18

58.2K 6.3K 80
                                    

Tidak mudah untuk membuat keputusan seperti ini, Aysel hanya ingin sedikit mengulur waktu. Bersinggungan dengan para tokoh secara langsung agar bisa membuat perannya kuat dan bertahan di dunia ini.

Ia sudah tak memiliki pikiran tuk kembali, kehidupannya sudah berporos pada putra nya Kiel.

Menikah?

Itu masalah waktu.

Awalnya Aysel bisa saja langsung menerima ajakan Islwyn untuk menikah. Tetapi, Aysel menolak dan sedikit beralasan.

Cinta. Itu di butuhkan, jika Islwyn menikahi dirinya hanya karena sebuah tanggung jawab atau sekedar rasa bersalah pria itu tak harus sampai menikah dengannya. Cukup berikan Aysel uang dan masalah selesai.

Sayangnya pria itu memilih opsi lain.

"Ada apa?"

Sebelah alis Aysel terangkat menatap sebal pada pria yang pagi-pagi buta sudah berdiri di depan pintu apartemen mereka. "Masih bertanya? Jelas mengantar Kiel sekolah!"

Aysel menoleh menatap jam yang terpasang di dinding "ini masih jam empat."

Dia terlihat kikuk "ya."

"Kembalilah!"

Brak!

Pintu di tutup cukup kencang Aysel menguap ia masih mengantuk dan Islwyn datang mengganggu tidurnya-

Piip- ceklek!

"Hei!" Aysel berteriak saat pria itu masuk dan sudah duduk di sofa dengan kaki bertopang.

"Haissh... sepertinya aku harus mengganti pin apartemen ku!" Gumam Aysel kesal.

Aysel menghiraukan keberadaan Islwyn dan pergi ke kamarnya begitu saja. Islwyn diam di posisinya, "kenapa aku jadi bodoh begini?"

Jam sudah menunjukkan pukul 6, Aysel keluar dari kamarnya dan berniat pergi ke dapur namun malah berhenti menatap seseorang yang tertidur di sofa dengan nyenyak nya.

Ia kembali ke kamar dan kembali dengan membawa selimut di tangan, "dasar merepotkan!" Meskipun Aysel berucap begitu ia tetap menyelimuti Islwyn.

Hari ini Aysel berniat memasak omurice untuk sarapan, tak membutuhkan waktu lama tiga piring berisi omurice siap. Aysel melepas apron nya dan pergi ke kamar sang putra-

Srakk!!

Menyibak tirai dan mendekat ke arah ranjang, "selamat pagi anaknya Mama!"

Kiel perlahan membuka matanya "Mama, met mowning!"

Aysel terkekeh membantu Kiel bangun "hiap! Siap sekolah sayang?"

"Siap!!"

"Nah sekarang mandi dulu," Kiel mengangguk dan pergi ke kamar mandi sementara Aysel menyiapkan pakaian yang akan di kenakan Kiel hari ini.

"Mama?" Kiel berlari dari arah kamar mandi dengan badan terbungkus handuk.

"Hari ini Kiel sekolah diantar Papa juga gak?"

Aysel menatap gemas Kiel "iya, Kiel seneng?"

"Asiikkk!!" Kedua tangan itu terengtang ke atas, Aysel menggeleng sambil tersenyum.

"No!" Seru Kiel tiba-tiba saat Aysel ingin membantunya memakai baju.

"Kenapa?"

"Mama... Kiel udah besar udah harus bisa pake baju sendiri," ucap anak itu.

"Ugh, pintarnya anak Mama ini!" Aysel memeluk Kiel sambil menggoyangkan badannya ke kiri dan kanan.

Aysel pun keluar dari kamar Kiel dan mendapati Islwyn tengah berdiri di pantry sambil minum air, "sudah bangun?"

"Hm."

"Duduklah kita sarapan bersama," ujar Aysel pada Islwyn.

Tak lama Kiel datang dengan semangat berlari ke arah Aysel, "Mama!!"

"Sayang hati-hati!" Peringat Aysel yang di tanggapi gelak tawa si kecil.

"Alo Papa!"

Islwyn tersenyum tipis,

"Ini kenapa anak Mama bicaranya jadi begini hm?" Aysel mencubit kedua pipi Kiel pelan.

Lalu si anak menjawab, "hihi biar kedengeran lucu!"

Islwyn terus menatap dua orang yang baru-baru ini berhasil membuat kehidupannya yang monoton perlahan berwarna, tak ada lagi warna monokrom di setiap pandangan nya. Kini saat di dekat mereka dunia terasa jauh lebih bersinar dan hangat.

Jujur dia sangat menyukainya, lantas apakah Islwyn bisa membawa kehangatan itu hanya dirasakan olehnya?

Akan dia lakukan!!

Tbc.

The Way to Protect the Lovable SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang