Pontianak, 06 Januari 2020
Bagaimana cara kita menjelaskan realitas yang sesungguhnya? Walau terkadang semuanya adalah tafsiran belaka. Apa yang kita lihat sekarang ini, terkadang tidak bisa menggambarkan realitas yang sesungguhnya hanya cara pandang kita saja dalam memandang realitas. Itulah yang dipikirkan oleh Deswita, selaku anak Sekolah Dasar yang berpikirnya sudah agak mirip-mirip Sophie Amundsen. Dia adalah Deswita, yang bisa dibilang adalah orang yang paling pemikir di antara teman sekelasnya.
"Hey! Kenapa kamu termenung saja dari tadi? Bukannya hari ini upacara" tanya seorang teman perempuannya,
"Oh!" ucap Deswita yang sedikit terkejut.
Anak yang menegur Deswita tadi adalah Siti yang kebetulan adalah teman sebangku dengannya. Ia dikenal teman-temannya sebagai otak dari kelasnya, bahkan untuk terkait strategi belajar sampai strategi main bola ia tahu betul.
"Siti, apakah hari ini Upacara?" tanya Deswita yang sedikit polos,
"Iya nong, masa lupa hari ini siapa yang menjadi Pembina Upacara?" jawab Siti
"Memangnya siapa?"
"Ibu Kepala Sekolah"
"Kalian kenapa masih di sini?" ucap teman dari Deswita maupun Siti
Perkenalkan juga dia bernama Radit dan Lia, meskipun terkadang mereka suka beradu mulut tapi tumben banget mereka lagi akur, atau jangan-jangan mereka sedang mode baikan? Hmmm... mencurigakan.
"Apa yang kau pikirkan Wit?" tanya Radit yang sedang memperhatikan Deswita,
"Bukan apa-apa... Yok! Kita Upacara" jawab Deswita,
"Udah dari tadi kita nunggu" ucap Lia.
Mereka langsung bergegas untuk mengikuti upacara bendera setiap hari Senin. Saking cepatnya mereka berlari sampai-sampai mereka hampir menabrak guru-guru yang telah dilewatinya, dan guru-guru tersebut langsung meneriaki mereka. Meskipun demikian, mereka hanya bisa tertawa sambil berlari, yang membuat adik kelas mereka kebingungan. Petugas Upacara bendera yang masih mempersiapkan diri untuk pelaksanaan upacara bendera yang sebentar lagi akan segera dimulai.
"Loh, kok? Hanya kita bertiga?" tanya Deswita yang kebingungan,
"Aku curiga mereka sedang ada di kantin belakang" ucap Radit,
Ternyata, teman-teman sekelasnya justru berada di kantin yang membuat mereka terdiam lesu sambil menunggu.
"Apa kita juga mesti ke kantin juga?" tanya Lia,
"Gak perlu deh, buat capek aja" ucap Siti,
"Memang segitu udah capek?" tanya Radit yang me-roasting,
"Memangnya kamu masih kuat Dit, setelah berlarian dan nabrak guru?" tanya balik Siti yang sekaligus me-roasting"
"Idih, kalau ente gak nyamping mungkin ane bakal gak ditabrak guru"
"Ngeles aja mulu" ucap Lia yang agak sebel dengan ucapan Radit,
"Daripada kau telmi mulu" ucap Radit yang masih roasting,
"Udah-udah, kalian kalau sudah bertengkar gak ada habisnya, sekarang kita mau ngapain nih, soalnya masih 15 menit lagi" ucap Deswita,
"Ya sudahlah kita ke kantin dulu–" ucap Lia yang tak lama kemudian, Ibu Kepala Sekolah langsung mengumumkan sesuatu,
"Kepada Seluruh Anak-Anak Sekolah Dasar 05 untuk segera berkumpul di lapangan!" ucap Ibu Kepala Sekolah,
Oh ya aku belum memperkenalkan Ibu Kepala Sekolahnya, beliau bernama Indaryati. Beliau dikenal dengan Kepala Sekolah yang tegas layaknya Tentara. Apalagi beliau dulunya adalah bagian dari Tentara yang membuat semua anak-anak seperti kami mesti segan dengan beliau.
Upacara pun dimulai
Tibalah saat Ibu Indaryati menyampaikan amanat kepada seluruh siswa-siswinya.
"Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi kita semua" salam dari Ibu Indaryati
"Selamat Pagi!" ucap anak-anak
"Sesi paling membosankan pun dimulai..." ucap Radit dengan sedikit perlahan,
"Diamlah Dit, kalau ketahuan bisa bahaya ini" ucap Siti yang sedikit geram dengan Radit,
Akhirnya, kehidupan kami dimulai yang dinamakan dengan Sekolah. Tapi jujur agak sedikit bingung mengapa kita di sekolahkan? Padahal mungkin saja kita bisa belajar mandiri tanpa mesti hadirkan guru. Begitulah keanehan yang dipikirkan oleh Deswita, meskipun ia orang yang paling pemikir tapi terkadang ada benarnya juga untuk memikirkan dari yang terkecil hingga yang terbesar yaitu Dari mana kita berasal? Apa Alasan kita hidup? Ke mana kita setelah mati?

KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Philosopher
De TodoTerkadang pengetahuan anak SD hanya terbatas untuk mencari teman, makan-minum dan hiburan bersama dengan teman-temannya. Tetapi berbeda dengan Deswita yang memiliki cara pandang sendiri yang tidak biasa dengan anak SD lainnya. Petualangan pemikirann...