Chap 8

96.4K 6.6K 114
                                    

Angin musim dingin berhembus menerpa permukaan kota Manhattan, walaupun matahari sudah berada tepat diatas kepala tetap saja tak terasa karena cuaca yang memang masih dalam masa perubahaan dari musim dingin ke musim semi. Sebagian besar es yang menumpuk sudah berubah mencair perlahan. Orang-orang berlalu-lalang dengan kesibukannya masing-masing dengan berbagai arah yang berbeda. Banyak kegiatan yang mereka lakukan walau hanya dengan berjalan. Ada yang mengobrol, walaupun jarang dan tetap berjalan dengan langkah cepat. Ada juga yang sedang menelpon, dan semua orang yang berlalu-lalang disitu menggunakan pakaian rapih seperti ingin bergegas ke kantor.

Jam besar yang tergantung di salah satu menara di kota Manhattan itu menunjukan angka 8 lewat 32 pagi. Jam yang lazim jika jalanan itu terlihat ramai. Sebentar lagi jam kantor di mulai, maka semua orang sibuk berlalu-lalang dengan secepat yang mereka bisa. Lampu merah bagi pejalan kaki-lah yang terkadang mereka benci, memperlambat waktu mereka untuk sampai ke tempat mereka bekerja. Namun setelah lampu untuk pejalan kaki berubah menjadi warna hijau semua orang seakan terburu-buru sehingga tak memedulikan sekitar. Waktu untuk pejalan kaki memanglah tidak terlalu sebentar, jadi dituntut kecepatan mereka.

Diantara puluhan orang yang sibuk menyebrang, ada seorang gadis berseragam yang terlihat limbung dan malah terdorong-dorong orang berbadan besar disekelilingnya. Sampai lampu kembali menjadi warna merah, gadis itu masih berdiri ditengah-tengah. Suara klakson yang memekakkan telinga mulai terdengar dan membuat gadis kecil itu merasa takut dan ingin menangis.

Namun belum sempat ia menjadi semakin ketakutan, ada seorang lelaki yang menariknya ke pinggir jalan. Bagai dewa penolongnya.

"Oh, God," gadis itu berucap sambil mengelus dadanya.

Ia bisa bernafas lega sekarang setelah bunyi klakson yang memekakkan telinga sudah tak masuk ke indra pendengarannya lagi. Lalu ia menatap lelaki di hadapannya yang baru saja menyelamatkan hidupnya. Lelaki itu sedang menepuk-nepuk bagian sikunya yang terlihat terkena debu akibat ia menarik gadis itu terlalu keras dan sikunya menabrak tiang lampu di jalanan itu.

"Um, thanks," ucapnya canggung.

Kebiasaan budaya barat, jarang mengobrol antar orang yang tidak mengenal membuat gadis itu sedikit canggung untuk sekedar menyapa orang lain. Apalagi di jalanan.

Lelaki itu mendongak, dan tersenyum kecil. Desiran aneh langsung menyelimuti hati gadis saat melihat penolongnya. Mata yang tak terlalu belok, sedikit menunjukan wajah oriental. Bibir merah muda yang tipis, bulu-bulu diatas bibir tipisnya itupun sama tipis. Alis mata yang begitu tebal dan hidung mancung yang sedikit lancip diujungnya. Benar-benar bagai malaikat. Bukan hanya menolongnya, namun parasnya itu begitu tampan. Ditambah bisep-bisep besar yang tak dapat tersembunyi dibalik kaos longgarnya.

"Be careful, Miss," ucap lelaki itu, Rangga, lalu bergegas meninggalkan gadis yang menurutnya ceroboh itu. Ingin bergegas ke supermarket terdekat untuk membeli beberapa bahan makanan untuk sarapannya.

"Hm, wait Mister," ucap gadis itu, dengan berusaha melangkah cepat ia mencoba mengejar lelaki tampan itu.

Rangga berhenti dan menengok ke belakang, ke gadis ceroboh yang ia tolongnya tadi. Menunggu perempuan itu berdiri di depannya, dan gadis itu semakin mempercepat langkahnya saat melihat lelaki itu berhenti. Dengan tersenyum bahagia, ia berdiri di hadapan lelaki itu. Rambut ikalnya yang terkuncir satu agar terayun karena terbawa angin.

"Hello Mister, My name is Kayla Valentzia, and you?" senyumnya melebar. Rangga mengerutkan kening. Gadis dihadapannya terlihat sangat berantusias saat memperkenalkan namanya. Dengan uluran tangan yang menjulur meminta dibalas.

"Rangga," jawabnya dengan kening berkerut.

Gadis itu membulatkan mata besarnya dan tersenyum penuh semangat. Gadis itu berpikir, Rangga--nama lelaki dihadapannya ini seperti nama yang familiar? Ah! Nama dari salah satu pemeran Ada Apa Dengan Cinta! Gadis itu mengingatnya. Dan binarnya matanya semakin membulat senang saat mengingat nama itu.

TRS [1] : Night Accident ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang