Kamera mulai menyala dan menyorot pada anak kecil berbaju kodok berwarna pastel dilengkapi dengan bando beruang. Dia tersenyum ke arah kamera dan mulai berbicara.
"Allo Beomgyu hyung, terima kasih mau merawat Bamu dan terus berjuang. Bamu sayang hyung, semoga hyung selalu baik-baik saja yaa~ Bamu tidak akan pernah pergi, Bamu akan selalu menjadi bagian dari Beomgyu hyung. Bye-bye~"
Seseorang tiba-tiba mendekat kemudian mengusak rambut Bamu sambil tersenyum, dia menatap ke arah kamera. "Beomgyu Hyung, Bamu tidak pernah nakal, dia selalu bersikap baik dan aku berjanji untuk selalu menjaganya. Dia akan mendapatkan kasih sayang dariku sebanyak-banyaknya. Jadi aku harap Hyung tidak perlu khawatir. "
"Bamu sayang Ben Hyung juga." Kedua orang itu lantas berpelukan sambil tersenyum. "Gyu Hyung, lihat Blue sedang apa!"
Kamera kini di arahkan mengikuti arah yang di tunjuk oleh Bamu. Gyu yang memegang kamera lantas menghampiri Blue dengan terburu-buru, dia mendorong Blue yang tengah menatap sebuah pohon yang sebagian daun keringny sudah rontok.
Blue tersungkur namun dia malah tertawa, terkekeh seakan Gyu tengah melakukan sebuah lelucon. "Gara-gara kau!! Aku..."
Kamera itu terlepas, terjatuh dan Blue yang tengah di duduki oleh Gyu mengambilnya. Dia lantas merekam bagaimana Gyu tengah menangis di atas tubuhnya sambil tertawa-tawa.
"Karena kamu aku... Aku benci!!"
Tawa Blue terhenti, dia tersenyum lembut. Tak peduli lagi dengan kamera itu, Blue memeluk Gyu yang tengah menangis tersedu-sedu.
Blue berkata bahwa ini bukan salah siapapun, Gyu hanya membela diri begitu pun dengan nya yang hadir akibat perasaan kosong dari hal yang selalu Beomgyu rasakan.
"Sejatinya luka mu adalah lukaku, perasaan ku adalah perasaanmu. Gyu jangan menangis, semuanya sudah selesai. Beomgyu tidak pernah sekali pun menyalahkanmu."
Gyu berhenti menangis, dia menatap Blue dengan mata yang memerah.
"Terima kasih karena selalu mencoba untuk menjaga kita. Meskipun mungkin caramu dinilai salah, meskipun kamu dinilai terlalu kasar dan keras pada dirimu sendiri. Kamu berhasil menjaga kita dengan baik."
"Beomgyu akan bahagia dan kehadiran ku disini bukan untuk membuatmu merasa terbebani."
Posisi mereka kini sudah berganti, keduanya kini tengah duduk bersisian dibawah pohon dengan daun kering yang berguguran. Blue mengambil tangan Gyu, dia mengenggam dan mengelus tangan itu dengan lembut.
Gyu tampak sangat melankolis, air matanya tak bisa berhenti untuk mengalir. Sejatinya mereka memang satu, mereka memikul beban dan perasaan yang sama.
Tak lama Bamu dan Ben datang menghampiri mereka, Gyu langsung menutup wajahnya sementara itu mereka hanya terkekeh. Ben mengambil duduk disamping Gyu sementara itu Bamu duduk di samping Blue.
Ke empatnya saling merangkul, saling memeluk seolah berdamai. Mereka merasa tugasnya kini sudah selesai, kini giliran Beomgyu yang menentukan semuanya.
"Hyung kita tidak akan hilang kan?"
"Tidak, kita tetap akan hidup disini."
"Beomgyu akan baik-baik saja kan?" tanya Gyu, percakapan itu berhenti. Ke empat nya kini diam, mereka mulai kepikiran.
Ben tiba-tiba saja terkekeh, dia tertawa kemudian tersenyum. "Kamu meremehkan Beomgyu? Apa kamu tidak melihat bagaimana perjuangannya untuk melawan kita semua? Ah tidak, bukan melawan tapi menyatukan kita semua."
Mereka kembali terdiam kemudian semuanya tertawa, merasa senang merasa lega dan lapang. Kedepannya tak akan ada lagi Bamu, tak ada Ben pula, semuanya juga tak perlu khawatir soal Gyu atau mungkin Blue yang bisa dibilang baru saja dikenalkan pada mereka.
"Aku akan selalu menyayangi kalian semua." ucap Blue.
"Begitu pula dengan aku."
"Klo Bamu, kalau Bamu ingin disayangi banyak-banyakk~ kalian harus selalu sayang Bamu yaa... "
Gyu mengambil tangan Bamu, mengelusnya dan menatapnya kemudian mengangguk. "Hyung akan selalu menyayangi dan menjaga Bamu."
"Begitu pula dengan Ben asal dia tidak berulah."
"Kalau aku bagaimana?" tanya Blue.
Gyu tidak menjawab, dia memilih untuk bangkit dari duduknya kemudian mengambil kameranya lagi. Mengarahkan lensa itu pada adik-adiknya begitu juga pada dirinya yang berada di frame yg paling ujung.
"Beomgyu, aku selalu berharap kamu bahagia, tidak merasa sakit, tidak pula merasa sendirian. Aku selalu berharap kamu selalu dilindungi dan bertemu pada kebahagiaan-kebahagiaan tak berujung."
"Kita baik-baik saja disini, maaf jika kita selalu menyusahkanmu. Terima kasih untuk semua perjuangan yang telah kamu lakukan."
"Aku mencintaimu Beomgyu."
"Bamu mencintai Beomgyu hyungg!!" Bamu bangkit kemudian mendekat pada lensa kamera, senyumnya lampak amat jelas disana.
Ben menarik Bamu menjauh dari lensa kamera, dia kemudian ikut bicara. "Aku juga mencintaimu Beomgyu."
"Ya, aku juga!" sahut Blue.
Ke empatnya terkekeh kemudian dengan tempo yang sama mereka mengucapkan hal yang serupa.
"Kami mencintaimu, selalu dan selamanya."
Kamera tiba-tiba saja mati, Gyu mengerutkan keningnya bingung. Dia memberikan kamera itu untuk Ben urus, Blue yang melihat itu lantas nyeletuk.
"Kayanya abis batre, yang tadi ga kerekam ya?"
Semuanya lantas menghela nafas kemudian tertawa bersama-sama. Beomgyu tak akan pernah bisa berinteraksi dengan mereka lagi tapi meskipun begitu, mereka yakin Beomgyu dapat merasakan kasih sayangnya dengan tulus.
Kami berharap kamu selalu bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
4Face MPD | Taegyu
FanfictionTaehyun hanya mahasiswa jurusan pisikologi yang tengah sibuk-sibuknya. Karena jarak rumah ke kampusnya cukup jauh jadi dia memutuskan untuk membeli rumah di komplek yang ada di belakang kampus. Tapi pilihannya itu ternyata malah membawanya pada sesu...