Penyesalan

27 0 0
                                    

Jam Istirahat pun dimulai

Deswita sepertinya mulai memikirkan apa yang telah diajarkan oleh Pak Amar mengenai Semesta yang tidak terbatas. Meskipun teman-teman yang lain sudah kebingungan untuk memikirkannya, tetapi Deswita dengan keingintahuannya mencoba untuk mencari tahu apa yang dimaksud oleh Pak Amar lewat pengajarannya. Lia yang melihat Deswita begitu serius mencoba untuk mencairkan suasana.

"Wit, kenapa kamu terlalu serius, ayo kita lepaskan penat terlebih dahulu" ucap Lia,

"Aku masih berpikir tentang gelembung semesta yang pernah ditunjukkan itu, apakah benar kita Big Bang yang kita kenal itu bukan ledakan melainkan ibarat gelembung"

"Walaupun agak bingung, tapi aku sangat tertarik dengan pembelajaran tersebut"

"Nanti kita pelajari bersama-sama" ucap Lia sambil melihat Radit yang ada di kantin

"Radit..!" ucap Deswita,

"Oy..!"

"Kau ini, istirahat nggak ngajak-ngajak seperti biasanya" ucap Lia yang sedikit kesal

"Hahaha, padahal kau sudah tahu juga kan. Ya sudah, kalian mau makan apa, biar aku yang traktir" ucap Radit yang sedang senang-senangnya

Mereka pun langsung makan bersama dengan penuh canda tawa. Sontak orang-orang yang berada di sekitarnya langsung iri kepada mereka. Tiba-tiba, Nafeeza pun datang menghampiri Radit dengan perasaan yang sedikit kesal.

"Hey Radit, katanya mau bertarung?!" ucap Nafeeza yang terlihat kesal dengan Radit,

"Oh, hari ini? Kirain mau setahun lagi." jawab Radit yang sedikit meledek, dan tiba-tiba langsung mengakhiri makan istirahatnya,

Radit dan Nafeeza langsung pergi menuju ke lapangan belakang untuk berkelahi. Sesampainya di sana, mereka melangsung dua pukulan yang masing-masingnya mendarat di muka mereka.

"Tch... ku kira cupu rupanya boleh-boleh juga" ucap Radit yang sedikit memuji Nafeeza,

"Walaupun kecil tapi tinjuanmu boleh juga" ucap Nafeeza sambil mengejek Radit. Namun tiba-tiba Radit sudah berada di depannya dan Nafeeza ditendang dan terhempas cukup jauh,

"Jangan sekali-kali meremehkan musuhmu" ucap Radit,

"Benarkah?!" ucap Nafeeza sambil menendang kepala Radit yang membuatnya tersungkur kepalanya ke bawah. Adapun Radit yang mencoba untuk bangkit kembali dari tersungkurnya,

"Wah... ternyata pukulanmu lumayan membuatku ingin bermain denganmu" kata Radit yang dengan tatapan kosong, dan sekaligus membuat Nafeeza keringat dingin dihadapannya,

"Radit? Kau?" ucap Nafeeza yang terkejut dengan ekspresi Radit yang tiba-tiba berubah,

"Rasakan ini..." ucap Radit yang memukul pundak Nafeeza sampai membuatnya tidak bisa bertarung lagi,

"Radit... kau..." ucap Nafeeza yang pingsan.

Pertarungan tersebut dimenangkan oleh Radit yang memukul telak Nafeeza hingga membuatnya pingsan. Meskipun demikian, Radit tidak membiarkan Nafeeza pingsan sendirian di lapangan, dan ia meminta seseorang untuk membawanya ke UKS dan Radit kembali lagi ke kantin karena mereka belum mendapatkan quality time karena sebelumnya ia mesti bertarung melawan Nafeeza.

