.
.
."Dengarkan penjelasanku."
Yi Jeon merengkuh tubuh halus istrinya dan berbisik lembut. Setelah dirasakannya tubuh lembut nan wangi itu telah tenang dan hanya terisak pelan, barulah dijelaskannya perlahan.
"Bukan itu maksudku. Bin-gung, mana mungkin aku tidak menyukai anak ini? Sama seperti Yi Hwan, aku akan sama menyayanginya. Jadi jangan ucapkan kalimat salah paham yang akan membuat pikiranmu tidak tenang, mengerti?"
Yi Jeon melepas pelukannya, menatap dalam mata indah sang putri mahkota yang basah. Lalu mengusap sisa lelehan air mata dari pipi putihnya, menunjukan sikap lembut dan penyabar yang langka.
Mengangguk, Hong Minhwa berpura-pura mengerti.
Setelahnya, dipanggil kembali tabib Yang dan pelayan diluar. Mengecek kembali kesehatan sang putri mahkota yang dianggap terlalu lemah karena kegelisahan hati, meresepkan obat, lalu pamit secepat yang dia bisa.
Karena masih banyak tugas yang belum dikerjakannya, Yi Jeon tidak bisa menginap.
Dia kembali ke istana putra mahkotanya setelah memastikan sang istri meminum obat dan tertidur lelap, dan lilin ruang belajar putra mahkota menyala semalaman. Menandakan sang empunya tinggal di dalam dan tidak kembali ke kamar semalaman itu.
Hari-hari berlalu dengan damai.
Tidak, bukan damai. Mungkin tenang sebelum badai.
Di saat Hong Minhwa membesarkan janin dengan tenang, Yi Jeon bertemu masalah serius yang membuatnya menunjukkan wajah suram setiap hari.
"Di beberapa sudut kota, informan kami mengatakan bahwa banyak rakyat yang berperilaku mencurigakan." Heejun, pengawal tanpa ekspresi, berkata sambil menyerahkan selembar lipatan kertas kecil.
Membuka kertas tersebut, ruang belajar di malam hari yang hanya diterangi lilin bertambah suram dengan dinginnya tatapan Yi Jeon.
Rakyat yang berperilaku seperti prajurit
Dimanapun kalimat ini terdengar, pasti akan menimbulkan spekulasi negatif dan mencurigakan. Meski mereka berpakaian tipis dan kasar seperti rakyat pada umumnya, tingkah laku prajurit terlatih di barak militer selama bertahun-tahun tidak akan bisa luput dari informan mereka.
"Jika mereka memang prajurit, sudah pasti bukan dari pihak Jusang Jeonha dan Saeja Jeoha. Lalu... Dari mana asalnya?" Park Junho mengerutkan wajahnya berfikir.
"Dijelaskan bahwa sebelum informan kami mati setelah menyampaikan kabar tersebut, dia menekankan kata 'gaya berjalan' yang aneh. Kata aneh menjelaskan cara berjalan yang tidak sama dengan rakyat kami, jadi apakah prajurit ini berasal dari luar ibukota? Tapi bukankah itu sudah jelas? Tidak mungkin ada prajurit yang bisa dilatih di ibukota selain dari raja kami! Apa maksudnya jalan aneh ini?"
Heejun melirik sedikit, "aku akan memeriksa daerah yang mempunyai adat berjalan yang berbeda, Jeoha."
"Tidak perlu."
Yi Jeon yang secara tadi diam menyudahi adegan tebak menebak ini.
"Mereka bukan dari Chosun, tapi Chinea."
Park Junho segera melotot lebar. "Apa? Chinea?!"
Bahkan Heejun terlihat kaget.
Yi Jeon membuka tumpukan buku di mejanya, mengambil beberapa lembar kertas untuk dibuka diatas meja.
Tiga orang di ruangan itu segera terfokus kan pada tanda-tanda tinta di beberapa tempat di sana. Beberapa tulisan, jenis lukisan, dan penggambaran tentang suatu benda.

KAMU SEDANG MEMBACA
BECOME WIFE OF MALE LEAD (LADY HWAYOUNG)
AcakBerpindah tubuh. Bahwa sebuah dunia dalam fiksi online bisa menjadi kenyataan. Dan dia benar-benar masuk kedalam dunia tersebut, menjadi Hong Minhwa. Siapa Hong Minhwa? Apa karakter ini adalah protagonis? Tentu bukan, kehidupan penuh perjuangan tid...