06

86.6K 8.5K 34
                                    

Keadaan Aysel semakin memburuk tanpa sebab, pernah sempat pergi ke dokter untuk memeriksakan kondisinya namun, Dokter mengatakan Aysel 100% sehat dan yang paling aneh adalah beberapa orang sempat tak mengenali dirinya.

Aysel sempat di buat bingung, Kiel pun sedikit rewel dan tak ingin pergi jauh dari Aysel. Kemana-mana harus bersamanya, bahkan Kiel sampai tak ingin pergi sekolah.

Berbagai laman pencarian tentang kondisinya Aysel cari tau. Tetapi tak ada satu pun jawaban yang ia dapatkan, Aysel sudah sangat frustasi.

Sejak seminggu yang lalu pun Aysel rajin menulis di buku diary nya. Tentang kisahnya, dan rasa sayangnya pada Kiel. Semua ia tumpahkan... jika sewaktu-waktu ia pergi Aysel berharap Kiel dapat menemukan buku ini dan membacanya.

Sehingga keberadaannya tak di lupakan begitu saja oleh Kiel.

Sulit untuk ia percaya bahwa mungkin batas waktunya di dunia ini hampir habis, karena perannya mungkin sudah tak di perlukan lagi.

Selesai dengan buku harian nya Aysel keluar mengingat bahwa sebentar lagi jam pulang sekolah. Tak ingin berpikir aneh-aneh tentang batas waktunya yang mungkin tinggal sedikit, mengingat umur Kiel kurang dari satu minggu putranya itu akan menginjak 5 tahun.

Aysel akan membuat kenangan indah bersama putranya, dengan harapan bahwa Kiel tak akan melupakan nya.

***

Tok.. tok..!

"Masuk!"

"Ada apa?" Tanyanya acuh.

"Kakak!!" Gadis itu membentak.

"Ada apa?"

"Ck! Dasar kaku!!" Gadis itu merengut kesal dan duduk di sofa dengan kaki tersilang kesal.

Tak!

Pria itu meletakkan pena nya dan menatap sang adik, "katakan."

"Antar kan aku pulang!"

Huh?

"Hanya itu?" Dia terlihat kesal.

"Hehe."

Pria itu, Islwyn memakai jas nya sambil membereskan meja kerjanya yang berantakan. "Ayo."

Bianca Serenade Kafele, adik Islwyn bertepuk tangan riang dan berjalan mengikuti kakaknya dari belakang. Bia masih mengenyam pendidikan sekolah menengah atas, tahun ini dia baru saja naik kelas 3.

Pulang sekolah bukannya pulang Bia malah mampir ke kantor kakaknya.

"Kakak."

"Hm."

"Sepertinya aku membenci seseorang."

"Tiba-tiba?"

Bia mengangguk, "iya!"

"Alasan?"

"Tidak ada alasan! Sebenarnya sejak lama aku sudah membencinya sih... tapi akhir-akhir ini dia selalu saja meledek ku bahkan sampai mengerjaiku." Wajah Bia menekuk dengan bibir mengerucut geram.

"Laki-laki?"

"Iya, teman sekelas ku!"

"Dia menyukai mu."

Bia menoleh pada kakaknya, lalu tertawa garing. "Dia? Menyukai ku? Haha mustahil!"

Saat lampu merah mobil mereka berhenti, Bia menatap ke arah luar jendela sambil bertopang dagu.

"Benarkah dia menyukai ku kak?"

"Mungkin dia hanya kesal melihat wajah jelek mu!"

"Ish." Kesal Bia.

Tiba-tiba, "ya ampun!!" Bia berteriak kencang "kakak, lihat bukankah mereka sangat manis?" Tangan Bia mengguncang bahu Islwyn.

"Aah~ manis sekali, ugh gemas nya!!"

Bia tak tahan melihat dari arah kaca mobil interaksi ibu dan anak yang tengah tertawa riang, matanya terus menatap keduanya bahkan saat menyebrang.

"Iihhh lucu banget!!"

Islwyn memutar matanya malas, adiknya terlalu ekspresif. Islwyn sendiri tak peduli pada apa yang adiknya hebohkan sejak tadi...!

Mobil kembali berjalan dan tiba-tiba sebuah pertanyaan keluar dari mulut cantik Bia, "kakak kapan menikah?"

Pertanyaan itu sudah seperti mata pisau yang tajam menembus dadanya. Islwyn benci itu.

"Tidak tau."

"Dasar tidak laku, kakak itu sama sekali tidak bisa memanfaatkan wajah kakak yang tampan!! Seharusnya pria mapan, tampan, dan kaya seperti kakak sudah seharusnya menikah dan memiliki keluarga yang bahagia!"

"Kakak itu sudah 32 tahun!!"

Bia itu sudah sangat geram dengan tingkah laku kakaknya yang sama tidak tertarik pada wanita manapun- garis bawahi kecuali mantan gebetannya.

"Sudah lah kak, lupakan wanita itu toh dia sudah berkeluarga dan memiliki anak. Menikahlah dan buat keluarga yang bahagia!"

Lagi-lagi adiknya sok dewasa dengan menasehatinya tentang urusan cinta.

"Aku sudah melupakan nya!"

Bia menoleh spontan "benarkah?" Wajahnya mengatakan ketidak percayaan.

"Terserah!"

"Kalau begitu kenapa tidak kakak cari wanita yang sempat kakak perkosa? Kakak seperti menganggap wanita itu hanya pemuas nafsu kakak saja. Bukankah kakak sendiri yang bilang bahwa wanita itu masih virgin? Kakak-"

"Cukup Bia!"

Mulutnya terkatup, Bia mendengkus kesal.

"Huh selalu saja." Gumam Bia pelan.

Tbc.

The Way to Protect the Lovable SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang