05

88.8K 8.9K 85
                                    

Aysel memijit pelipisnya pelan, di ruang kerjanya saat ini Aysel tengah kebingungan dengan apa yang baru saja terjadi. Tiba-tiba saja tangan kanannya menghilang atau terlihat transparan lalu tak lama kembali lagi, "apa yang sebenarnya terjadi?"

Tok... tok...!

"Mba?"

"Iya?"

"Mba nggak jemput Kiel?" Ucap Angel.

Aysel panik melirik jam tangannya, "ya ampun mba lupa. Terima kasih Angel."

"Mba hati-hati!"

Mobil melaju cukup kencang, Aysel sudah terlambat 10 menit dari jam pulang Kiel. Sungguh Aysel benar-benar lupa-

"Kiel!"

"Mama!"

Brukk- Aysel memeluk Kiel "maafkan Mama ya sayang, Mama telat jemput kamu." Wajahnya penuh rasa bersalah.

"Nggak papa, Kiel tau Mama sibuk."

Aysel semakin merasa bersalah, "sebagai permintaan maaf bagaimana kalau Mama beliin kamu ice cream?"

Maya Kiel berbinar "waaahh... ice cream! Ice cream! Kiel mau!"

"Ayo!"

***

Deg!

Lagi, tangannya menghilang wajah Aysel memucat.

"Mama baik?"

Menoleh pada Kiel, "Mama sehat kan? Kiel khawatir soalnya dari tadi Mama diem mulu, muka Mama juga pucat. Mama baik kan?" Tangan itu menyentuh tangan kiri Aysel.

"Mama baik sayang."

"Kalau begitu, Kiel suapin Mama ice cream punya Kiel, ini enak lho.~!" Tangan itu terulur dengan sendok berisi ice cream miliknya, Aysel mendekat "emm... enak!"

"Hihi kan? Mau lagi?" Tawar Kiel.

Aysel menggeleng "nggak usah, buat kamu aja."

Sejak tadi Aysel terus saja menyembunyikan tangan kanannya di bawah meja. Ia menunduk, merengut sedih saat melihat tangan kanannya masih terlihat hilang.

Ice cream habis dan mereka berencana untuk langsung pulang, Aysel berdiri di depan kasir untuk membayar sementara Kiel hendak pergi ke luar dan menunggu di mobil.

Brukk!

Kiel menubruk seorang pria paruh baya saat akan keluar dari café, "maaf!" Badannya menunduk meminta maaf.

"Kiel?" Aysel mendekat setelah selesai membayar "maafkan anak saya tuan."

"Hm!"

Kiel dan Aysel menunduk saat pria tua itu melewati mereka tanpa bicara lagi. Suaranya yang dingin dan datar tanpa ekspresi seketika membuat Kiel takut, "sayang ayo."

Di perjalanan pulang Kiel terus saja memainkan jari-jarinya "apa ada yang menggangu mu hm?" Tanya Aysel menyadari tingkah Kiel yang aneh.

"Mama? Kakek tadi pasti marah ya sama Kiel?"

Sebelah tangan Aysel terulur mengusap kepala Kiel, "nggak kok, Kiel kan udah minta maaf."

"Tapi kakek tadi natap Kiel kayak gitu itu kenapa?"

Gemas sekali sih, "mungkin karena Kiel tampan?" Aysel mencolek hidung mancung putranya.

"Mama jangan buat Kiel malu ih."

Lihat wajahnya yang merah itu? Bikin tambah gemas saja!!

***

"Mama! Mama!"

Aysel menoleh "ya sayang?"

"Mama kenapa? Dari tadi Kiel panggil-panggil Mama gak nyaut. Kiel khawatir Mama sakit."

Ah, Aysel merasa bersalah telah mengacuhkan putranya. Aysel tersenyum mengangkat tubuh kecil Kiel agar duduk di pahanya, "Mama nggak sakit kok."

Bibir Kiel mencebik "bohong! Muka Mama pucat Mama jangan bohongin Kiel, Kiel nggak suka!"

Suara televisi sedikitnya membuat suasana hening sedikit berisik. "Sayang-"

"Kalo Mama sakit bilang Kiel, kalo Mama diem gini malah buat Kiel khawatir. Mama itu segalanya untuk Kiel, Kiel nggak mau Mama juga pergi kayak Papa~!" Kepala anak itu menggeleng ribut dengan linangan air mata yang keluar dari kedua mata bulat nya.

"Mama...!"

Aysel ikut menangis, ia juga tak ingin berpisah tetapi ia sendiri bingung dengan keadaannya saat ini. Perlahan kini kedua tangannya ikut menghilang, dan itu baru saja terjadi tadi.

Apakah ini pertanda buruk? Meskipun ia masuk ke dalam tokoh Aysel dan mencoba merubah kehidupan sosok tokoh antagonis di masa depan, akan tetapi mengapa ini terjadi padanya?

Ia tau tokoh Aysel tak pernah di sebutkan siapa namanya hanya tertulis "perempuan itu" yang selalu merujuk pada Aysel. Bahkan Zadkiel dalam novel tak pernah sedikit pun menyinggung nama dan siapa itu Aysel.

Takdir Kiel yang akan bertemu Islwyn mungkin akan terjadi, tetapi sejak awal Aysel tak pernah sekalipun berniat untuk mencari tau siapa itu sosok Islwyn, bagaimana rupanya pun dengan segala latar belakang pria itu.

Aysel hanya mengandalkan deskripsi singkat dalam novel yang samar-samar di ingat nya.

Dan Aysel terlalu percaya diri jika masa depan akan berubah ketika ia bertindak.

"Mama, Mama harus janji sama Kiel kalau kita akan terus bersama... selamanya!"

"Mama janji!"

Tbc.

The Way to Protect the Lovable SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang