Kejadian Dibawa Hujan

47 8 2
                                    

Assalamualaikum
Happy Reading.
.
.
.
.

"Thanks Zak. Gak mampir dulu?"

"Thanks Ren. Tapi ini udah mau magrib, Gua duluan."

"Eh bentar. Gak boleh lawan Orang Tua ya Ren. And, jangan lupa sholat, Kamu jangan lupa jaga kesehatan juga, " Sambungnya.

"Siap Bos," Jawab Aren sambil meletakkan tanganya di atas kening, Ala-ala hormat.

"Ya udah pamit dulu. Assalamualaikum," salamnya.

"Waalaikumussalam."

Di depan gerbang Dion menunggu Bella. Bella berpamitan terlebih dahulu kepada Mama Dion.

"Hati-hati ya." Bella mengangguk.

"Berangkat dulu Ma," pamitnya.

Dion menjalankan motornya pelan-pelan. Sambil menikmati angin magrib. Sayup-sayup suara Adzan disetiap masjid yang ia lewat. Tapi tak ada niat dirinya untuk mampir dirumah suci itu. Mungkin dirinya belum terbiasa atau emang enggan, entah lah.

"Biasanya juga kalo waktu gini. Baru pulang Gua sama Alea dari pantai," Batinnya. Mungkin benar. Dirinya telah terobsesi kepada Alea. Hampir setiap hari, pikirannya hanya Alea, Alea dan Alea.

"Rumah Lo dimana Bell?"

"Masih jauh Yon." Dion mengangguk.

"Belok Yon." Dion membelokkan kekiri motornya menuju Alamat ruamh Bella. Selang beberapa menit, Keduanya sampai pada rumah  sederhana benuasa biru.

"Rumah Lo?" Bella mengangguk.

"Jangan bilang Lo. Mikirnya Gue Orang kaya," tanya Bella yang diangguki oleh Dion. Bella tertawa hambar melihat jawaban Dion.

"Mau masuk?"

Jedar...!

"Thanks Bell. Tapi ini mau hujan, Gua duluan ya." Dion menancap gas Motor spor hijaunya. Membelai jalanan gelap. Tak lama hujan deras turun membuat penglihatanya membuaram. Ini adalah hal sial baginya. Tiba-tiba morotnya terhalang dengan satu motor.

"Woy Anak muda turun Lo." pria berbadan kekar menepuk keras motor Dion.

"Mau ngapain kalian?"

"Serahin kunci motor Lo," ucap Pria berbadan kekar yang satunya.

"Enak aja Lo." jawaban itu membuat amarah dua pria berbadan kekar itu.

"Oke. Lo ya yang minta cara kekerasan."

"Hajar Dia...!"

Ditenga hujan deras Dion di kroyok  dua Pria berbadan kekar itu. Sangat tipis kemungkinan ada seseorang yang menolongnya. Pasalnya tempat nya itu adalah tempat yang jarang dilewati banyak orang. Lama Dion masih bertahan melawan kedua pria itu. Begitu pula kedua Pria itu masih siap menghajar Dion.

Dikamar Aren sibuk menelpon Zaky.

Tutt tutt!

"Halo Zak!"

"Assalamualaikum dulu Ren."

"Eh. Waalaikumussalam, Lo dimana?"

"Dirumah. Kenapa?"

"Alhamdulillah, hujan soalnya. Takutnya Lo belum nyampe lagi," Aren merasa khawatir. Zaky disebrang sana tersenyum mendengar hal itu.

"Cie perhatian banget. Biasanya juga marah-marah." Zaky menggoda nya.

Assalamualaikum SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang