49 [Terpaksa dan Cinta]

790 85 0
                                    

Happy reading ^^

-Luka tidak pasti akan jadi duka.- By: Mars.


Bumi, Mars dan Pluto berada di kelas 12. Seperti tidak ada yang pernah terjadi, Bumi sedang asik membaca buku Biologi. Pluto masih saja memikirkan kejadian tadi, bagaimana Bumi terus menerus memukuli Devan tanpa belas kasih, seperti psycopat.

"Apa cuma gua yang pengen punya pacar? Hidup sepi banget. Katanya kisah cinta terbaik ada di SMA,"Mars membuka suara.

"Kalau menurut gue itu salah. Masa SMA harusnya di penuhi sama semangat untuk memikirkan masa depan, bukan diisi oleh cinta-cintaan,"pendapat Bumi.

"Gue setuju sama Bang Bumi!"Pluto berseru. Mars menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Tapi itu ga gak mungkin buat kita anak dari Keluarga Terkaya di Tata Surya. Impossible, masih SMA aja udah di jodohin!"

"Tujuan orang tua kita hanya soal politik dan bisnis. Dengan cara melakukan Perjodohan dengan sesama keluarga terkaya agar dapat pandangan baik. Tanpa memikirkan apa itu rasa 'Terpaksa dan Cinta',"

Memang benar apa yang Bumi ucapkan, perjodohan ini hanya jadi penutup dari praktek mendapatkan nama dan pandangan baik dari bidang politik maupun bisnis. "Tapi apa itu ga merugikan kita?"tanya Pluto.

"Masalah merugikan kita atau gak. Itu bukan menjadi masalah, lagian udah jadi kebiasaan turun-temurun,"Mars menjawab.

"Kebiasaan kuno,"ujar seseorang yang baru saja masuk. Ia adalah Langit bersama beberapa bodyguard.

"Buat apa Lo kesini?"introgasi Mars.

"Seperti yang baru saja kalian bicarakan. Ini masalah perjodohan, nanti malam Pluto di undang untuk makan malam bersama kami,"Langit memberikan sebuah amplop yang di lapisi Emas 24 karat, sepertinya itu surat undangan. Pluto menerima surat undangan itu, ia lalu menatap ke arah Bumi. Seperti mengerti, Bumi menganggukkan kepala sedikit.

"Nanti malam pukul 19:00 gue jemput. Oke, gua duluan Bang,"Langit membungkuk sebentar pada Bumi dan Mars bergantian lalu pergi.

Sekitar 10 menit tidak ada yang membuka suara. Karena sudah tidak tahan dengan keheningan, Pluto menelepon Alrik.

"Hallo. Ada apa Pluto?"

"Gue gabut, nanti kasih tau yang lain. Kita kumpul di tempat biasa,"

"Oke, nanti gue kasih tau yang lain,"

Pluto mematikan telepon sepihak. Sudah lama tidak balapan, membuat kedua tangannya gatal ingin menarik gas motor dengan kecepatan tinggi.

"Apa kalian tau gimana keadaan Alvarez?"tanya Bumi.

"Gua denger sih dia di bawa ke luar negeri. Katanya di sana lebih aman, karena masih ada beberapa saudara jauhnya,"Mars menjawab cepat dan lugas.

"Bagus kalau gitu. Setidaknya dia aman di sana. Oh iya, Bang gue izin mau ngumpul sama temen, bosen di sekolah tapi ga belajar,"

"Boleh. Tapi harus ada bodyguard yang nemenin kamu, setuju?"menawarkan.

"Ta-tapi,"

QUEEN OF YVONE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang