Hai, ini dengan Soobin. Aku menulisnya di ruang kerjaku setelah melihat beberapa komentar yang kalian tinggalkan di sini. Aku tau aku egois tapi aku tidak menyangka ini akan berdampak pada pandangan kalian terhadapku, jadi aku akan menceritakan hal yang tidak ditulis oleh penulis di sini.
Waktu itu, setelah Taehyun bangun dari koma nya aku tak tau ucapanku akan berdampak besar karena setelah aku mendapat gelar doktor, aku pergi ke luar kota untuk bekerja di salah satu rumah sakit. Aku terlalu sibuk sampai tak tau kabar selanjutnya tentang Taehyun dan di tengah kesibukan ku sebagai dokter pisikolog, Jeno datang dan memintaku untuk menemani Beomgyu di Amsterdam.
Jeno berkata kalau Beomgyu terus murung, dia berkata kalau Beomgyu membutuhkan seorang teman yang sudah dia kenal. Aku tau siapa yang pantas untuk ikut kesana namun melihat bagaimana kondisi Taehyun yang sekarang, aku merasa mungkin Beomgyu hanya akan semakin terpuruk akan kesedihannya.
Waktu itu aku tak tau kalau Taehyun terus menunggu Beomgyu sampai dia mengidap delusi. Aku sama sekali tidak mengetahuinya dan dengan pertimbangan dan saran dari orang-orang terdekat ku, aku memutuskan untuk pergi ke Amsterdam.
Aku menemui Beomgyu, berada di sisinya selama pemulihan. Aku melihat bagaimana dia meraung, dia menangis dan terus menyalahkan dirinya sendiri. Aku melihat bagaimana Beomgyu terpuruk dan di situ aku mencoba selalu ada untuk Beomgyu seolah aku sedang menebus dosaku yang sudah memutuskan pertemanan dengannya.
Lambat laun, Beomgyu menggantungkan harapannya padaku seperti dia menggantung kan harapannya pada Taehyun. Aku kembali mengenal semua kepribadiannya, kembali akrab dengan semuanya dan di saat itu Gyu meminta maaf padaku atas insiden pemotongan jari kelingking itu.
Bagaimana pun aku pernah menjadi temannya, bagaimana pun aku pernah mewarnai hari-hari Beomgyu dan bagaimana pun aku pernah menyukainya dan disukai olehnya.
Perasaan-perasaan itu kembali tumbuh, kembali menguasai aku dan aku merasa mungkin tak apa jika aku mencintainya lagi. Mungkin tak apa jika aku mengharapkan dirinya untuk diriku.
Lalu di suatu hari Beomgyu mengungkapkan perasaan nya, aku terlampau senang. Kita berpacaran saat Beomgyu belum sepenuhnya sembuh, aku menemaninya sampai dia menjadi satu.
Aku menemaninya dan memberikan seluruh kasih sayangku. Aku menemaninya, selalu sampai hubungan kita sudah memasuki tahun ke-3 dan aku melamarnya. Keluarga Beomgyu setuju dan aku berfikir restu dari mereka saja sudah cukup, aku melupakan Yeonjun, aku melupakan Taehyun dan Jungkook.
Aku egois dan dengan ke egoisan itu aku berani bertunangan dengan Beomgyu tapi selang beberapa bulan Yeonjun menelpon dan mengabariku soal kondisi Taehyun. Aku syok, pikiranku buyar dan jantungku berpacu hebat lalu ke egoisan ku mulai menguasai.
Aku mencoba menyembunyikan kabar itu dari Beomgyu serta keluarganya. Aku membiarkan Beomgyu yang kini sudah tidak ingat akan masa lalu nya itu untuk menikmati dan membentuk memorinya yang baru. Aku jahat, aku tau aku jahat.
Aku egois.
Dan dilandasi akan perasaan bersalah ini, aku kembali dan menjadi dokter di rumah sakit jiwa yang ditempati oleh Taehyun. Aku merawat Taehyun dan berharap dia secepatnya pulih tapi yang aku dapati hanya keadannya yang bertambah parah. Dia selalu meminta Beomgyu dariku, dia selalu menyebut nama tunangan ku.
Beomgyu tiba-tiba saja menyusul, dia mengabari aku bahwa dia sudah kembali dan berulang kali mencoba untuk datang ke rumah sakit jiwa tempatku bekerja.
Kau tau, tak mudah bagiku untuk menghadapi semuanya. Aku bergelut dengan diriku sendiri antara memilih mempertahankan hubunganku atau melepaskannya.
Aku begitu mencintai Beomgyu, aku begitu menyayanginya dan aku tak mau kehilangannya. Aku terlalu jauh melangkah, aku merusak segalanya karena perasaan ku ini. Setiap aku memandang Taehyun, aku selalu merasa sedih yang teramat dalam.
Jahat.
Aku tau aku jahat.
Disaat aku memberanikan diri untuk mengobrol banyak mengenai hubungan ku dengan Beomgyu pada Yeonjun, pikiranku mulai terbuka tapi sekali lagi. Aku mencintai Beomgyu, melebihi apapun.
"Cinta itu tidak harus memiliki. Kau mau membiarkan Taehyun seperti itu? Obatnya hanya Beomgyu. Hanya Beomgyu! Seribu cara yang akan kau lakukan, Taehyun tak akan pernah sembuh kalau kamu terus seperti ini!"
Aku bingung, kepalaku rasanya ingin pecah. Apakah aku memang tidak boleh egois? Apakah aku memang sepantasnya melepaskan Beomgyu?
Kau tau, bahkan setelah aku memutuskan pertemanan ku dengan Beomgyu. Sebelum Taehyun berkata dia sudah pindah ke blue hours, aku selalu merindukan Beomgyu tapi aku selalu menghindarinya dengan dalih takut dan trauma.
Taehyun, aku menjalankan amanahmu untuk menjaga Beomgyu selama kamu kelelahan. Aku mencoba untuk menemaninya selama kamu koma, aku menjaganya dengan baik, memberinya rasa kasih sayang seperti kamu dulu dan maaf karena aku sudah terlena dengan tugas yang sudah kamu berikan.
Oh Kang Taehyun, apa kamu mau memaafkanku? Apa kamu akan mengingatku bukan sebagai dokter melainkan sebagai sahabat seperjuanganmu selama kuliah?
Taehyun, aku tau aku jahat. Kamu bahkan tidak lulus kuliah dan menjadi dokter pisikolog seperti yang kamu inginkan dan satu hal yang menjadi harapanmu malah turut aku rebut juga.
Aku mencoba untuk ikhlas, mencoba untuk turut berbahagia saat melihat kamu dan Beomgyu menampilkan lagu romansa di acara pesta malam itu. Aku juga mencoba untuk tegar melihat kamu dan Beomgyu menikah, disaat kamu menangis bahagia aku di bangku paling ujung yang jauh dari altarmu itu turut menangis juga.
Aku mencoba melapangkan dadaku.
Mencoba menerima semuanya dan yakin bahwa ini adalah yang terbaik untuk kalian berdua. Selamanya aku tak akan pernah bisa menjadi dirimu dan menggantikanmu.
Kang Taehyun, sejuta maaf aku pinta darimu. Aku berharap kau sudi dan kembali menjadi temanku seperti sedia kala.
Dalam perasaan ku yang campur aduk itu, Yeonjun selalu disampingku untuk menguatkan. Dia tidak pernah menuntut balasan atas perasaannya namun yang jelas aku kini tau bahwa dia selalu tulus dalam mencintaiku.
"Soobin, kamu sudah menjadi orang yang baik. Terima kasih. Cinta tidak selalu harus memiliki, dengan membiarkan mereka bahagia... Aku harap kamu menemukan kebahagiaan mu juga." Yeonjun berkata dengan senyum yang lembut, tangannya mengusap pipiku yang basah.
Aku tak bisa menahannya, aku keluarkan seluruh beban yang ada dalam hatiku dalam pelukannya. Aku menangis, seperti anak kecil yang baru saja kehilangan sesuatu yang sangat berharga.
Dan Yeonjun mencoba menenangkanku, bahkan dia masih sudi berasa di sisiku sampai saat ini. Dia berhak untuk bahagia dan Yeonjun berkata kalau aku berhak untuk bahagia juga.
Kalian bertanya bagaimana hubungan ku dengannya sekarang? Aku tidak tau tapi yang jelas, aku selalu menyayangi Yeonjun dan selalu ingin melindunginya. Doakan yang terbaik untuk kita berdua, terutama untuk Taehyun dan Beomgyu.
Sekian.
Tertanda,Choi Soobin.
KAMU SEDANG MEMBACA
4Face MPD | Taegyu
FanfictionTaehyun hanya mahasiswa jurusan pisikologi yang tengah sibuk-sibuknya. Karena jarak rumah ke kampusnya cukup jauh jadi dia memutuskan untuk membeli rumah di komplek yang ada di belakang kampus. Tapi pilihannya itu ternyata malah membawanya pada sesu...