi, mami, kamu dan Alisya. Sekali lagi papi dengar kamu bicara tentang Jedan atau merajuk seperti ini kamu akan papi pindahkan ke Amerika! Dan satu lagi June, papi gak akan main main kalau kamu gak lulus di kedokteran. Anggap aja kamu lulus di kedokteran kamu menyelamatkan hidup Jedan "

Tertawalah semesta karena June pun tertawa ketika mendengar kata itu keluar dari mulut sang papi

Dan ucapan sang adik malah semakin meruamkan masalah
" Alica gak mau ada kak Jedan. Kak Jedan selalu ajak mami Alica berantem. Alica suka gak ada kak Jedan "

Kalimat itu menjadi puncak amarah June. Ia membanting apapun yang ada dihadapannya saat itu, kebetulan sebuah vas bunga tengah berada di hadapannya

Kondisi malam itu berakhir dengan June kembali kekamar nya dan tak berucap sepatah katapun pada siapapun. Malam itu tepatnya adalah tadi malam, malam dimana sang mami membujuk June agar keluar kamar dan besok ia berangkat ke sekolah. Yah, paling tidak niat sang mami terwujud

***

Keterdiaman enam orang di satu tempat yang sama berarti dunia tengah tidak baik baik saja. Marko, Raka, June, Aeral, Chela dan Jwidan. Mereka terdiam di bawah pohon rytme. Tak ada niat untuk naik keatas, terduduk diatas lapisan terluar bumi dengan hiasan rumput hijau terawat, mereka merenungkan ucapan pak Dedi selaku wali kelas Raka, June, Aeral dan Jedan dulunya.

Tadi pagi June bertanya mengenai nama Jedan yang tak ada di absen kelas nya,
" Loh? Bukannya bapak yang harusnya nanya sama kamu Jedan pindah sekolah kemana dan kenapa? "

Bak disambar petir pagi buta, June membeku mendengar penuturan sang guru

Tanpa berbasa basi lagi ia langsung pulang kerumah dan mendobrak pintu rumah tersebut seperti tidak ada harganya

" PAPI! " teriak June tak tau tatakrama

" Kenapa kamu udah pulang? " Tanya sang papi yang masih sibuk membaca koran nya

" Kenapa Jedan pindah sekolah? Papi pindahkan Jedan kemana?! Kenapa gak bilang bilang sama June! " Emosi June menggebu gebu

Sang ayah yang memang tak toleran terhadap emosi pun ikut tersulut
" Kenapa harus bilang bilang sama kamu? Jedan itu memang harus pindah sekolah! Dia gak pantas sekolah di sekolah mewah seperti kamu! Dia hanya anak orang miskin! Harusnya ayah nya datang sekarang kesini dan menjemput anak nya itu " Terang papi

" Papi?! PAPI NIKAHIN MAMINYA JEDAN! PAPI BILANG KEMARIN MAU MENERIMA JEDAN SEBAGAI ANAK PAPI! " Teriak June

" Papi? June dibesarkan sama kasih sayang maminya Jedan pi, HARUSNYA PAPI JUGA KASIH RASA SAYANG PAPI KE JEDAN SAMA KAYAK MAMI NGASIH SAYANG NYA KE JUNE!! "Bentak June lagi

" June? Kamu gak buta kan? Mami nya sendiri gak sayang sama anak nya itu! Karena anak nya yang satu itu berasal dari ayah yang gak berguna! Ayah dan anak sama saja, sama sama memalukan dan tak tahu malu, tak tahu diri pula. Bisa bisanya mau menjadi dokter dari uang ayah orang lain "

Hati June terhenyak. Ribuan jarum menusuk telak ke jantung June. Kata kata itu bukan untuknya tapi rasa sakitnya jelas sama

" Adanya anak itu disini hanya akan menjadi batu sandungan untuk kalian berdua. Lihat? Karena dia mau menjadi dokter kamu malah mau menjadi apa itu, teknik sipil? Halah itu hanya kuli bangunan berijazah. Dan kamu lihat, Alisya. Kamu sendiri dengarkan tadi malam dia bilang apa? Alisya gak mau ada Jedan disini karena dia sering ngajak mami nya berantam dan setiap kali lagi makan malam keluarga besar Jedan selalu membuat trauma baru untuk Alisya " Panjang lebar papi

" papi senang tidak ada Jedan. Tidak ada yang menyakiti mata " Balas papi kemudian kembali membaca korannya

" PAPI!! " Bentak June lagi

" JUNE MALU! JUNE MALU PUNYA AYAH KAYAK PAPI! Teknik sipil itu jurusan yang June mau! Papi gak pernah mengerti kemampuan June! June gak suka biologi! June gak mau jadi dokter! June gak suka lihat darah dan june benci obat! "

" Jadi kamu gak mau jadi dokter? " Tanya papi tiba tiba membuat June terdiam

" Terserah. Tapi yang pasti papi gak pernah main main dengan omongan papi. Kalau kamu gak jadi dokter terserah kamu, tapi hari dimana itu terjadi maka akan menjadi hari dimana kamu melihat papi membawa anak itu tanpa nyawa ke hadapan kamu "

Emosi June berapi api kala mendengar ucapan sang papi dengan suara baritonnya June menjawab
" Tepat hari dimana itu terjadi adalah hari dimana papi akan kehilangan anak sulung papi. Hilang tanpa jejak dan tak bernyawa lagi, bahkan hanya untuk mengunjungi nisan nya pun tak akan pernah bisa! Anak adalah cerminan orang tua, yakan? Ayah dan anak sama. Ingat pi, darah yang mengalir ditubuh June adalah darah yang sama yang mengalir ditubuh papi, cara yang sama akan June lakukan untuk papi dengan senang hati "

" June hidup dengan berporos pada Jedan. Tanpa Jedan,June gak hidup. Sekarang, selain benci obat June juga benci papi "

Papi meremat kuat koran yang memang sedari tadi tak ia baca itu

Amarah ayah dan anak itu sama. Saling bertaut dan berhubungan, egoisnya pun sama. Maka dari itu untuk mengucapkan kata kata menyakitkan begitu mudah saja bagi June

Manusia yang tersulut emosi memang akan menjadi monster yang paling menakutkan dimuka bumi

.
.
.

Hayy guyss, cielah besok weekend.. Happy weekend, have a nice day yaa

Ditengah hiruk pikuknya kekacauan duniawi, Jedan mengajarkan kita untuk selalu tersenyum dan bahagia

Ditengah hiruk pikuknya kekacauan duniawi, Jedan mengajarkan kita untuk selalu tersenyum dan bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Wisata Masa Depan //nct DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang