Chap 22

58.5K 4.9K 252
                                    



Ada yang kangen Serangga ngga? Heheheh

Sebelumnya aku mau minta maaf ya sama kalian karena udah ngegantungin cerita ini selama 1 tahun lebih. Jangan marah ya please, aku janji kali ini akan nyelesaiin cerita ini, tapi kalian harus semangatin aku juga yaa heheheeh

Jangan lupa baca ceritaku yang lain yang masih on going: Kinderliebe, Satu Cinta, Pernikahan Palsu sama Cinta untuk Bonita yaaa

Kokokan ayam terdengar jam setengah lima pagi, membuat Seruni terbangun dari tidur nyenyaknya. Ia duduk di kasurnya masih dengan setengah nyawa. Matanya masih menyipit belum mau terbuka sepenuhnya saat Bu Tuti masuk ke kamarnya. Dengan senyum ke-ibu-an, Bu Tuti duduk di sebelah Seruni, mengelus rambut anak itu sayang.

"Kamu belum menceritakan tentang kehamilanmu," ucap Bu Tuti tenang. "Dari beberapa hari yang lalu kamu terlalu sibuk bermain."

Seruni menatap Bu Tuti sekilas, lalu menghembuskan nafasnya. Ia bingung harus bercerita bagaimana dan darimana. "Seruni diperkosa, Bu," hanya itu yang mampu keluar dari mulutnya.

Bu Tuti mengangguk. Ia sudah tau anaknya diperkosa, tapi dia tidak tau apakah anaknya sudah tau siapa yang merenggut mahkotanya. Karena kalau anak ini tau, kenapa dari kemarin-kemarin mereka masih bisa tertawa bersama. Hal itu membuat Bu Tuti pusing dan memilih untuk mengajak anaknya mengobrol pagi ini.

"Kamu tau siapa laki-laki itu?" tanya Bu Tuti.

Seruni mengangguk. Ia tau siapa laki-laki yang memerkosanya, dan bodohnya, ia tak bisa marah pada laki-laki itu. Ayah dari anaknya adalah cinta pertamanya, mengingat dirinya belum pernah merasakan jatuh cinta. Sempat terbersit kemarahan di hatinya, namun saat melihat wajah laki-laki itu datang ke desanya, seketika rasa marahnya meluap bersama semilir angin di desanya.

Tangan Bu Tuti yang tadinya masih membelai halus rambut Seruni, kini beralih untuk menggenggam tangan Seruni. Sedangkan Seruni hanya bisa tertunduk. Ia merutuki kebodohannya. Kebodohannya saat dia sama sekali tidak marah pada laki-laki yang telah memerkosanya lima bulan yang lalu, kebodohannya saat dengan mudahnya ia jatuh cinta pada laki-laki yang ternyata Joan cintai juga.

"Bagaimana bisa kamu tau?"

"Aku mengingat sorot matanya dan suara seraknya, Bu."

Mengalirlah cerita dari bibir kecil Seruni. Bagaimana saat Bunda Rina melakukan video call dengan Rangga, Seruni berharap untuk disapa dan ternyata laki-laki itu malah membuang muka. Saat itu, ada kilatan marah dari mata laki-laki itu, hingga membuat Seruni pergi. Dia pergi bukan karena dia sakit hati tak disapa Rangga, dia pergi karena dia mengenali sorot mata itu. Awalnya Seruni tak yakin kalau laki-laki yang memerkosanya adalah Rangga, mengingat betapa baiknya laki-laki itu padanya.

Setelah itu, saat Leo ditelpon Rangga saat sudah sampai desa ini, Seruni kaget mendengar suara serak Rangga di seberang sana sangat persis dengan suara laki-laki yang memerkosanya. Berbeda dari suara Rangga saat pertama kali menelpon gadis itu waktu di Puncak. Hal itu membuat Seruni semakin yakin. Ditambah kehadiran laki-laki itu dan Bundanya tiba-tiba ke desa Seruni.

Dan lagi, mengingat betapa Seruni merasa nyaman saat perutnya yang mulai sedikit membesar dielus oleh Rangga. Seakan anak yang dikandungannya mengerti bahwa tangan yang kini membelainya adalah tangan Ayahnya.

Seruni menangis saat menceritakan hal itu pada ibu angkatnya. Mendengar isakan Seruni pun ikut mengiris hati Bu Tuti. Tak pernah ia bayangkan bahwa dengan melepas anaknya ke Jakarta, akan membawa petaka yang begitu besar untuk hidupnya. Anaknya hamil, dan anaknya juga dipertemukan oleh orang tua kandungnya.

TRS [1] : Night Accident ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang