Ren - A Game Plan

1.3K 438 43
                                    

"Della adalah kakak kelas gue dan Ren si SR," Reina memulai, "Dia tuh kayak... Dominatrix paling terkenal di dunia advertising. Sekarang dia udah Director di Coven, kabarnya. Witch, let me tell you that, she's the coolest, hottest woman I've met in life. Ren is dating her, on-off for these past 4 years."

Aku membayangkan jenis perempuan macam apa yang bisa bikin Ren betah 4 tahun. Walaupun baru pacaran 4 bulan, aku tahu banget dia orangnya bakalan gampang banget bosan sama hal-hal yang bersifat rutinitas.

"Trus?"

"Truuuuuus... Kebetulan dia beberapa kali beli karya gue di Etsy. That woman, LOVES me. Or at least, my artworks. Gue punya nomernya, gue bisa hubungi dia."

"Untuk?"

"Gue ajakin ngobrol, lah! Tar, gue mau ambil hp dulu."

Reina meninggalkanku pergi. Kalau diginiin, aku biasanya biarin dulu beberapa saat. Jadi aku ke belakang dan duduk bareng Ibu, Les dan Gianni. Mereka bertiga udah duduk-duduk santai sambil minum infused water. Ibuku mengumumkan kalau dia bikin cinnamon rolls. Wangi kayu manis menguar di udara.

"Gue mau nginep sini sampai yang lain nyampe." Gianni berkata, saat aku duduk. What??

"Really?" Aku pastilah berekspresi gak banget, karena Ibu menginjak kakiku di bawah meja.

"Rame di sini, seru. Ada Ibu, ada Les, dan gue bisa bantuin lo siap-siap sama WO lo besok. Make sure everything goes well." Gianni memberi alasan.

"Iya, seneng kok di sini ramean. Ibu bisa bikin makanan banyak!" Ibu sepakat.

Les ngangguk-ngangguk gak ngerti. Ibuku langsung prihatin sama dia, dan ngajak dia pergi ke dapur.

Fine. "Everything goes well." Aku membela diri sendiri. Tapi Gianni melirik Les, dan lanjut memandangku sinis, bikin aku menghela napas, "Well, majority of it."

"Gio udah nanyain lo mulu, here, let's snap a selfie." Gianni menarikku mendekat, memaksaku wefie. Sambil mengirim gambar, ia menambahkan, "I still don't know why he's so head over heels for you." Setdah, overly jujur ini mah.

"But Les is incredibly cool and handsome. So, there should be something good about you."

"...makasih lho ya, untuk pujian gak niatnya."

Saat pertama kali Gio telpon dia untuk kasih tau kalau kami akan menikah, Gianni mengeluarkan banyak pertanyaan yang bikin kekasihku itu mesti ke luar ruangan untuk jawab.

"Who's your next name on the list again? Ben? Shane? Gen?" Gianni memeriksa kukunya dengan elegan.

"Ren. Nama panjangnya, Aldren Primadi. Lo mungkin gak kenal..."

"REN? THE REN?" Gianni terperanjat, masih anggun dan classy, "Ren - Sigma?"

Aku mengangguk, membuat wajah mulus bening bersinar Gianni terlihat shock beberapa detik, sebelum ia meneruskan, "Dunia sempit, Kandi. He's one of my toyboy. Ofcourse I know him well."

"Gio tau?"

"Mana ada. Gak lah!"

Ren dan Gianni punya masa lalu yang complicated. Mereka pernah ada apa-apa saat ketemu di salah satu event lifestyle di Hong Kong beberapa belas tahun lalu, dan tetap akrab, sampai akhirnya Ren punya pacar serius di Jakarta.

"I will always love this man." Gianni mendesah, agak terlalu lebay dan mengundang banyak pertanyaan.

"I don't want to judge, but here's a question: Aren't you married?"

"I had a husband, yes. But he's not my lover."

Pernyataan apa pula ini. Pantes banget buat di-judge, yekan. Tapi aku gak pengen tahu lebih banyak soal calon adik ipar dan mantan pacarku. Gak mau. Gak perlu.

Ex CeteraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang