Mempersiapkan akad nikah besok, tentu gak bisa lepas dari kerusuhan dua keluarga. Satu, sih. Karena Ibu Bapak dan Mbak Indra pada sibuk dengan urusan masing-masing, meninggalkan aku sendirian. Jadi aku merdeka banget. Reina gak ikutan sibuk, dia mah ikut happy-happy aja, membantuku desain undangan buat Jumat besok, yang ku-print sendiri dan kukasih pada beberapa teman dan keluarga secara langsung.
Di sisi lain, keluarganya Gio mah heboh. Di keluarga lintas agama, lintas ras, lintas negara itu, semuanya pada pengen ikutan. Ya gimana, dia adalah anak lelaki satu-satunya, dari bapaknya yang juga anak lelaki satu-satunya, dengan banyak anggota keluarga perempuan yang hidupnya dedicated to social events. Kebanyakan hobinya bikin party, dan di kasta tertinggi party, tentunya adalah wedding party. Kesepakatanku dan Gio dari awal adalah, akad nikah aku yang urus tanpa campur tangan dan cincong keluarga Gio, serta sebaliknya. Resepsi dan pesta diatur sama Gio (dan keluarganya). Cuma, ya tetap saja masih ada intervensi dari para calon ipar dan keluarga mertua yang penyayang.
Calon ibu mertuaku saja...ada tiga. Papinya Gio menikah tiga kali, ibu kandungnya Gio jadi yang pertama. Lalu ada ibu sambungnya. Dan ada istri Papinya yang terbaru, yang paling muda, umurnya sama kayak Gio, agak sedikit terlalu genit dan terlalu cantik untuk jadi Ibu Tiri antagonis.
Maminya Gio yang asli, paling woles...atau gak terlalu peduli. Setelah pisah dari Papinya, Mami ini pindah ke Amerika dan punya keluarga sendiri di sana. Mamanya yang merawat Gio selama masa remaja sampai agak usia dewasa, tingkat kerempongannya bisa dimengerti. Mereka berdua akrab dan saling menyayangi, dan banyak perhatian pada hal printilan yang kadang sedikit berlebihan. Yang terakhir, yang kami panggil Mbak Cindy, adalah sumber migren selama beberapa bulan terakhir. Sibuknya lebih dari WO.
Belum lagi adik-adik perempuannya Gio Adik kandungnya, adik dari Mama, dan adik bayi Tante Cindy. Sebentar, mungkin ada 4? 5? Banyak deh. Prioritasku adalah Gianni, adik kandungnya yang sangat protektif. Ada juga adik tiri Gio dari Mami, yang aku gak kenal tapi akan datang nanti. Lalu, ada Bella - Bethany - Brenda, anak-anaknya Mama yang walau gak akrab tapi banyak protesnya. Plus dua bocah remaja, Cantik dan Ceria. Sumpah. Beneran itu nama anak-anaknya Tante Cindy, aku gak mau komen lebih lanjut.
Yang spesial, Gianni bersama 3 calon ibu mertua, akan jadi tamu untuk Akad Nikah hari Jumat besok. Gianni kemarin sudah protes kenapa kebayanya mesti warna abu-abu, yang menurutnya, bukan color of 2022 dan gak cocok sama undertone kulitnya. Jadi...dia mau pakai warna hijau, tapi trus ngambek karena bakalan kelihatan kontras sendirian sama anggota keluarga Gio yang lain.
Padahal aku udah bilang dari awal sama semuanya, "Silakan, pakai warna apa saja, asal jangan putih. Titik."
Ternyata itu adalah langkah yang salah, soalnya urusan jadi panjang. Aku harus fotoin bentuk masjid, ngecek bunga dekorasi apa, karpet masjidnya warna apa, posisi lampu dalam masjid, warna lampunya shade-nya gimana... Astaga. Aku sampai cuti dua hari untuk fotoin ke Salatiga beberapa minggu lalu, bikin folder di Google Drive dan menyebar link-nya. Lalu gak mau ngurus lanjutannya. Bodo amat lah, kalau orang gak matching di acara Akad Nikah, yang penting aku sah.
Sekarang, di bahu jalan tol Cipali, sambil mendinginkan mesin VW Combi Reina, aku mendapati chat yang mengumumkan kedatangan Gianni ke Salatiga...besok sore. Haduh. Pusing pala Kandi.
Reina lagi menerima panggilan telepon sambil tidur-tiduran di bagian belakang mobil. Sementara aku panik chatting sama Gianni, dia udah biasa menghadapi kelakuan mobil antiknya. Memanfaatkan situasi dengan mengurus kafenya dan bikin laporan, telponan sama staff, dan buka-buka Tasty.
Tangannya tau-tau terulur memberiku ponselnya. Yang juga sama antiknya. Samsung keluaran 2010 mungkin, yang kecil dan gak punya update-an Android sejak bertahun-tahun lalu. Dipakainya cuma buat bertelepon. Chat dan ngapa-ngapain dia pakai Tab canggih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Cetera
ChickLitNilakandi adalah seorang perempuan yang merasa hidupnya lengkap. Cantik, cerdas, punya karir menjanjikan dan calon suami yang sempurna, walau agak sedikit terlalu pencemburu. Sebuah kesalahan membuat asisten Kandi mengirimkan undangan pernikahan ke...