Saat pintu itu terbuka, iringan lagu romantis itu mengalun ringan. Mataku langsung tertuju pada sosok jelita yang kini menggengam tangan kakak tertuanya. Dia menunduk malu, pipinya merona, dimataku Beomgyu berubah menjadi sosok yang paling jelita sedunia.
Dia berjalan perlahan, selangkah demi selangkah diiringi musik dan pandangan kagum dari orang-orang. Aku di atas sini, bersama seorang pendeta yang berdiri di mimbar ikut takjub dan entah kenapa hatiku merasa lapang, merasa lega dan bahagia sampai rasanya mataku ingin menganak sungai.
Teringat tentang masa lalu yang membuatnya terpuruk, membuatnya sedih dan menderita. Teringat pada si manis Bamu yang polos, jahil juga ceria. Teringat pada Ben yang angkuh dan jaim namun tampak peduli. Teringat pada Gyu yang pemarah dan suka mengancam, dia hampir membunuhku beberapa kali. Teringat pada Blue juga, meski baru mengenalnya tak begitu lama namun dia mampu membuatku mengerti tentang perasaanku sendiri.
Menyadarkan aku kalau aku memang tulus mencintainya, tulus ingin menjaganya tanpa berniat untuk menodainya sama sekali. Namun lelaki tetaplah lelaki, jika digoda pasti akan tergoda juga.
Aku tersenyum saat Beomgyu sudah sampai tepat dihadapanku, tangannya ku raih, ku bawa menghadap pendeta dan mulai saling memandang lagi. Cantik, cantik sekali, sungguh, apa ini mimpi? Apa ini nyata? Orang ini, orang yang dulu aku rindukan kehadirannya, orang yang selalu ingin aku jaga.
Aku..
Aku...
Apakah ini bukan sekedar delusiku?
Tanpa terasa aku menangis sungguhan dan Beomgyu pengantinku malah tertawa, menertawakan suaminya yang terlihat konyol karena terlalu melankolis dalam acara pernikahannya sendiri.
Tapi sungguh, apa aku boleh untuk mendapatkan apa yang aku inginkan? Hidup bersama orang yang aku cintai, mengarungi kehidupan panjang yang menanti. Aku tersenyum namun air mataku masih saja menetes, aku sukses mempermalukan diriku sendiri.
"Taehyun.. kita harus segera memulainya." ucapnya.
Aku malah tersenyum sambil terkekeh, kedua tangannya terasa sangat pas di genggaman. Tangannya terasa hangat dan lembut, aku jadi ingin memeluknya erat hari ini.
"Apa kamu bersedia menjadi istriku?"
Beomgyu tersenyum manis, dia seperti hendak tertawa, pipinya bersemu malu-malu. "Aku mau. Tapi ini diluar dari skrip Taehyun."
Semua tamu undangan tertawa, merasa gemas dengan Beomgyu atau mungkin denganku yang seharusnya menjawab pertanyaan pendeta bukan ikut memberikan pertanyaan. Aku hanya tersenyum, ikut tertawa bersama mereka juga sampai semuanya kembali kondusif dan acara kembali dimulai.
Dalam pengucapan janji suci ini, Beomgyu menjawab dengan lugas, tak ada raut wajah penyesalan ataupun keterpaksaan. Dia bahkan sesekali melirikku sambil tersenyum. Aku bersyukur, kehadiranku turut dinanti olehnya juga, diakui dan bahkan dicintai juga. Beomgyu mau menjadi bagian dari hidupku, dia ingin bersamaku juga.
Kami saling memasang cincin, berciuman kemudian melempar buket bunga bersama-sama. Hari ini tak akan aku lupakan, aku memeluknya erat meski acaranya masih belum berakhir. Menangis, terus membisikan rasa cintaku yang kian hari terasa semakin besar dengan rindu yang masih belum bisa terobati.
"Maaf, aku cengeng." ucapku saat Beomgyu mengusap air mataku.
Aku bahagia. Sungguh. Aku sangat bahagia karena bisa bersamanya lagi, tanpa harus bergelut dengan obat penahan delusi. Tanpa harus berhalusinasi tentang keberadaannya di hidupku, menyuapi bubur yang berakhir berserakan di kasur, mengobrol sendirian dan tertawa-tawa, setelahnya aku merasa semakin terpuruk karena merasa gila.
Aku.. aku bahagia. Entah bagaimana rasanya mendeskripsikan ini dan aku bersyukur Beomgyu tak tau seberapa terpuruknya aku di rumah sakit jiwa waktu itu.
Aku meraih tangannya yang kini terdapat cincin pernikahan di jari manisnya, mencium punggung tangannya lama kemudian mengusap surai panjangnya lembut dengan senyum yang merekah.
"Aku mencintaimu."
Aku malah semakin terisak saat mendengar Beomgyu mengucapkan kata-kata itu lebih dulu. Kata-kata yang membuat hatiku menghangat, perutku menggelitik dan jantungku berdetak tak karuan. Ku bawa lagi dia dalam pelukan, menghujami kepalanya dengan ribuan kecupan sampai dia mengaduh perotes dan aku hanya terkekeh.
Aku merasa menjadi orang yang paling beruntung di dunia, mendapat sosok jelita yang banyak dipuja pasang mata. Aku merasa beruntung karena dipasangkan dengannya, menjadi sepasang insan yang punya hubungan lebih dari kata spesial.
Kami resmi menjadi pasangan suami istri, hendak mengarungi kehidupan dan berharap bertemu dengan hal-hal yang selalu manis dan romantis.
Aku janji pada diriku sendiri, akan melindungi istriku ini dengan seluruh hidupku. Menjadikannya satu-satunya putri yang aku ajak berdansa di pesta kerajaan, menjadikan dia satu-satunya permaisuriku dan akan selalu ada disetiap dia membutuhkanku.
Aku tau itu terdengar berlebihan, tapi untukku yang akan selalu jatuh cinta padanya. Aku rasa perkataanku itu tak salah sama sekali.
"Apa kamu mencintaiku juga Taehyun?"
Aku terkekeh. "Tentu."
"Terus kenapa tadi tak menjawab ucapanku?" Beomgyu mulai merajuk, dia hendak melepaskan pelukannya dan sekali lagi aku menariknya dalam pelukan.
"Aku mencintaimu lebih dari yang kamu ketahui sayang. Aku terharu sampai aku tak bisa berkata-kata."
Beomgyu merona lagi, dia berdecih dalam pelukannya. "Gombal."
Aku malah terkekeh mendengarnya, dia memang selalu merona kalau digoda begitu. Entah kenapa aku jadi teringat dengan kepribadian Beomgyu yang lainnya waktu dulu.
"Taehyun.."
"Ya sayang?"
"Malam nanti..." Beomgyu menenggelamkan wajahnya lagi, aku yang mengerti ikut merona. "Aku akan menghukummu." tambahnya.
Aku tertawa lagi, ini mengingatkanku pada Blue. Apa semua kepribadian itu memang masih ada padanya? Tapi sejauh ini aku memang terdakang melihat mereka dalam perilaku Beomgyu. Manjanya, tsunderenya, sifat malunya, apalagi saat marah dan mengancam-ancam persis sekali dengan mereka.
Bamu ku tidak hilang.
Ben ku tidak pergi.
Gyu ku tidak dikurung lagi.
Mereka masih hidup dalam diri Beomgyu, melebur menjadi satu. Menjadi sosok baru yang sudah berdamai dengan masa lalu.
"I love you."
Beomgyu malah terkekeh, dia mungkin merasa geli saat aku mengungkapkan perasaanku dengan bahasa asing.
"Aku cinta kamu sayang."
Beomgyu malah salah tingkah, dia menghujamiku dengan banyak cubitan sampai aku melepas pelukannya dan kabur. Kami saling mengejar dan tertawa, kabur dari pesta dan memilih berduaan saja.
Menikmati hari bahagia ini dengan saling berpelukan, saling menjahili dan memandang langit biru yang nampak cerah dan bersih.
"Mau main piano denganku istri?"
Beomgyu menyikut pinggangku, dia merona lagi. "Kenapa, tak mau?"
"Mau. Tapi kamu nyebelin."
Aku malah tertawa saat melihat Beomgyu mengembungkan pipinya begitu. Oh tuhan kenapa istriku nampak lucu begini sih.
"Emang kalau nyebelin kenapa? Mau cium?"
Beomgyu langsung menampol wajahku, dia kembali berlarian lagi sambil tertawa memintaku untuk mengejarnya.
Apa kita saat ini terlihat seperti orang gila yang bahagia?
Kalau pun iya sepertinya aku tak lagi peduli dengan perkataan orang lain. Aku lebih peduli pada kebahagiaan orang yang akan aku pimpin dalam keluarga kecil yang baru aku buat saat ini.
End
KAMU SEDANG MEMBACA
4Face MPD | Taegyu
FanfictionTaehyun hanya mahasiswa jurusan pisikologi yang tengah sibuk-sibuknya. Karena jarak rumah ke kampusnya cukup jauh jadi dia memutuskan untuk membeli rumah di komplek yang ada di belakang kampus. Tapi pilihannya itu ternyata malah membawanya pada sesu...