Part 29__Tragedi

78 32 178
                                    

Assalamualaikum, hai 🤗

Jangan lupa Vote dan Komentar 😊

Maaf kalo ada typo d.l.l

Selamat membaca:)

##

London, Inggris

Malam semakin larut, tapi hal itu tak membuat apartemen Ruhaan sunyi. Justru membuatnya semakin berisik dengan suara musik, ditambah lampu yang membuat kepala pusing.

"RUHAAN KECILKAN SUARA MUSIKNYA, ATAU TETANGGA APARTEMENMU MARAH." teriak Meera memperingati Ruhaan, jika tak berteriak Meera sangat yakin suaranya tak akan terdengar.

"AKU TAK BISA MENDENGAR JELAS, SAYANG." balas Ruhaan.

Meera hanya menghela nafasnya, dan mulai mendekati Ruhaan. "KECILKAN SUARA MUSIKNYA, ATAU KAU AK-"

ting...tong....

Suara Meera terpotong kala dia mendengar bunyi bel, karena tak ingin seseorang dibalik pintu itu menunggu lama, dia langsung mematikan musiknya dan berjalan kearah pintu.

"Iya, sia––pa?" dengan susah payah Meera meneguk ludahnya, saat ia melihat orang yang membunyikan bel.

"Siapa itu, Meera?" seketika Ruhaan menegang saat melihat tamunya-Polisi.

"Selamat malam, kami dari kepolisian. Suara musikmu telah mengganggu waktu istirahat, jadi ikut kami kekantor polisi." ucap sang polisi.

"Tapi pak apa tidak bisa dibicarakan didalam, tanpa kekantor polisi?" tawar Ananya, yang baru datang bersama semua orang.

"Ini sudah ketentuan, tolong pemilik apartemen." Ruhaan langsung melangkah mendekati polisi itu, tetapi Meera dengan cepat menarik tangannya dan menggeleng.

"Ruhaan jangan, aku mohon. Biarkan Titu atau Arjun, tapi jangan dirimu." cicit Meera.

Ruhaan tersenyum, setelah itu ia memegang kedua pipi Meera dengan tangannya. "Meera, aku harus bertanggung jawab, kau tak perlu khawatir."

"Arjun, bisa kau ikut denganku kekantor polisi?" tanya Ruhaan.

"Tentu saja, tunggu aku mengambil jaket."

Setelah itu, Arjun dan Ruhaan pergi meninggalkan apartemen itu, bersama polisi.

---

Selama Ruhaan dibawa oleh polisi, selama itu juga Meera menangis tak henti henti.

"Ruhaan.....K-kapan dia d-datang?......" Meera bertanya dengan sesenggukan dan air mata yang mengalir.

Ananya, Mala, dan yang lain tak tega melihat Meera yang terus menangis. Sudah berkali-kali mereka mencoba menghiburnya, tetapi selalu gagal. "Meera, Ruhaan pasti datang, tunggu saja sebentar lagi." bujuk Mala yang kesekian kalinya.

"Kapan?.....Sudah lebih dari dua jam........Tapi Ruhaan tak kunjung datang."

"Mungkin Ruhaan ditangkap, dan tak akan bebas." sewot Titu.

Bugh!!

Bantal kursi yang cukup besar melayang, dan tepat terkena wajah Titu. Jika kalian bertanya siapa? maka jawabannya adalah Meera, dengan emosi menggebu.

"Kau ini!!, dia sahabatmu!!. Dasar, aku tak akan mengampuni dirimu jika itu benar. Aku pastikan kau akan menginap di rumah sakit, bahkan masuk ICU. Kau ini sangat menjengkel––" omelan Meera berhenti kala telpon apartemen Ruhaan berdering.

CONFUSING LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang