03

93.5K 9.9K 36
                                    

Aysel memasuki tokoh ibu dari antagonis bernama Zadkiel Ahren Kafele, dalam cerita [Puisi untuk Mentari] yang merupakan sequel dari cerita pertamanya [Changes My Destiny]. Zadkiel di gambarkan memiliki hidup yang sulit sampai akhir hayatnya, di benci, di hina, di caci, dan di acuhkan merupakan keseharian Zadkiel.

Islwyn Samuel Kafele, pertama kali bertemu dengan Zadkiel saat anak itu berusia 5 tahun yang datang ke rumahnya dan memberikan sebuah surat.

[Dia adalah anak dari perempuan yang pernah kau perkosa]

Sejak saat itu Zadkiel resmi menjadi bagian dari keluarga Kafele. Sayangnya, hidup Zadkiel tak pernah berubah.

Di cerita [Puisi untuk Mentari] nama Aysel tak pernah di sebutkan, dia hanya muncul secara tak sengaja sebagai gadis yang di perkosa oleh tokoh antagonis, Islwyn.

Aysel, termenung sambil menatap langit malam di balkon kamarnya. Dengan secangkir kopi Aysel mencoba mengingat novel yang dulu pernah ia baca, tak di sangka ternyata ia memasuki salah satu novel yang sempat di bacanya untuk menghabiskan waktu luang.

Awalnya ia sendiri tak tau jika ia masuk ke dalam novel. Ya, karena novel yang sudah di bacanya bukan hanya satu dua novel melainkan puluhan hingga ratusan, jadi bagaimana bisa Aysel akan sadar hanya dari nama Zadkiel saja.

Tetapi setelah menerima semua ingatan Aysel, barulah ia sadar bahwa ia menjadi ibu dari antagonis di masa depan. Salah satunya ialah ingatan di mana saat Islwyn memperkosa nya di sebuah club tempat Aysel bekerja, mulai dari sana entah kenapa seluruh alur novel muncul secara tiba-tiba di ingatan nya.

Ceklek!

"Mama?"

Kiel masuk ke kamar Aysel dan berjalan menuju balkon "Mama?"

"Loh? Kebangun hm?"

Tak!

Meletakkan cangkir kopinya, "gak bisa tidur." Ucap Kiel sambil menggosok matanya yang gatal.

"Jangan di gosok sayang," Aysel mengangkat Kiel dan di dudukkan di pangkuannya.

"Besok jadi main sama Ali?"

Kepala itu mengangguk "hu'um! Kita janjian di taman. Mama, kenapa ya Ali selalu keliatan sedih?" Mendongak menatap sang Mama.

Aysel tersenyum mengganti posisi Kiel menjadi menghadap padanya, sambil bersandar pada kursi Aysel memeluk putranya.

"Kiel pernah nanya kenapa?"

"Enggak, Kiel nggak mau kalo Ali tambah sedih karena rasa penasaran Kiel. Biar Ali sendiri nanti yang cerita" ujar Kiel.

Aysel merasa bangga pada anaknya "ugh... anak Mama pinter."

"Hihi Kiel kan anak Mama!"

Oh sepertinya Aysel tak akan mampu jika harus berpisah dengan Kiel.

***

"Ali!!"

Kiel melambai senang, Aysel dari belakang mengikuti.

"Ali udah nunggu lama di sini?"

"Enggak kok."

Wajah sendu Kiel terganti "syukurlah, aku takut kamu udah nungguin lama."

Ali menunduk sambil menyembunyikan senyumnya, "Ali gimana kabarnya, baik?" Tanya Aysel mendekat.

"Baik tante!"

Senyum Aysel luntur kala melihat lebam di tangan anak itu "Ali, boleh tante lihat tangan kiri kamu?"

Deg!

Tubuh Ali menegang cepat dia sembunyikan tangannya "tante, Ali nggak kenapa-napa kok."

Kiel menatap Ali, "kalo gitu gimana kalo kita main?"

"Mama?" Menatap Aysel.

"Ya?"

"Kita main dulu ya, bye-bye!" Kiel bergegas menarik Ali.

Aysel menghembuskan napas lelah, bukan satu dua kali Aysel melihat lebam di tubuh Ali. Ingin membantu mengobati tetapi anak itu seolah menolak untuk berbagi rasa sakitnya.

Aysel duduk di kursi taman sambil memperhatikan kegiatan dua bocah laki-laki di sana. Terkadang tertawa, tersenyum dan tak pernah melewatkan semua momen mereka.

"Mama Mama!"

"Lihat kita petik ini untuk Mama!" Kiel menyerahkan bunga pada Aysel.

Kedua tangan Aysel terentang dan memeluk Kiel dan Ali bersamaan.

"Terima kasih banyak!"

Ali yang awalnya terkejut mulai membalas pelukan Aysel, dia bergumam "hangat."

Tbc.

The Way to Protect the Lovable SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang