Chap 26

57.7K 4.7K 543
                                    

Biar aku yang pergi, biar aku yang tersakiti,

Biar aku yang berhenti, berhenti mengharapkanmu.

Oh Tuhan kuatkan aku, menerima semua ini,

Jika dia memang untukku, kuharap kembalikan dia untukku.

Seruni memasukkan beberapa baju dan benda-benda kesayangannya, seperti boneka beruang yang dulu dibelikan oleh Bapak dan Ibunya saat ia ulang tahun ke sepuluh. Sudah using memang, tapi Seruni akan tetap menyimpannya, kalau-kalau nanti dia rindu Ibu dan Bapaknya.

Oh iya, Bapak dan Ibu Seruni akan ikut juga ke Jakarta, karena Pak Sapri akan dirawat di rumah sakit di Jakarta. Mata Pak Sapri yang katarak akan dioperasi di Jakarta. Dulu, waktu Seruni memilih pulang karena kata Ibunya bapak sakit parah itu ternyata karena bapak terlalu lelah saja. Tidak ada penyakit yang parah.

Rangga dan Bunda Rina juga sudah mengemasi barang-barang mereka yang kebanyakan sudah ditaro di mobil. Rencananya, mereka semua akan berangkat dari desa ini besok subuh, sekitar jam 3 atau 4.

Leo dan Seruni juga masih menjalankan aksi diamnya pada Rangga. Sedangkan Rangga juga memilih bungkam. Ia tak ingin mendapat bogeman mentah dari Leo lagi, karena nyatanya badannya masih sakit-sakit karena bogeman mentah dua hari yang lalu. Rasanya tulang-tulang ditubuhnya mau hengkang dari tubuh Rangga.

Leo dan Rangga kini duduk di tempat mereka biasanya, walau ada jarak yang memisahkan karena Leo masih kesal pada Rangga dan Rangga belum minta maaf pada Leo, jadi mereka masih seperti musuh. Walau dalam hati mereka masing-masing, mereka merutuki hal yang mereka lakukan sekarang.

Dulu, waktu mereka berantem, mereka lebih senang saling mengumpat dan memaki atau melakukan hal-hal negatif lainnya untuk melukai sahabatnya, dibanding saling diam seperti ini, ternyata Rangga dan Leo merasa lebih sakit seperti ini. Tapi gengsi mereka di atas hati mereka.

Untuk kembalinya mereka ke Jakarta, sudah dibagi mobilnya. Seruni berada di mobil Leo bersama Mama Papanya juga. Sedangkan Bu Tuti dan Pak Sapri ikut mobil Rangga. Mereka—para orang tua tak ada yang ingin duduk berdesakan di mobil sedan yang mereka bawa ke desa ini.

Joan? Entah, belum ada yang menemui perempuan itu sejak malam dimana adu jotos itu dilakukan. Semua kesal pada Joan. Jangan kalian pikir Rangga tidak, Rangga juga kesal pada Joan, bisa-bisanya perempuan itu menyuruh Seruni menggugurkan kandungannya, dan meminta tes DNA, tapi waktu itu Rangga terlalu lemah untuk mengusir Joan dari hadapannnya.

Rangga memang lemah.

Rangga memang tak berdaya.

"Rang," panggil Leo dengan malas, mengakhiri aksi diam mereka selama dua hari ini.

"Le."

Leo mendesis. Bisa-bisanya Rangga tak berlaku serius. Mereka memang sering seperti itu. Kalau nama yang satu dipanggil, mereka tidak akan menanyakan apa atau kenapa, melainkan kembali memanggil.

"Lo mau nikahih Seruni karena itu Seruni atau karena anaknya?" tanya Leo mengingat obrolan mereka semalam sebulum adu jotos itu terjadi. Saat Ranga mengatakan ingin melamar Seruni dalam waktu dekat.

Waktu itu Leo sangat senang mendengarnya. Ia berpikir bahwa sahabatnya ini benar-benar tulus menyukai adiknya, melihat binar matanya. Tapi setelah mengetahui bahwa Ranga-lah bapak dari anak yang dikandung Seruni, pikiran itu langsung hilang. Binar itu bisa saja karena rasa sayang pada anaknya itu, bukan pada Seruni.

"Karena dia Seruni," jawab Rangga.

"Kalau yang lo hamili dulu Joan, gimana?"

Rangga membelalak. "Ngga sampe mikir kesitu."

TRS [1] : Night Accident ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang