Kesaksian Pertama : Elicia dan Aurellia
Elicia bersedia untuk memberikan kesaksian dalam menginvestigasi terkait grafiti tersebut, dikarenakan Lia mengenali sosok Elicia ia pun akan memulai pembicaraan yang menurutnya ringan untuk diingat. Tim Pojok Berpikir dan Elicia segera ke ruangan Pojok Berpikir untuk mendiskusikan terkait Grafiti tersebut di ruang bawah tanah yang membuat Elicia sedikit kebingungan.
"Aku akan di bawa ke mana?" tanya Elicia yang sedikit gelisah,
"Kamu tidak perlu khawatir, Elicia. Kami memiliki markas yang unik bila dibandingkan dengan anak-anak yang lain" ucap Deswita,
"Unik ya?"
"Lia, kamu ada pegang kuncinya kan?" tanya Deswita,
"Iya Des, aku punya kuncinya" jawab Lia
Lia pun membukakan kunci pintu dari Ruangan Pojok Diskusi. Alhasil, Elicia pun terkejut dengan ruangan tersebut dan tidak seperti ruangan bawah tanah yang ada di dalam pikirannya. Lantas, Elicia pun menamparkan dirinya yang masih tidak percaya dengan ada ruangan seperti itu.
"Selamat datang di ruangan Pojok Berpikir, Elicia dan Aurellia" ucap Lia,
"Wah! Ruangannya benar-benar berbeda ya" ucap Elicia yang terkejut dengan ruangan tersembunyi,
"Iya nih, bahkan kita yang bersekolah di sini saja tidak mengetahui jika ada ruangan seperti ini" ucap Aurellia yang terkagum-kagum,
"Dulu, kami pun juga tidak pernah menyangka jika ada ruangan yang unik seperti ini. Sampai kami bertemu dengan Pak Amar di ruangan ini juga
"Elicia, kita semua tahu kalau kamu adalah anak yang paling awal datang. Kira-kira kamu bisa menjelaskan tentang apa yang kamu lihat sebelumnya?"
"Kalau begitu, aku akan memulai dari saat aku pertama kali datang ke sini. Awalnya, aku ingin pergi ke belakang alias ke Toilet. Tiba-tiba aku mendengar suara yang kira-kira seperti semprot gitu"
"Di dekat toilet? Memang masuk akal jika terdengar, karena terletak di dinding toilet juga kan" ucap Siti,
"Terus setelah itu, aku dengan penasaran pergi ke sumber suara tersebut. Tetapi, setelah aku dan Aurellia juga berada di dekat sumber suara tersebut, ia langsung lari dan memanjat pagar"
"Bagaimana dengan ciri-ciri orang tersebut?" tanya Deswita,
"Ia menggunakan Jubah Hitam dan ciri-ciri dari orang tersebut kira-kira seperti orang dewasa"
"Mirip seperti orang dewasa ya? Sepertinya kita akan sulit untuk menemukan petunjuk itu"
"Jika dilihat dari ketinggian dari tulisan tersebut memang bisa dilihat itu adalah orang dewasa"
"Kalau postur tubuh yang agak dewasa kita paling tidak punya beberapa di kelas kita kan" ucap Lia,
"Sulistyo?" ucap Deswita,
"Lah, dia kan jarang datang awal. Bahkan ia pun nyaris terlambat" ucap Cheryl,
"Teruskan lagi, Elicia" ucap Deswita yang meminta Elicia untuk menceritakan kembali,
"Di saat yang sama, saya langsung masuk ke WC bareng Aurel, tetapi dengan bilik yang berbeda" ucap Elicia,
"Begitu ya? Setelah beberapa menit suara cat semprotnya sudah hilang"
"Sepertinya, kita akan sangat kesulitan jika bertanya ketika mereka hanya bisa mendengar suaranya saja"
"Apa yang menjadi perhatian kalian dengan hal seperti ini?" tanya balik Elicia,
"Banyak...: ucap Deswita.
Deswita, Lia dan Siti tidak punya pilihan lain karena Elicia dan Aurellia hanya sekadar mendengar suaranya saja. Ia pun mencoba untuk bertanya kepada anak-anak yang berada di sekitar WC. Kali ini, pencariannya sudah mulai berpencar Lia dan Deswita akan pergi ke kantin sekolah, sedangkan Siti dan Cheryl akan pergi di sekitar perpustakaan dan Radit akan mengunjungi di belakang ruang guru untuk mencari investigasi cat tersebut.
Sisi Lia dan Deswita
"Jujur, aku tidak tahu kalau Cheryl bisa bahasa Jerman. Tapi, ia tidak pernah bercerita kepada kita" ucap Lia,
"Aku memang merasa Cheryl ada seseorang yang sedikit misterius, tapi setidaknya ia tidak seburuk yang dilihat" ucap Deswita,
"Kamu tahu darimana?" tanya Lia,
"Aku tahu dari Sulistyo" jawab Deswita yang sontak membuat mereka saling berpandangan,
"Kamu tahu apa yang ada dipikiranku kan, Deswita?"
"Bisa jadi..."
"Sepertinya ini akan menjadi kasus yang menarik"
Kemudian, dari sisi Siti dan Cheryl
"Cheryl, ada yang ingin aku tanyakan kepadamu?" tanya Siti
"Tentang apa itu?" tanya balik Cheryl,
"Bagaimana kamu bisa tahu bahasa Jerman?"
"Aku sudah lama mempelajari bahasa Jerman, selain bahasa Mandarin dan bahasa Inggris. Dari umurku delapan tahun sudah les kedua bahasa tersebut"
"Wow! aku saja yang belajar bahasa Inggris sangat kesulitan banget mau belajar"
"Sebenarnya, aku belajar bahasa itu adalah kenyamananku, karena saat aku di sekolah lama sangat menyebalkan. Aku hanya bisa menghibur diriku sendiri dengan les Bahasa"
"Begitu ya... bagaimana dengan orang tuamu?"
"Orang tuaku benar-benar tegas dalam soal sekolah dan juga belajarnya juga ketat. Terkadang, aku hanya bisa bermain sebentar saja. Setelah itu aku langsung belajar di rumah. Padahal adikku ingin sekali mengajak bermain, tapi aku lebih baik belajar"
"Hmmm..."
"Kalau begitu kita mulai mencari lagi siapa yang melakukan semua ini"
Setelah itu, di sisi Radit yang bertemu dengan seseorang yang berjubah hitam
"Sepertinya aku sudah bertemu dengan seseorang yang melakukan semua ini" kata Radit,
"Aku ingin tahu, apakah kamu bisa mengenalku dengan baik" ucap seseorang berjubah hitam,
"Apa yang kau inginkan?" tanya Radit dengan mata yang sinis,
"Aku hanya ingin menguji kekuatanmu saja"
"Sepertinya kamu mengetahuiku dengan baik ya"
"Sudah lama aku ingin mengalahkanmu, bagaimana apakah kamu bisa meladeniku sekarang ini"
"Meladenimu? Kau saja tidak berani menunjukkan wajahmu kepadaku. Apalagi pakai topeng lagi" ucap Radit yang sedikit mengejek,
"Memangnya kenapa jika saya menggunakan topeng dan jubah?"
"Ternyata, aku tidak punya pilihan lain selain meladenimu" ucap Radit yang sudah mempersiapkan diri untuk berkelahi,
"Woy, apa perlu bantuanku hah?" tanya alter ego nya Radit,
"Tch, aku tidak perlu bantuanmu. Kau lihat saja pertandinganku melawan dia" jawab Radit yang agak sinis,
"Baiklah, aku bisa saja mengambil kesadaranmu saat kamu tidak sadarkan diri loh"
"Tidak akan ku biarkan"
Akhirnya, Radit berhadapan dengan seseorang yang dia sendiri tidak ketahui sebelumnya. Ia pun langsung mempersiapkan diri, dan begitu juga dengan orang yang berjubah. Akhirnya pertempuran pun dimulai.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Philosopher
De TodoTerkadang pengetahuan anak SD hanya terbatas untuk mencari teman, makan-minum dan hiburan bersama dengan teman-temannya. Tetapi berbeda dengan Deswita yang memiliki cara pandang sendiri yang tidak biasa dengan anak SD lainnya. Petualangan pemikirann...