Sonya tertawa lepas ternyata tak ada yang mampu mengalahkan putranya dalam hal akademik, Agister memang membanggakan!
Dengan penuh rasa percaya diri Sonya menceritakan semua pencapaian yang Agister raih di sekolahnya. "Anak mu sangat hebat Sonya, lalu si kembar Alister bagaimana? Ku lihat dia terlalu pendiam." Ucap salah satu dari mereka.
Sonya melunturkan senyumnya, "dia sedang menyukai alat musik piano. Mungkin dalam beberapa tahun Alister akan menjadi seorang pianis muda terkenal!"
Satu kebohongan tentang Alister kembali terlontar, jika berlanjut membahas Alister entah kebohongan apalagi yang akan Sonya katakan.
"Di mana Alister?"
Di sana dia hanya melihat Agister lalu di mana Alister? Apa anak itu belum juga kembali dari toilet?
Tunggu... anak itu pergi sendiri?!
Kazakh ada di sana berarti Alister pergi sendiri tanpa pengawasan dan sudah lama waktu berlalu sejak Alister meminta izin pergi ke toilet, "em, teman-teman sepertinya aku harus pergi. Terima kasih atas obrolan yang mengasyikan nya, aku menunggu pertemuan kita selanjutnya!"
"Kemana anak itu?" Matanya berkeliaran mencari keberadaan Alister. Ada sedikit rasa khawatir di hatinya, meskipun Sonya keras pada pendidikan anak-anaknya terutama Alister bukan berarti dia melepas tanggung jawabnya begitu saja sebagai seorang ibu.
Sonya hanya tidak ingin Alister memiliki masa depan buntu hanya karena menyukai seni yang sama sekali tak memiliki prospek di masa depan, Sonya ingin anak-anaknya menjadi seseorang yang sukses tidak dengan menjadi seorang pekerja seni.
Meskipun tindakan kerasnya itu berdampak pada hubungannya dengan sang suami semakin merenggang. Apakah dia melakukan itu tanpa alasan? Semua tindakannya memiliki dasar yang jelas.
Meski dia tau perlakuan nya terlalu keras dan membebani pada kedua putranya. Di kehidupannya dulu-
Alister?
Sonya mempercepat langkahnya saat melihat sang anak berdiri tak jauh di depannya bersama seseorang yang sebaya dengannya, Sonya menggeram menahan kesal. Anak itu, anak yang ada di gambar Alister. Sudah pasti bahwa anak itu lah yang membawa pengaruh buruk bagi Alister yang mana membuat Alister semakin membangkang padanya.
"Alister!"
"Mo-mommy?!"
Dengan kasar Sonya menarik tangan Alister, "ayo kita pulang!"
"Mo-mom... sakit..!"
Kiel yang melihatnya pun tak tinggal diam, Ali kesakitan.
"Nyonya tolong jangan buat Ali kesakitan." Pintanya.
Sonya berhenti lantas segera memposisikan Alister di belakangnya, "aku ibunya!"
Kiel merengut tak suka, memangnya jika nyonya itu ibunya dia berhak berbuat kasar pada anaknya? Tentu tidak!
"Kiel gak suka nyonya berbuat kasar pada Ali, jadi lepaskan Ali!"
Alister semakin meringis kala cengkraman di tangannya semakin kencang, dia ketakutan, dia takut jika Sonya berbuat kasar pada Kiel karena mencoba menolongnya. Maka saat mata mereka bertemu Alister menggeleng pelan, mencoba memberi isyarat pada Kiel agar berhenti.
"Jadi, apakah ini alasan mu jadi sering melawan ku Alister?"
Dengan takut-takut Alister mendongak. "Bukan! Bukan karena Kiel, Kiel tidak bersalah."
Dengan malas Sonya memutar matanya, "apakah aku harus percaya pada mu?"
"Iya! Bukankah kata Mommy kita akan pulang? Ayo kita pulang sekarang."
Alister menengok ke belakang dengan gerakan bibir tanpa suara dia berkata, "terima kasih."
Kiel terdiam. Dia tak bisa berbuat apapun di saat temannya dalam masalah, dia bukan anak baik. Kiel mengepal dengan berani mengejar keduanya dan menarik Alister ke sisinya.
"Aku tidak akan membiarkan Alister pergi!"
"Kiel?!"
"Berjanji lah, berjanji lah nyonya tidak akan menyakiti Ali!"
