Beomgyu terlihat bingung saat Taehyun tengah bersiap-siap. Laki-laki bersurai blonde itu memakai jaket dan membawa tasnya hendak pergi dari rumah. Beomgyu hanya memperhatikan, dia ingin bertanya kemana Taehyun akan pergi namun dia sungkan.
"Ada apa Beomgyu?" tanya Taehyun.
"Kau mau pergi kuliah?"
Taehyun mengangguk, dia mengambil topi kemudian memakainya. "Iya, ada apa? Kau ingin membeli sesuatu diluar? Aku bisa belikan."
Beomgyu diam, dia menunduk malu. Taehyun terlalu baik padanya padahal selama ini Beomgyu banyak merepotkan dia.
"Tidak. Aku hanya ingin bertanya, kamu kuliah jurusan apa?"
Taehyun tertegun, dia jadi gugup. Taehyun tak mau ketahuan, dia takut Beomgyu akan berfikir kalau kebaikannya selama ini hanya sebagai kepura-puraan demi kuliahnya.
"Pisikologi?" tebak Beomgyu.
"Ahh.." Taehyun terkekeh gugup, "Iya. Maafkan aku Beomgyu tapi aku sama sekali tak bermaksud.."
Beomgyu tersenyum. "Aku tau. Terima kasih. Kamu orang baik Taehyun."
Beomgyu mendekat, dia membenarkan kerah kemeja casual Taehyun. Mata mereka saling menatap, mata penuh harap itu kini berhadapan dengan mata hangat Taehyun.
"Bantu aku untuk sembuh."
Taehyun mengangguk, dia sedikit terenyuh dengan perkataan Beomgyu barusan. Hatinya merasa tersentuh, Beomgyu kini menaruh harapan besar padanya, membiarkan dia untuk mengurusi Beomgyu dengan seluruh kepribadiannya.
Sejauh ini Taehyun dapat melihat tekatnya untuk sembuh, tekatnya untuk menjadi dirinya sendiri dan dia sudah lumayan mendapat kemajuan dengan membuat ruang percakapan dalam pikirannya. Sejujurnya jika Beomgyu tak memiliki kepribadian ganda mungkin dia akan bersinar seperti supernova dengan seluruh bakat yang dia punya.
Beomgyu mungkin akan menjadi violin terkenal, atau mungkin seorang model dan musisi. Beomgyu bisa menjadi sesuatu yang paling terang, menjadi seorang bintang yang akan Taehyun lihat di televisi. Namun itu hanya kemingkinan, pada kenyataannya Beomgyu disini, bertarung dengan dirinya sendiri untuk merebut dominasi.
Entah apa yang membuatnya seperti ini Taehyun tak tau, meskipun dia ingin tau dia tak berani untuk bertanya. Taehyun tau bagaiman susahnya mengubur masa-masa kelam, Taehyun tau bagaimana rasanya mencoba untuk tetap baik-baik saja dan dia tak akan tega membuka luka lama Beomgyu. Diq hanya akan membiarkan Beomgyu menceritakannya sendiri.
"Aku akan membantumu. Tetaplah tinggal disini agar aku bisa mengawasimu Beomgyu."
Beomgyu mengangguk patuh, dia melepaskan tangannya yang sedari tadi memegang keras kemeja Taehyun, membiarkan laki-laki itu pergi meninggalkan rumah dengan motornya menuju kampus.
Aku sudah bilang padamu kan kalau Taehyun orang baik?
****
Taehyun sampai di kampusnya, kini dia tak terlambat seperti sebelumnya karena mengurusi Beomgyu. Terlebih kalau Bamu yang keluar, Taehyun akan sangat kerepotan karena Bamu tak mau dia tinggal. Anak itu akan bergelayun di kaki Taehyun, merengek minta ditemani bermain meski Taehyun sudah bilang padanya kalau dia mau kuliah.
Yah.. sebulan mengenal Beomgyu hidupnya semakin menegangkan. Penuh dengan kejutan dan warna-warni yang menantang. Tapi Taehyun sama sekali tak keberatan, dia senang dapat mengenal Beomgyu dengan baik.
Tanpa disadari sedari tadi Taehyun tak bisa berhenti tersenyum. Dia masih terniang-ngiang dengan perkataan Beomgyu waktu itu, bahkan setiap langkah menuju gedung fakultas dihiasi oleh senyuman di wajahnya. Membuat teman-temannya tampak sedikit heran dengan raut wajah Taehyun yang tak biasa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
4Face MPD | Taegyu
FanfictionTaehyun hanya mahasiswa jurusan pisikologi yang tengah sibuk-sibuknya. Karena jarak rumah ke kampusnya cukup jauh jadi dia memutuskan untuk membeli rumah di komplek yang ada di belakang kampus. Tapi pilihannya itu ternyata malah membawanya pada sesu...