Chap 9

89.6K 7K 324
                                    

Seruni merasa begitu asing dengan sekelilingnya. Banyak orang yang sangat ia tak kenali membuat kepalanya sedikit pusing dan mual di perutnya. Gadis itu langsung memilih untuk berjalan menjauh dari kerumunan orang-orang itu. Banyak yang menghisap rokok, banyak juga yang asik dengan obrolan mereka. Mereka seakan menikmati waktu yang mereka jalani sekarang, tapi tidak dengan Seruni. Gadis itu merasa tempat ini bukanlah tempat yang cocok untuk dirinya.

Daripada ia malah pingsan, akhirnya gadis itu memilih untuk keluar ruangan dan menikmati indahnya pemandangan Puncak.

Seketika itu juga rasa mual di perutnya dan pusing di kepalanya hilang, digantikan dengan rasa nyaman dan tenang. Seruni bisa berada di tempat ini karena mengikuti acara kantor Joan, temannya. Awalnya Seruni tidak ingin ikut, namun Joan sudah meminta ijin pada majikan Seruni dan mengatakan bahwa tak akan ada yang menjaga gadis itu selama tiga hari ke depan jika ia tetap memilih untuk tinggal. Dan akhirnya Seruni pun terpaksa ikut.

Harum dedaunan yang habis terguyur hujan masuk ke indra penciuman Seruni, membuat hatinya jauh lebih tenang daripada saat ia berada di ibu kota. Rasa rindu menelusup ke dalam hatinya, rasa rindu akan Ibu dan Bapaknya di kampung. Rindu untuk bermain bersama teman-teman di kampungnya. Rindu mencuci pakaian di sungai yang airnya masih jernih. Namun, kampungnya sangatlah jauh dari tempat ia berada sekarang, membuatnya cukup tau diri untuk menyimpan rasa rindunya. Ditambah, anak yang sekarang berada di dalam kandungannya. Kedua orangtuanya belum mengetahui bahwa kini ia tengah berbadan dua, walaupun bukan atas kemauannya. Ia takut ia tak akan diterima dan disuruh menggugurkan kandungannya, walaupun ia rasa orangtuanya tak akan setega itu.

Seruni menundukan kepalanya dalam. Cemas akan keadaan yang sangat menghimpitnya. Kedua orangtuanya di kampung sudah sering menelpon untuk meminta Seruni pulang ke kampung untuk menengok keadaan orangtuanya, namun selama ini Seruni selalu beralasan bahwa di tempat ia kerja belum bisa mengambil libur.

Sekali lagi, Seruni merasa bimbang akan hidupnya. Gadis itu menarik nafasnya dalam-dalam dan di hembuskan secara perlahan. Benar-benar perlahan.

"Hai," sapa suara laki-laki. Membuat Seruni langsung mengangkat kepalanya dan menengok ke arah laki-laki di sebelahnya.

Senyum canggung jelas terukir di wajah Seruni saat ia melihat laki-laki yang berdiri tegak di hadapannya. Bukannya apa-apa, gadis itu sama sekali tak mengenal laki-laki dihadapannya ini. Tadi, Seruni menggunakan bus untuk karyawan dan berkenalan dengan teman kantor Joan yang ikut dengan bus itu, tapi tidak ada laki-laki ini.

"H-h-hai," jawab Seruni terbatah-batah.

Lelaki itu tersenyum dan berdiri di samping Seruni, memandang bukit yang menjulang tinggi diatasnya yang ditumbuhi pepohonan hijau. Sejauh mata memandang, hanya warna hijau-lah yang sangat mendominasi.

"Kamu anak baru, ya? Di divisi apa?" tanya lelaki itu pada Seruni. Seruni yang tak mengerti langsung menunduk panik. "Atau kamu keluarga dari salah satu karyawan di kantor?" tanyanya lagi, karena melihat gadis itu seperti kebingungan.

Seruni mendongakkan kepalanya, "Saya teman dari Joan ... Joana Anindita"

Lelaki itu menganggukan kepalanya lalu tersenyum sekilas. Setelah itu mereka kembali menikmati pemandangan pepohonan hijau serta bukit yang tersedia di depan mereka. Menikmati pemandangan yang sangat mereka sulit temui di ibu kota.

***

Keadaan kantor cabang di Manhattan ini ternyata tidak separah yang ia kira, karena dalam waktu cepat ia sudah bisa mengatasi semua masalah yang ada. Namun tetap saja ia tak bisa begitu saja pulang karena kosongnya kepemimpinan di kantor cabang itu.

Rangga bolak-balik di kamar ruang kerjanya. Bukan karena ia bingung namun karena ia merasa cemas. Belum ada kabar apa-apa dari Leo tentang pencariannya, padahal sudah 2 minggu semenjak ia pergi, tadi ia videocall dengan Muna, dan adiknya itu mengatakan kalau Seruni tidak masuk kerja selama dua hari ke depan dan ia tidak tau kenapa. Rangga masih terlalu malu untuk menanyakan pada Bundanya karena yang selalu ia tanyakan tentang Seruni biasanya adalah Muna. Hanya Muna.

TRS [1] : Night Accident ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang