Taehyun hanya ijin satu hari untuk pindahan. Meski badannya masih sakit-sakit dan rasanya sangat malas untuk bangkit dari kasur, Taehyun mencoba untuk memaksakan diri. Dia bangun, menggeliat dan mandi kemudian sarapan dengan roti dan selai kacang.
Taehyun sebenarnya bisa memasak, tapi dia tak punya banyak waktu untuk melakukan itu. Dia harus segera menghabiskan sarapannya kemudian pergi dari rumah menuju kampus dengan motornya. Sepanjang jalan dia terus berharap agar dosen nya itu belum masuk kelas.
Butuh waktu kurang lebih lima belas menit, akhirnya Taehyun sampai ke area kampus. Dia memarkirkan motornya kemudian berlari masuk ke gedung fakultas dengan tergesa-gesa. Hari ini jadwal Pak Namjoon mengajar, dosen killer itu tak akan mengampuninya meski telat sedikit.
Tapi Taehyun masih beruntung, setelah menggunakan seluruh energinya ke kelas dosen itu belum muncul. Taehyun langsung saja mendudukan dirinya di bangku kosong samping temannya.
"Taehyun aku kira kamu tak akan masuk sekarang." tanya Soobin.
Taehyun hanya tersenyum tipis. "Maunya sih begitu, tapi aku tak mau tertinggal pelajaran tentang Pisikologi Abnormal."
Soobin terkekeh, dia menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. "Dasar anak ambis." ucapnya setengah meledek. Taehyun yang mendengar itu ikut terkekeh.
Suara pintu kelas terbuka, semua yang ada di ruangan terkesiap. Pak Namjoon dengan asistennya memasuki kelas, tatapannya tajam mengabsen seluruh anak kelas dengan matanya kemudian dia menaruh buku-bukunya di meja dan mulai menjelaskan begitu saja.
Sungguh sangat luar biasa sekali pak Namjoon ini.
****
Pelajaran Ilmu Pisikologi Abnormal sudah selesai. Soobin dan Taehyun memutuskan untuk pergi ke kantin mengisi perut sebelum kelas selanjutnya. Keduanya mengantri untuk mengambil makanan kantin, Soobin berada di belakang Taehyun dan laki-laki jangkung itu mulai bertanya.
"Kau pinah ke rumah yang aku sarankan itu kan?"
Taehyun melirik, "Tidak. Aku pindah ke perumahan Blue hours."
Soobin membulatkan matanya. "Emm.. komplek Yeonjun?"
Taehyun mengangguk.
"Rumahmu nomor berapa? Nomor 13?"
Taehyun menoleh, "Nomor 27, memangnya kenapa? Kenapa kau malah bengong begitu?"
Soobin menggeleng, dia tersenyum kikuk sambil menggaruk lehernya.
"Ada apa?" tanya Taehyun lagi.
"'Tidak, nanti saja. Nanti aku ceritakan."
Antrian semakin maju, Taehyun dan Soobin sekarang sudah memegang piring masing-masing. Mereka mengisi piring tersebut kemudian pergi mencari meja untuk diduduki, setelah dapat keduanya memulai acara makannya.
"Taehyun.." panggil Soobin, dia terlihat ragu untuk bicara.
"Hmm.."
"Aku pernah bicara padamu kan soal kelingkingku yang patah itu?"
Taehyun berhenti mengunyah, dia menatap Soobin datar. "Oh ayolah, kita sedang makan."
Soobin terkekeh kecil tapi setelah itu dia kembali membahas itu lagi. Sementara itu Taehyun kembali melahap makanannya.
"Aku berbohong."
KAMU SEDANG MEMBACA
4Face MPD | Taegyu
FanfictionTaehyun hanya mahasiswa jurusan pisikologi yang tengah sibuk-sibuknya. Karena jarak rumah ke kampusnya cukup jauh jadi dia memutuskan untuk membeli rumah di komplek yang ada di belakang kampus. Tapi pilihannya itu ternyata malah membawanya pada sesu...