Melihat keberanian- atau lebih tepatnya kenekatan anak itu membuat Sonya tersenyum sinis. Dia harus bersabar, di depannya hanya seorang anak kecil. Sonya mendekat lalu sedikit mencondongkan tubuhnya, "anak kecil seperti mu tau apa?"
"Mommy!!" Pekik Alister saat Sonya mengangkat tangannya dan menekan kedua pipi Kiel.
"Ugh!" Erang Kiel.
Alister panik, tidak, seseorang, siapapun tolong Kiel!
"Lepaskan tangan mu dari wajah putra ku!!"
Ali menoleh, senyumnya merekah saat Aysel berjalan mendekat.
"Ku bilang lepaskan!!" Ucap Aysel penuh penekanan dan Sonya segera melepaskan tangannya dari pipi Kiel.
Aysel menarik sang putra, mengusap lembut wajah anaknya yang sedikit memerah. "Ternyata ibu dan anak sama saja. Sama-sama suka sekali ikut campur urusan orang lain!" Ujar Sonya.
Aysel mendelik tajam ke arah Sonya, "putra ku pasti punya alasan!"
Saat keduanya bersitegang Kazakh dan Agister datang dengan raut panik. Agister menghampiri Alister, "kemana saja kau? Kami mencari mu kemana-mana, kenapa kau malah menghilang dan membuat kami khawatir huh!! Dasar adik bodoh!"
Alister menunduk merasa bersalah pada sang kakak, "maaf."
Agister menghela napas lalu menatap Kiel, "siapa dia?"
"Namanya Kiel! Dia sahabat ku," wajah Alister begitu berseri memperkenalkan Kiel padanya.
Agister tak suka!
Begitupun dengan Kiel.
"Sonya," Kazakh mendekati sang istri. "Jangan membuat masalah!"
Tak terima di kata seperti itu Sonya pun membela diri, "aku tidak membuat masalah jika anak itu tak menghilang!"
Sonya?
Aysel seketika terdiam. Jika wanita ini Sonya maka pria di sampingnya adalah Kazakh dan anak kembar itu Agister dan Alister?
Sungguh?!
Sebentar... Ali adalah Alister, anak Kazakh dan Sonya lalu saudara kembar Agister calon protagonis masa depan. Jika begitu Alister, hidup anak itu tak akan lama lagi. Karena dalam cerita [Puisi untuk Mentari] Alister saudara kembar Agister di ceritakan meninggal bunuh diri!
"Aysel."
Islwyn datang maka lengkap sudah semua pemeran utama dalam cerita [Changes My Destiny] berkumpul. Islwyn bertemu dengan Sonya setelah sekian lama akankah benih-benih cinta datang kembali?
"Aku mencari mu sejak tadi,"
Aysel menatap tak percaya Islwyn, ia menoleh pada Sonya yang terlihat terkejut-
"Aysel, aku bicara pada mu."
"Ya? Apa?" Aysel linglung.
Islwyn tampak kesal, "ini sudah larut malam dan kita harus pulang!"
"Boy?" Panggil Islwyn pada Kiel.
"Ya Papa."
"Ayo pulang,"
Kiel mengangguk dan dengan senang hati melebarkan tangannya pada Islwyn yang hendak menggendongnya.
"Kau akan pergi begitu saja tanpa menyapa teman lama mu?"
Islwyn berdecih, "sapaan seperti apa yang kau inginkan?" Balas Islwyn.
Kazakh mengendik'kan bahunya, "ku pikir kau tidak akan pernah menikah, ternyata kau bisa juga mendapatkan seorang wanita cantik untuk kau peristri!"
Aysel mendelik tak suka, apa-apaan pria itu?
Jika saja tidak ada Kiel di gendongannya maka satu pukulan sudah mendarat di wajah kurang ajar nya itu. "Tidak ada gunanya terlalu terpaku pada masa lalu, jika di depan mu kini ada sosok wanita yang lebih pantas di perjuangkan!" Dengan begitu Islwyn pun pergi dengan menarik Aysel dari sana.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way to Protect the Lovable Son
Romance[COMPLETED] Menjadi ibu dari tokoh antagonis di masa depan? Awalnya Diandra tidak tau bahwa ia masuk ke dalam novel dan menjadi ibu dari tokoh antagonis. Karena nama Aysel tak pernah tertulis bahkan dia hanya di gambarkan sebagai sosok ibu kejam yan...