"Kamu dari mana Dit?" tanya Siti,

"Hanya sekadar membersihkan sesuatu dengan Nafeeza" jawab Radit,

"Bertarung lagi?" tanya Lia,

"Memang tidak bisa dihindari jika bersama Lia" ucap Radit yang tidak bisa mengelak ungkapan dari Lia,

"Kenapa sih Dit? Aku tahu kamu kuat, tapi bukan begitu caranya..." ucap Lia,

"Karena aku punya cara sendiri untuk menyelesaikan masalahku" ujar Radit yang sedikit serius,

"Sekalipun begitu, kamu juga punya batas untuk melakukan sesuatu kan?" tanya Deswita,

"Maafkan aku, mungkin aku kelewat batas" ucap Radit yang lebih memilih untuk meminta maaf

Alarm Bel Masuk akhirnya berbunyi, seluruh siswa berbondong-bondong masuk ke kelasnya masing-masing. Terbangun dari UKS, Nafeeza sepertinya merasakan adanya rasa sakit yang luar biasa, padahal semestinya ia telah terbiasa untuk mendapatkan pukulan seperti itu. Di dalam kelas, pelajaran tentang Alam Semesta pun masih berlanjut dan kali ini Pak Amar kembali lagi masuk ke kelas untuk menyampaikan Tugas Proyeknya.

"Untuk tugas proyek kali, kalian akan membuat maket tentang Alam Semesta, nanti akan saya bagikan tugas-tugas kelompoknya"

Seraya Pak Amar memberikan tugas tersebut, ternyata Deswita, Lia, Radit, Siti dan Carlos merupakan satu kelompok dan mereka diminta untuk membuat Maket tentang Tata Surya.

"Radit, tak kusangka kita sekarang berkelompok" ucap Carlos,

"Hmmm... begitukah? Baiklah kita sudah mendapat tugas untuk membuat maket Tata Surya, kemudian kita akan mengerjakan di rumah siapa?" tanya Radit,

"Bagaimana kalau kita mengerjakannya di rumah Deswita?" tanya Lia yang sekaligus memberikan usulan,

""Rumahku? Why?!" tanya Deswita yang terlihat kaget,

"Tidak apa-apa, paling tidak kita bisa mengerjakan tugas ini bersama-sama" ucap Carlos yang sangat antusias,

Di lain kesempatan Nafeeza dijenguk oleh beberapa temannya dan kebetulan di kelasnya sedang tidak ada Guru Kelas yang masuk.

"Nafeeza" ucap salah satu dari dua perempuan yang menegur sapa,

"Eh! Zalfa, Mei kenapa kalian ada di sini?" tanya Nafeeza yang kebingungan,

"Lagi gak ada guru, kamu kenapa lagi Nafeeza?" tanya Mei,

"Aku kalah dari Radit..." ucap Nafeeza yang sedikit penyesalan,

"Baku hantam?" tanya Zalfa,

"Iyaa"

"Tidak apa-apa kalau kau kalah hari ini, masih ada hari esok" ucap Mei yang menenangkan Nafeeza yang sedang bersedih,

"Kamu mesti lebih banyak berlatih untuk bisa mengalahkannya" ucap Zalfa.

Zalfa dan Mei sedang duduk berbincang-bincang di UKS sembari menjenguk Nafeeza, dan mereka pun bisa tersenyum dan tertawa. Di saat yang sama, ada terdengar suara pengumuman.

"Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh" ucap Operator yang langsung disambut oleh siswa,

"Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh"

"Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua. Diberitahukan kepada Seluruh Peserta Didik untuk langsung menghubungi Orang Tuanya karena Kepala Sekolah dan Para Dewan Guru akan melaksanakan rapat, dan kalian diperkenankan untuk pulang sekarangi ini, Sekian dan Terima Kasih" ucap Operator yang langsung disambut bahagia oleh siswa-siswi karena pulang awal.

Kelas pun akhirnya diakhiri, termasuk kelasnya Deswita. Pak Amar langsung cepat-cepat memasukkan perangkatnya ke dalam tasnya langsung pamitan kepada seluruh siswa-siswi di kelas.[]

The Little PhilosopherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang