Pontianak, 17 Februari 2020
Di Ruang Pojok Berpikir di bawah Tanah
Pukul 06.30
Pak Amar masih sempat untuk menuliskan pikiran-pikirannya di ruangan bawah tanah tersebut, meskipun ia memiliki jam mengajar yang terbilang padat karena pada hari Senin ini ia mesti mengajak 2 Kelas yang masing-masing satu ruangan. Tak lama kemudian, ada seseorang yang mengetuk pintu ruangan Pak Amar, sepertinya orang tersebut ingin bertemu dengan Pak Amar. Tak berlangsung lama, Pak Amar pun langsung membukakan pintu tersebut, dan yang datang berkunjung adalah Radit.
"Assalamu'alaikum Pak..." ucap Radit yang sedikit berbeda,
"Wa'alaikumussalam, ada apa Radit?" tanya Pak Amar,
"Apakah saya mengganggu aktifitas Pak Amar?" tanya Radit,
"Tidak, kenapa?" jawab Pak Amar sambil bertanya kembali,
"Sejujurnya, tentang kemarin. Aku sebenarnya hampir terbunuh, tapi karena aku teringat akan Lia, aku langsung bisa melawan mereka sekaligus"
"Apa kata Lia di dalam benakmu?"
"Dia berkata 'Meskipun aku hadir di dalam esensimu, tapi diriku yang asli pastilah merasakan tekanan ini'."
"Selamat! kalian berdua mengalami fenomena yang bisa disebut dengan Keterikatan Kuantum"
"Maksud Pak Amar?"
"Di dalam Alam Semesta ini, kita semua telah terhubung satu sama lain. Apakah kamu pernah bermimpi bertemu dengan Lia?"
"Pernah, Pak..."
"Jika Lia juga pernah bermimpi tentangmu, artinya kalian berdua telah terkoneksi. Semuanya tidak ada yang mustahil di dunia ini"
"Begitu ya Pak, tapi aku masih belum tahu apakah Lia bisa menerimaku apa adanya Pak..."
"Itu hanya soal waktu, Radit. Kamu mesti tahu bahwa Waktu itu Relatif"
"Bagaimana bapak bisa mengatakan bahwa Waktu itu Relaitf?"
"Albert Einstein pernah berkata 'Ketika anda berpacaran dengan cewek yang manis, satu jam seperti sedetik. Ketika anda duduk di atas tungku panas, sedetik serasa satu jam. Itulah relativitas.' kira-kira kamu sudah paham kan?"
"Sepertinya saya memahami maksud Bapak"
"Ngomong-ngomong, tumben kamu bisa datang lebih awal. Biasanya kamu datang jam 06.50 pagi"
"Aku datang karena ingin menemui Bapak, kalau aku tidak berniat untuk bertemu mungkin aku akan datang seperti biasanya"
"Bagaimana dengan kakimu yang terkena pisau itu?"
"Aku baik-baik saja, sebelumnya saya minta maaf jika saya mengganggu waktu bapak untuk menulis. Saya pamit dahulu, Pak"
"Baiklah, maaf saya tidak bisa mengantar"
"Tidak apa-apa Pak, saya bisa menemukan jalannya sendiri"
"Baiklah.."
Ternyata, Radit hanya ingin bertanya kepada Pak Amar mengapa Radit bisa teringat dengan Lia pada saat mereka bertarung saat Malam Valentine. Radit pun sudah mendapatkan jawabannya dengan istilah Keterikatan Kuantum yang menurutnya membantu dirinya untuk memahami pikirannya yang selalu teringat dengan Lia. Pak Amar pun masih melanjutkan menulis dan ia pun mulai menulis pikiran-pikirannya tentang Filsafat dan Anak-Anak. Terlihat jelas, ia sedang melakukan pengamatan sebelumnya dan ia tuliskan dalam Buku Hariannya. Terlihat, Pak Amar mulai memikirkan waktu-waktu akhir dari masa mengajarnya dan akan mengejar impiannya ke Belanda.
![](https://img.wattpad.com/cover/320319236-288-k417978.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Philosopher
AléatoireTerkadang pengetahuan anak SD hanya terbatas untuk mencari teman, makan-minum dan hiburan bersama dengan teman-temannya. Tetapi berbeda dengan Deswita yang memiliki cara pandang sendiri yang tidak biasa dengan anak SD lainnya. Petualangan pemikirann...