Masih di dalam suasana yang sama, Pak Amar mengajak Lia dan Monica untuk pergi ke ruangan Pojok Berpikir yang ada di bawah tanah. Monica pun sempat berpikir mengapa ruangan perkumpulan mereka berada di ruang bawah tanah, bukannya itu justru membuat Ekstrakurikuler tersebut tidak terkenal. Tapi Pak Amar memberikan alasan yang sederhana, karena jikalau tempatnya terlalu menyenangkan, takutnya malah menjadi tempat santai bukan tempat ekskul. Akhirnya Monica pun mengerti dengan apa maksud Pak Amar dan mulai masuk ke ruangan bawah tanah tersebut. Anehnya, Monica pun terkejut dengan isi ruangan tersebut. Namun, ia melihat ada Siti yang ada di tempat duduk, bahkan dengan ekspresi yang tidak begitu menyenangkan.
"Kamu kenapa Siti?" tanya Pak Amar,
"Jujur, aku belum pernah merasakan sesedih ini" ucap Siti sambil mengeluarkan air mata,
"Ada apa Siti, kamu tidak seperti biasanya?" tanya Lia yang mulai mendekati Siti,
"Semuanya salahku, Lia" ucap Siti yang mulai menyalahkan dirinya,
"Salah apa?"
"Di dalam tinjuanku justru mengarah kepada Deswita, itulah yang membuatku sedih"
"Dia adalah perempuan yang kuat" ucap Pak Amar yang menguatkan Siti,
"Iyakah? Padahal ia memiliki tubuh yang lemah..."
"Jika kamu menganggap demikian, itu bukanlah persahabatan. Siti, setidaknya kamu mesti minta maaf kepada Deswita atas apa yang telah terjadi"
"Baik, Pak..."
"Ngomong-ngomong, tempat ini menarik juga, tidak seperti yang lain" ucap Monica,
"Inilah tempat kami, Monica. Terkadang ini seperti Coffee Shop tapi terkadang pula seperti tempat belajar" ucap Lia yang sedikit menjelaskan,
"Waahh... aku jadi tertarik untuk ikut ke dalam Ekskul kalian"
"Apakah kamu benar-benar?"
"Seperti ekskul kalian lebih menarik dibandingkan dengan yang lain"
Kemudian Pak Amar minta kepada Lia dan Siti untuk menjelaskan tentang Ekstrakurikuler Pojok Berpikir kepada Monica yang menurutnya perlu untuk mendapat penjelasan. Di dalam penjelasan tersebut, Monica semakin ingin menjadi bagian dari Pojok Berpikir. Siti dan Lia pun memperkenalkan dirinya sebagai Pengurus Inti dari Pojok Berpikir tersebut.
"Jadi selama ini kalian adalah pengurus Inti?" tanya Monica,
"Iya begitulah" ucap Siti
"Kalau Pak Amar?"
"Beliau sebagai Pembimbing kami, beliau lah yang memberikan pengalaman untuk 'berfilsafat'" ucap Lia,
"Berfilsafat ya? Memangnya seperti apa?" tanya Monica yang membuat Pak Amar spontan,
"Seperti yang kamu tanyakan ini" ucap Pak Amar,
"Memangnya bertanya itu adalah berfilsafat?"
"Bertanya ada sesuatu yang kita bisa katakan alat. Ibarat kita ingin menyapu lantai, mesti kita memerlukan alatnya"
"Pastinya kita memerlukan Sapu untuk membersihkan"
"Benar, Logika dan Bertanya adalah alat untuk berfilsafat, karena kita tidak mungkin akan mendapatkan pengetahuan tanpa adanya keduanya"
"Bagaimana kita bisa mengetahui ketiganya?"
"Itulah yang kita sebut dengan istilah Epistemologi"
"Epistemologi? Apa artinya Pak?" tanya Lia,
"Epistemologi itu berbicara tentang asal dari pengetahuan yang kita dapatkan"
"Asal muasal pengetahuan ya? Apakah bapak bisa memberikan satu pemahaman yang sederhana?" tanya Monica, dan Pak Amar mengambil sebuah apel,
"Ini apa?" tanya Pak Amar sambil menampilkan sebuah apel,
"Apel..." ucap Monica,
"Tahu darimana itu adalah Apel?"
"Tahu dari orang tua"
"Terus orang tuamu tahu darimana kalau itu adalah Apel?"
"Memangnya harus tahu begitu Pak, kalau itu adalah Apel?"
