Kami menelpon Ren, tapi nadanya sibuk, gak diangkat. Di-chat, gak dibalas. Ini...jarang banget sih dia begini. Dia tuh tipe orang yang bakalan menanggapi siapapun. Telpon selalu diangkat, DM dibalas, chat apalagi. Jadi ini agak terlalu aneh.
"Maybe he's talking to Della?" Les berasumsi.
"Hopefully." Gianni mengangguk, sementara aku masih lihatin layar ponsel berharap Ren menerima panggilanku dan Reina membuka whatsapp.
Lalu, samar-samar pintu diketuk.
Kami berempat berpandangan sedetik, sebelum menghambur ke arah pintu masuk. Ren pasti punya cerita baru soal Della, dan kita semua kepo.
"Kalau dia gagal gimana?" Reina meringis padaku.
"Ya udah, dia suruh dateng aja kawinan gue deh." Semua hal yang terjadi selama beberapa hari ini kayaknya sukses mengubah status mantan Les dan Ren menjadi teman seru-seruan.
"Kalau dia gagal, gue samperin si Della." Gianni menjawab, tiba-tiba pintu terbuka sendiri, membuat kami terpekik kaget, karena seingat kami Ren gak bawa kunci...
Oh wait.
...bukan Ren, tapi Gio. Ia berdiri dengan ekspresi sama kagetnya dengan kami berempat.
Dan di sampingnya, ada Melinda.
"You're in Jakarta?" Gio bertanya pada Gianni, jelas gak melihat kehadiranku yang tertutup oleh Les dan Reina, para makhluk beda ras yang tinggi-tinggi.
"The fuck you're doing here, with this wrench?" Gianni menjawab. Satu hal yang kusuka darinya: dia bisa ngomong sekasar apapun dengan nada kalem yang elegan.
Suara Gio terdengar terbata-bata, "She, urm, Melinda, needs place to sleep."
"And you're taking her, here?"
"Yes. You're her best friend."
Sebentar. Gimana? Melinda is Gianni's best friend??
"Was. I don't socialize with bitches anymore." Gianni meralat, "You two can have your affair somewhere else. Not in my place. Not when you are getting married on Friday. You really are our father's son, huh?"
Aku mundur beberapa langkah, mendadak kakiku lemas, dan terduduk di lantai dengan napas berat dan jantung berdebar terlalu kencang. Gerakanku mengalihkan pandangan Gio yang tadinya terfokus pada Gianni, dan ia setengah mendorong semua orang untuk menghampiriku.
"Kandi! Kamu kenapa di sini?" Ia mengulurkan tangan untuk menyentuhku, yang segera kutepis keras. Reina menarikku dari lantai, membawaku ke sofa. Menjauh dari Gio.
"She's with me." Gianni menjawab, menghalangi Gio mendekat padaku, "We are doing some preps with Reina and Les for the wedding. For your fucking wedding."
"Kandi, please. Ini gak seperti kelihatannya... Bisa kita ngobrol dulu gak, sebentar?" Gio bertanya padaku.
"Fuck off, Gio." Reina menambahkan, nyaris berseru, "Go."
Ia masih berusaha mendekat, dan Les akhirnya ikut menahan.
"Dude. You heard the ladies."
"Kandi, I can explain." Gio berkata lagi, kali ini ada nada putus asa dalam suaranya. Ia membiarkan dirinya digiring Les ke pintu. Aku gak mau melihat Gio, dan memandangi Melinda di luar pintu. Berdiri, mengamati, tanpa suara dan gerakan apapun, diam seperti patung cantik...masih terlihat sempurna bahkan dalam kondisi seberantakan ini.
"We'll call you when we want to." Gianni berkata dingin, "You don't mess with Kandi, you ungrateful ass."
"Kandi, please..."
Kata-kata selanjutnya teredam bunyi pintu tebal yang ditutup Gianni, disusul bunyi berbagai kunci manual. Ia menghampiriku pelan, duduk di lantai dan memandangku.
Gianni terlalu mirip dengan Gio. Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tangan, mencoba bernapas lebih dalam. Apa itu barusan? Gio dan Melinda? Mereka sengaja datang ke apartemen Gianni...untuk ngapain? Berduaan? She needs place to sleep? Kenapa kata-kata Gio barusan gak masuk akal? Dan ini nyaris tengah malam!
Reina menarikku bersandar di pelukannya, mengusap punggung dan rambutku pelan-pelan. "It's okay, Witch. You're with us."
Gianni duduk di sampingku, meremas tanganku.
Aku melepaskan semua emosi, menangis dalam pelukan keduanya.
Pintu depan diketuk lagi, kali ini cukup keras. Les membuka pintu, menampakkan sosok Ren, yang segera masuk dengan langkah-langkah lebar penuh semangat.
"Giannniiiiiiiii!!! Kamu juaaaaaraaaaaaa!!" Ia berseru heboh, mengangkat kedua tangan ala-ala pemenang pertandingan smackdown, lalu menyadari kami bertiga berpelukan di sofa dengan ambience yang berbeda.
"What happened?" Ren menurunkan tangannya, volume suara dan excitementnya. Kami gak menjawab, jadi dia mengulang pertanyaan yang sama pada Les.
"Shit happens." Les menjawab, menarik Ren ke dapur untuk ngobrol lebih lanjut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Cetera
ChickLitNilakandi adalah seorang perempuan yang merasa hidupnya lengkap. Cantik, cerdas, punya karir menjanjikan dan calon suami yang sempurna, walau agak sedikit terlalu pencemburu. Sebuah kesalahan membuat asisten Kandi mengirimkan undangan pernikahan ke...