Pukul 17.00 WIB
Di Sekolah
Aktivitas berikutnya adalah mencari kayu bakar yang ada di sekitar sekolah. Dalam hal in, mereka ingin melaksanakan Api Unggun pada waktu malam hari. Mulai dari Kakak Pembina sampai peserta membantu untuk mencari kayu untuk dibakar. Sementara itu, Deswita pergi ke ruang bawah tanah yaitu tempat Pojok Berpikir untuk mencari sesuatu. Namun, perhatiannya teralihkan dengan sebuah buku yang ada di meja yang merupakan Buku Harian dari Pak Amar. Deswita pun membaca buku harian tersebut, meskipun ia sendiri menyadari bahwa perbuatan tersebut tidaklah dibenarkan.
"Sepertinya ini adalah Buku Harian dari Pak Amar" ucap Deswita di dalam hatinya,
Deswita pun membaca buku harian tersebut, dengan penuh kehati-hatian bahkan baru kali ini ia membaca tidak dengan cepat namun dengan memperhatikan kata-kata yang diucapkan oleh Pak Amar dalam buku harian tersebut. Di dalam buku harian tersebut, Pak Amar tampak berulang kali mengucapkan maaf kepada seluruh murid yang ia ajar. Menyadari hal tersebut, Deswita pun berpikir, bahwa buku diari ini merupakan permintaan maafnya kepada siswa-siswi di sekolah yang lain. Deswita pun juga agak skeptis dengan buku harian tersebut. Tapi, ia sendiri tidak menyetujui bahwa itu adalah untuk siswa dan siswi di sekolah yang lain. Dia pun membaca lagi setiap halaman-halaman yang di dalam buku diarinya Pak Amar, dan ia pun terkejut jika alasan utama Pak Amar menjadikan Deswita sebagai Ketua Pojok Berpikir sebenarnya sudah lama bahkan ia sudah mengintainya dan di gadang-gadang sebagai Ketua dari Pojok Berpikir. Tak lama kemudian, Siti pun datang menghampirinya dengan maksud untuk membantunya untuk mencari sesuatu yang bisa dibakar. Namun, tanpa sengaja Siti melihat korek api di lemari, sontak ia langsung mengambil korek api tersebut.
Hari pun semakin malam dan mereka pun sudah mengumpulkan kayu-kayu bakar untuk Api Unggun. Namun, mereka pun melihat ada sekelompok peserta yang tidak mengumpulkan Kayu Bakar dan mereka sibuk dengan urusannya sendiri. Sampai-sampai Siti pun turun tangan dan langsung menghampiri mereka.
"Hei Zahira! kenapa kalian tidak membantu yang lain?" tanya Siti yang agak sedikit kesal,
"Memangnya kenapa?" tanya balik Zahira yang membuat Siti semakin kesal,
"Teman-teman yang lain pada mengumpulkan kayu bakar sedangkan kamu hanya duduk manis saja di sini, ada niat mau ikut Pramuka nggak?"
"Tch, mending cabut aja deh" ucap Zahira yang membuat Siti langsung mengambil kerah baju Zahira,
"Heh! Elu kan peserta, seenaknya saja gak mau bantu orang lain" ucap Siti yang membuat Zahira pun juga menarik kerah Siti,
"Asal kamu tahu ya, yang menjadi donatur kegiatan ini adalah Bapak gue, ngapain gue juga ikutan!" ucap Zahira yang membuat emosi Siti semakin memuncak.
Tak lama kemudian, datang seorang anak perempuan yang sebenarnya kebetulan lewat dan mengeluarkan Tendangan Nuklir yang membuat Zahira dan Siti mendapatkan tendangan yang sama darinya.
"Monik! apa apaan kamu ini?!" tanya Siti yang marah,
"Kalian kalau berkelahi sok-sok an" ucap seseorang yang bernama Monik.
Adapun orang yang baru kelihatan ini adalah Monica. Dia memang seorang perempuan, tapi penampilannya seperti laki-laki. Bisa dikatakan ia paling doyan dengan baku hantam, dan katanya ia adalah Radit tapi versi cewek. Deswita yang menyadari tersebut langsung menghampiri Siti, Zahira dan Monica dengan maksud untuk menenangkan mereka.
"Monik, ada apa lagi ini, bukannya kita tidak boleh berkelahi saat masa-masa Pramuka ini?" tanya Deswita,
"Jujur, gue agak nyebelin jika ada anak yang sok kaya karena bapaknya, sedangkan yang satu lagi sok ngatur berkelahi" ujar Monica yang membuat Siti dan Zahira langsung naik pitam,
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Philosopher
AléatoireTerkadang pengetahuan anak SD hanya terbatas untuk mencari teman, makan-minum dan hiburan bersama dengan teman-temannya. Tetapi berbeda dengan Deswita yang memiliki cara pandang sendiri yang tidak biasa dengan anak SD lainnya. Petualangan pemikirann...