"Oke saya tanya balik, kalau kamu tidak tahu apa itu Apel, apa yang harus kamu lakukan?" tanya balik Pak Amar,
"Pasti saya akan bertanya"
"Begitulah cara kerja Epistemologi, karena ia akan membicarakan darimana pengetahuan itu didapatkan"
"Oh! begitu ya Pak..."
"Itulah mengapa kita mesti untuk bertanya tentang apa yang tidak kita ketahui"
"Iya, Pak" ucap Lia,
"Sebaiknya, kita akan menjenguk Deswita. Siti kamu mesti ikutan untuk menjenguknya di LKS" ucap Pak Amar, meskipun Siti agak sedikit canggung.
Pak Amar, Monica, Lia dan Siti kemudian mengajak kembali untuk bertemu dengan Deswita untuk menghantarkan Siti untuk memberikan permintaan maaf yang terpendam dari Siti. Tapi, uniknya Lia bertanya kepada Pak Amar, mengapa mereka harus kembali lagi ke UKS padahal mereka sudah pergi sebelumnya. Kemudian, Pak Amar pun menjelaskan bahwa pergi ke UKS ini bukan untuk ia maupun Lia, dan Monica, tetapi ini untuk Siti, karena ia akan mengungkapkan permintaan maafnya. Kemudian, Lia pun paham bahwa Siti mesti meminta maaf kepada Deswita atas ketidaksengajaannya. Sesampai di sana, Deswita pun sudah terlihat pulih dan sudah ingin beranjak dari UKS, tapi setelah bertemu dengan Pak Amar, Siti, Lia dan Monica, Deswita pun tidak jadi beranjak dari UKS.
"Ada apa ke sini lagi?" tanya Deswita,
"Siti, bicaralah..." ucap Pak Amar,
"Kenapa Siti?"
"Des... Maafkan aku yaa, pada saat kamu ingin menghentikan pertarungan antara diriku dengan mereka. Tanpa sengaja kamu malah terkena pukulan dariku..."
"Kamu kenapa Siti? Tidak apa-apa kok? Lagipula, aku selalu percaya kepadamu" ucap Deswita,
"Tapi, aku meninjumu begitu kuat bahkan membuatmu terluka" ucap Siti sambil teringat dengan nasehat Pak Amar sebelum ke UKS.
"Ingat Siti, kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Kalau kamu mempercayai bahwa Deswita adalah orang yang pemaaf, maka boleh-boleh saja. Tapi ingat, Deswita juga manusia"
"Baik Pak..."
"Prinsip kehidupan kita mirip ketika koin itu diputar, dan kita tidak akan pernah tahu dari sisi mana koin itu akan berhenti berputar"
"Kuantum?" tanya Lia,
"Bisa dikatakan demikian"
"Aku selalu percaya bahwa kamu adalah Guardian bagiku" ucap Deswita yang membuat Siti memeluk Deswita, begitu juga Lia. Mereka pun mulai masuk kembali ke kelasnya dan Pak Amar juga akan mengajar.
"Terima kasih, Pak" ucap Siti,
"Berterima kasihlah kepada dirimu sendiri, karena dalam dirimu memberikan kekuatan untuk ini" ucap Pak Amar.
Kemudian, mereka langsung masuk ke kelasnya dengan perasaan yang lumayan mewek. Sedangkan Monica, tidak ingin masuk terlebih dahulu karena di dalam kelasnya mengalami jam kosong yang berkepanjangan. Sedangkan Pak Amar mendapat kabar dari Instagram nya bahwa salah satu temannya yang bernama Aida telah menyelesaikan Program Doktor nya. Kemudian, Pak Amar pun menelponnya dan sekaligus memberikan selamat kepadanya.
"Assalamu'alaikum, Aida"
"Wa'alaikumussalam, Ada apa Amar?" tanya Aida,
"Congratulation, Aida atas gelar Doktor nya"
"Oh, terima kasih Amar. Oh ya, sekarang kamu lanjut di mana?"
"Sekarang aku lanjut S2 di Leiden University, Belanda"
"Wiihh, Hebat..."
"Kapan kamu akan berangkat ke Belanda untuk belajarnya?"
"Mungkin Tahun depan"
"Selamat belajar kembali yaa"
"Baik, terima kasih atas doanya" ucap Pak Amar sambil menutup telponnya.
Akhirnya, Pak Amar pun masuk ke ruangannya sambil merancang sebuah rencana bagi anggota Pojok Berpikir.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Philosopher
De TodoTerkadang pengetahuan anak SD hanya terbatas untuk mencari teman, makan-minum dan hiburan bersama dengan teman-temannya. Tetapi berbeda dengan Deswita yang memiliki cara pandang sendiri yang tidak biasa dengan anak SD lainnya. Petualangan pemikirann...